bag 38. Ternyata Dia

273 34 9
                                    

Kenapa aku bisa bertahan walaupun dia menyakitiku terlalu dalam? Karena aku sudah terlanjur mencintainya. Hatiku sudah terbawa olehnya. Meskipun dia membuangnya berkali kali, aku akan mengambilnya dan memberikan lagi padanya.

Begitulah aku bahkan ketika hari ini adalah hari spesialnya, aku tetap ingat dan memikirkan banyak cara untuk membahagiakannnya. Hari ini adalah hari kelahiran Mas Yudha.

Pagi pagi sekali jam 3 pagi, aku sudah terbangun dari tidurku. Aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci muka terlebih dahulu. Kulihat pintu kamar Mas Yudha masih tertutup. Mungkin dia masih tidur.

Selesai mencuci muka, aku langsung pergi ke dapur. Menyiapkan bahan bahan makanan untuk membuat kue. Aku berencana untuk membuat kue tart. Selesai membuat kue dan meletakkannya di oven, aku langsung mengambil kado yang sudah kusiapkan di kamarku.

Tepat jam 5 pagi, Mas Yudha keluar dari kamarnya. Dia menaikkan alisnya begitu melihatku sudah berdiri di kamarnya. "Ada apa?" tanyanya.

Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung menarik Mas Yudha menuju kamarku. Dia nampak terkejut melihat tulisan happy birthday yang terbentuk dari balon menempel di dinding. Aku langsung mengambil kue yang sudah aku beri lilin dari meja lalu membawanya ke hadapan Mas Yudha.

"Happy birthday to you," kataku sambil bernyanyi. Mas Yudha tersenyum lalu menyatukan kedua tangannya berdoa. Setelah itu dia meniup lilin.

"Makasih Anyelir," ujarnya. Dia mengambil alih kue dari tanganku. "Kadonya mana?" pintanya.

Aku mengangguk lalu berjalan menuju lemari. Mas Yudha meletakkan kue yang di pegang ke atas meja. Dia mengikutiku yang sedang berjalan ke lemari.

Aku mengambil kotak berukuran kecil dan menyerahkannya pada Mas Yudha. "Ini apa?" tanyanya.

"Buka aja Mas."

Mas Yudha mengangguk lalu berjalan menuju tempat tidurku. Dia mendudukkan dirinya di pinggir ranjang. Aku ikut ikutan duduk di sampingnya menunggu Mas Yudha membuka kado yang baru saja aku bawa.

Mas Yudha membuka kado dengan semangat lalu menatap isi kado tersebut lalu menatapku. Dia tersenyum dan langsung memelukku tiba tiba. Aku cukup kaget dengan perlakuannya tetapi tanganku tetap membalas pelukannya.

Begitulah aku. Bodoh. Sudah disakiti tapi tetap saja mencintainya. Sudah melihat dengan mata sendiri bahwa dia selingkuh tapi tetap saja aku bertahan. Aku berpura pura seolah olah kejadian kemarin hanyalah ilusi. Padahal kenyataanya kami hanya saling mencoba bertahan di hubungan yang tidak sehat ini.

"Makasih Anye. Kamu selalu menemukan cara untuk buat Mas tersenyum," katanya.

Mas Yudha mengangkat jam tangan tersebut lalu menggunakannya. "Jam tangannya cocok di tangan Mas," kataku pelan.

Mas Yudha mengangguk sambil tersenyum. Dia menatapku lalu mengacak acak rambutku. "Maafkan mas karena masih menjadi suami yang buruk buat kamu," ujarnya.

"Kalo Mas sadar sudah menjadi suami yang buruk buat aku. Kenapa Mas gak berubah? Kenapa sekarang Mas justru terang terangan kalo selingkuh dan juga kenapa Mas gak ngajak selingkuhan mas ke aku aja sekalian?" suaraku naik satu oktaf ketika bertanya pertanyaan itu. Cukup sakit hati dengan ucapannya barusan.

Bunga Anyelir [#2.SGS]Where stories live. Discover now