bag 10. Perjalanan Sahabat

215 28 1
                                    

Kami semua memasuki mobil Ervan yang sedang terparkir di depan rumah Bulan. Fauzan duduk dibelakang kemudi dan disampingnya adalah Ervan. Lalu di kursi belakang ada Aku, Daneen dan Bulan. Kami berlima akan berangkat menuju Ranu Kumbolo sesuai rencana sewaktu di balkon.

Tadi kami berempat kembali meminta ijin untuk kedua kalinya kepada Bulan agar diperbolehkan ikut bersama kami. Ini adalah pertama kalinya kami bertemu dengan ibu Bulan.

"Ibu kamu kok keliatan judes sih lan," ujar Ervan terang terangan. Tadi sewaktu meminta ijin, Ibu Bulan nampak ogah ogahan menanggapi kami semua. Kata Ervan dan Fauzan sewaktu meminta ijin sebelumnya juga tidak jauh beda seperti sekarang.

"She is not my mom," ucap Bulan ketus.

"Hah? Ibu tiri berarti?" tanya Ervan. Bulan hanya diam enggan menjawab pertanyaan Ervan.

Ervan tidak mempermasalahkan hal itu. Dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan lain. "Adik kamu cantik juga lan. Kenalin dong."

Bukannya mencairkan suasana, Ervan justru memperparah kondisi. Kini Bulan tidak berniat untuk menanggapi ucapan Ervan. Wajahnya bahkan tidak enak dipandang. Ervan merasa bersalah, kini dia mengacak acak rambutnya bingung. Sedangkan Fauzan berusaha untuk fokus menyetir.

Aku memukul paha Daneen pelan membuat sang empu yang menatap pemandangan di jendela menoleh. Dia menaikkan alisnya bingung. Bisa bisanya dia tidak peka dengan kondisi di dalam mobil.

"Apaan," ujar Daneen. Ingin rasanya aku mengeplak kepalanya yang tidak peka itu. "Eh jan mampir pom bensin dulu dong. Kepelet pipis," ucap Daneen masih dengan ketidakpekaannya itu.

"Tadi gak pipis dulu," kata Fauzan. Dia membelokkan mobil ke pom bensin.

"Gak ada yang mau ikut?" tanyanya. Aku menggeleng pelan. Sedangkan Fauzan langsung keluar untuk merentangkan tangannya.

"Aku ikut." Ervan menawarkan dirinya membuat Daneen mengeplak kepala Ervan keras.

"Ayo," ucap Bulan lalu keluar dari mobil. Daneen mengangguk lalu menyusul Bulan ke toilet.

Tadi adalah pertama kalinya aku ke rumah Bulan. Walaupun sudah hampir 3 tahun mengenal Bulan tetapi Bulan tidak pernah mengijinkan teman temannya untuk ke rumahnya. Bahkan Bulan jarang sekali setiap pulang sekolah berkumpul hanya untuk sekedar main. Dia sangat tertutup.

Hingga hari ini aku mengetahui kenyataan. Keluarga Bulan bukanlah keluarga yang harmonis. Dia mempunyai ibu tiri yang sangat judes. Aku yakin sekali jika Bulan susah mendapat kebebasan di rumahnya itu. Terlihat dari gelagatnya yang susah diajak kumpul.

Entah bagaimana Ervan dan Fauzan bisa membujuk ibu tiri Bulan agar Bulan bisa berlibur bersama kami. Mereka berdua bilang cukup susah menghadapi ibu tiri Bulan. Tapi aku salut pada mereka karena berhasil membujuk ibu tiri Bulan.

"Bulan nyeremin woy kalo menyangkut keluarganya," ujar Ervan. Fauzan yang baru saja memasuki mobil langsung mengeplak kepala Ervan.

"Kita aja gak berani nyinggung keluarganya. Itu aja pertama kalinya aku ke rumah Bulan. Kau seenak jidat ngomong kaya gitu."

"Ya aku pikir kalian dekat juga sama keluarganya. Soalnya kalian kan sudah hampir 3 tahun bersama. Pastinya gak ada rahasia diantara kalian gitu," kata Ervan pelan.

Aku dan Fauzan sama sama diam mendengar ucapan Ervan. Orang orang mungkin mengira kami adalah sahabat yang erat. Nyatanya kami tidak seperti itu. Banyak rahasia diantara kami yang kami simpan sendiri. Tidak ada niatan untuk dibagi kepada sahabat.

Kami masih belum bisa mempercayai satu sama lain.

|▪|▪|▪|▪|

Fauzan memberikan masing masing tas yang ada di bagasi kepada pemiliknya. Setelah dirasa semua yang ada disana memegang tas milik masing masing, Fauzan segera menutup bagasi dan menguncinya.

Bunga Anyelir [#2.SGS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang