Bag 33. Salam Perpisahan

230 26 1
                                    

Aku duduk di pintu Aula dengan kaki mengetuk ngetuk lantai. Mas Yudha dan Fauzan melaksanakan sidang mengenai kesalahannya kemarin malam. Berkelahi hingga menyebabkan keributan. Risa disampingku mengelus elus punggungku berusaha menenangkanku yang khawatir.

"Mas Yudha sama Fauzan gak kira sampek dipecat kok," ujar Bang Satria disebelah Risa. Dia ikut ikutan menunggu hasil keputusan sidang.

Tak lama kemudian, Mas Yudha dan Fauzan keluar bersamaan. Wajah mereka berdua nampak kusut. "Gimana?" tanya bang Satria mewakili pertanyaan kami semua yang ada disana.

"Saya dipindah ke Jawa bang. Lebih tepatnya Kodam Jaya," jawab Fauzan.

"Paslah sama namamu," kata Bang Satria sambil menepuk bahu Fauzan. Yang ditepuk hanya mengangguk lalu menatapku. "Kau Yudha?"

"Saya tetap disini bang," jelas Yudha sambil menatapku. "Tapi saya dapat hukuman bersihin gudang senjata selama 3 bulan," jelas Mas Yudha.

"Mas Yudha," panggil Fauzan. Membuat Mas Yudha yang semula menatapku kini menoleh pada Fauzan. "Karena besok aku sudah mulai pindah tugas. Boleh tidak aku mengajak Anyelir jalan jalan sebagai salam perpisahan," ujarnya minta ijin pada Mas Yudha.

Mas Yudha menatapku sebentar lalu menatap Fauzan. Dia mengangguk dan pergi melewati aku. Wajahnya benar benar dingin dan menakutkan. "Emang kalian udah maaf maafan?" tanya Risa pada Fauzan.

Fauzan mengangguk menjawab pertanyaannya. "Bagaimanapun kita ini saudara tidak sedarah. Kita di tempa di tempat yang sama. Sebesar apapun masalahnya kalo sudah berpisah harus berpisah dengan baik."

Bang Satria mengangguk. "Betul itu," ucap Bang Satria. "Ya sudah kalo kalian baik baik saja gak sampai mendapat hukuman yang berat. Hanya pindah tugas sama bersihkan gudang senjata. Saya sangat bersyukur komandan mencari jalan yang benar," katanya.

Fauzan mengangguk angguk. Bang Satria lalu menyalami Fauzan. "Selamat tinggal atas pindah tugasnya ke Kodam Jaya dan semoga selalu tetap berprestasi di manapun kamu berada," kata Bang Satria. Lalu dia pergi bersama Risa.

Kini didepan Aula hanya ada aku dan Fauzan. "Ayo jalan jalan karena hari ini aku diberi kebebasan sama komandan," kata Fauzan. "Anggap saja ini salam perpisahan dariku buat kamu dan maaf karena aku tidak bisa menjaga kamu setelah aku pindah tugas," jelasnya.

Aku mengangguk lalu menatap pakaianku. "Tunggu dulu, aku mau pulang dulu. Mau ganti pakaian," kataku. Karena pakaian yang aku pakai sekarang adalah seragam ibu persit.

Dia mengangguk dan menemaniku pulang ke asrama. Sesampainya di depan rumah, Fauzan duduk di teras rumah membiarkan aku untuk berganti baju. Sedangkan Mas Yudha hari ini sudah melaksanakan hukumannya yaitu membersihkan gudang senjata.

Selesai berganti baju, aku segera keluar menatap Fauzan yang sedang melamun. "Ayo," kataku. Dia langsung menoleh padaku lalu berdiri. Aku langsung mengunci pintu begitu Fauzan berjalan keluar rumah.

"Mau kemana?" tanya aku.

Fauzan menoleh. "Bukit Teletabis Dobonsolo Sentani gimana?" tanyanya. Aku langsung mengangguk semangat. Selama 4 tahun lebih aku di Papua hanya pantai Base G yang baru kudatangi bersama Mas Yudha.

Cara yang kami lalui untuk menuju Bukit teletabis harus melalui Danau Sentani terlebih dahulu. Setelah itu menyewa perahu menuju Bukit teletabis. Fauzan menghentikan motor trailnya di dekat danau Sentani. Dia membayar tiket lalu menarik tanganku menuju perahu yang di sewa.

"Danau Sentani aja bagusnya kaya gini jan. Kita main disini aja kenapa? Gak usah ke teletabis."

Fauzan menoleh padaku. "Kalo bisa dua kenapa harus satu nye. Kalo kamu punya kemungkinan mendapat semuanya jangan di sia siakan," katanya. Lalu dia menaiki perahu yang disewakan. Tangannya menarikku untuk menaiki perahu juga. Lalu kami duduk disalah satu kursi yang sudah disediakan, menunggu turis lain yang berniat menuju Pulau Teletabis.

Bunga Anyelir [#2.SGS]Where stories live. Discover now