bab 5. Sakit

469 62 2
                                    

Assalamualaikum hehe. Selamat membaca.

|▪|▪|▪|▪|▪|

Daneen membubarkan barisannya di depan barak. Setelah itu semua langsung masuk ke dalam barak. Karena jam 3 sore sampai magrib bebas, bisa tidur tiduran ataupun membersihkan diri.

Nanti saat magrib baru ada jadwal kegiatan. Yaitu sholat magrib, makan malam dan pelajaran wawasan kebangsaan. Setelah jam 10 malam baru bisa tidur.

Begitu masuk barak, Bulan langsung merebahkan dirinya di kasur. Dia paling pemalas diantara Aku, Daneen dan Fauzan. Tapi herannya nilai nilainya selalu bagus padahal tiap jam pelajaran dia tidur, melamun atau bolos.

Aku berjalan ke arah lemari yang membelakangi tempat tidur. Badanku sudah lengket karena keringat, jadi aku memutuskan untuk mandi saja. Teman teman juga seperti itu, ada yang bersiap untuk mandi dan ada yang merebahkan badannya seperti Bulan.

Kulihat sekeliling mencari Daneen, tapi dia tidak ada di barak sama sekali. Mungkin dia sudah mandi duluan. Aku berjalan membawa pakaianku ke belakang barak. Disana sudah tersedia 10 kamar mandi yang disediakan setiap barak.

Dibelakang sudah nampak ramai. Ada yang mandi sambil konser, duduk sambil main handphone, melamun dan yang lebih parahnya godain tentara bujang yang ada di samping barak tempatku.

Jadi disebelah kiri barakku adalah barak teman teman cowo dan disebelah kanan adalah barak tentara bujang. Jihan, cewek primadona yang sekelas denganku tampak menggobali tentara bujang yang sedang cuci baju bersama kelompoknya.

"Bang," panggil Jihan membuat orang yang dimaksud menoleh. "Bang tau gak persamaannya abang sama tuyul?" tanya Jihan mulai melancarkan aksinya.

Tentara tersebut meletakkan pakaiannya yang sudah disikat ke dalam ember. Dia menatap ke atas nampak berpikir keras. "Apa emang dek? Sama sama nakutin kaya hantu?"

Jihan menggeleng. "Sama sama meresahkan bang." Teman teman yang sedang menunggu giliran mandi tertawa mendengar jawaban Jihan. "Yang tuyul nyuri uang, kalo abang nyuri hati aku," lanjut Jihan.

Seketika barak tempatku dan barak tentara bujang heboh mendengar ucapan lanjutan Jihan. Tentara yang baru saja digombali senyum salah tingkah. Dia membawa pakaian yang sudah disikat kedalam kamar mandi. Sedangkan Jihan saling tos pada kelompoknya.

"Ngawur Jihan," kataku.

Jihan menatapku. "Giliran kamu," ujarnya. Teman teman langsung mengangguk mendengar ucapan Jihan.

"Gak gak," balasku cepat.

"Ayo ayo ayo." Kini teman teman mulai memaksa sambil menepuk tangan mereka. Bukan hanya gerombolan Jihan yang berucap, teman teman yang menunggu giliran mandi ikut ikutan juga.

"Eh itu tuh gombalin yang itu. Abang yang ngurusin kelompok kita waktu itu," kata Jihan sambil menunjuk seseorang yang baru saja keluar dari barak. Abang abang yang cuci baju menoleh ke arah yang ditunjuk Jihan.

Bang Yudha, masih dengan seragam lengkapnya menyapa teman se-lettingnya. "Yud sini dulu deh bentar jangan kemana mana," ujar salah satu tentara yang menyadari bahwa Mas Yudha adalah target selanjutnya.

"Kenapa?"

"Udah duduk dulu," paksanya. Mas Yudha mengerutkan alisnya tapi akhirnya dia duduk juga.

Bunga Anyelir [#2.SGS]Where stories live. Discover now