bag 30. Ucapan Maaf

182 23 3
                                    

Pagi buta, begitu aku terbangun dari tidurku. Aku melihat ke samping tempat tidur, Mas Yudha tidak ada disana. Entah dia bangun sangat pagi atau dari kemarin malam dia sudah tidak disini.

Kemarin sehabis bertengkar memperdebatkan hal tidak penting, aku langsung masuk ke kamar. Membiarkan Mas Yudha yang masih berbicara panjang lebar tentang dirinya yang capek sepulang kerja. Dia memanggilku tetapi aku mengacuhkannya dan menutup pintu seperti banting.

Aku langsung tiduran di ranjang dengan selimut menutupi kepala. Aku masih dapat mendengar ketika Mas Yudha membuka pintu dengan keras tapi tak lama kemudian dia menutup pintu kembali dengan sedikit di banting.

Kukucek mataku lalu bangun dari tidurku. Aku duduk di pinggir ranjang sambil mengusap usap wajahku. Setelah dirasa kesadaranku cukup, aku langsung berdiri dan berjalan keluar kamar.

Kulihat sekeliling rumah, tidak kutemukan tanda tanda Mas Yudha sama sekali. Aku mengecek kamar mandi ternyata kosong. Aku mengecek teras rumah juga sama. Padahal jam masih menunjukkan pukul 4 pagi tetapi Mas Yudha sudah tidak ada di rumah.

Aku duduk di kursi meja makan sambil mengusap usap wajahku. Setetes air mata jatuh melewati pipiku. Apa aku keterlaluan padanya? Sampai sampai dia meninggalkanku tanpa kabar pagi pagi buta begini.

Padahal hari ini hari libur, tidak mungkin dia berangkat kerja sepagi ini. Aku bangun dari dudukku lalu berjalan ke wastafel untuk membasuh wajahku yang tidak jadi karuan ini.

Aku duduk di sofa bertepatan dengan handphoneku yang berdering. Tanda pemberitahuan pesan whatsapp. Segera aku ambil untuk mengecek si pengirim pesan. Fauzan mengirim sebuah pesan.

Fauzan ojan

Jalan jalan yuk

Aku mengerutkan alisku. Tumben tumbennya dia ngajak jalan. Selama dia pindah tugas ke Papua, ini pertama kalinya Fauzan ngajak jalan. Aku mengetik sebuah kalimat lalu mengirimkan pesan tersebut padanya.

Mas Yudha gak ada. Gak bisa minta ijin😭😭

Aku udah ijin ke Mas Yudha. Katanya boleh

Kamu ketemu Mas Yudha. Dimana?

Makanya ayo jalan jalan dulu. Ntar aku bahas Mas Yudha.

Seriusan udah ijin?

Beneran. Gak bohong. Tak jemput ya. 15 menit lagi nyampek.

Selesai berucap seperti itu, aku segera meletakkan handphoneku. Berdiri dari dudukku lalu berjalan menuju kamar mandi. Selesai mandi dan berpakaian rapi, handphoneku kembali berdering. Fauzan menelponku mengatakan bahwa dia sudah ada di depan pintu.

Aku mengambil tas lalu berjalan keluar rumah. Benar saja, Fauzan sudah berdiri di depan rumah menggunakan celana jeans sobek sobek dan kaos polos berwarna hitam. "Style kamu selalu keren," ujarnya padaku.

Aku menatap pakaianku lalu menyampirkan tas kecilku di bahu kanan. Style yang kugunakan hanyalah kemeja putih dibalut rompi hitam, menggunakan kerudung berwarna mocca dan celana kulot berwarna mooca.

"Mas Yudha dimana?" tanyaku. Dia menatapku sebentar lalu berjalan menuju motornya. Aku mengikuti sambil menggunakan helmku.

Fauzan kini mulai menyalakan motornya. "Mas Yudha ada di kantor ada urusan. Terus dia lihat aku dan bilang kalo mau ajak jalan Anye ajak aja daripada dirumah terus. Katanya gitu. Yaudah deh aku minta ijin sekalian mau bawa kamu jalan jalan dan di ijinkan," kata Fauzan.

Bunga Anyelir [#2.SGS]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz