bag 2. Bini Gue

700 60 4
                                    

Assalamualaikum hehe.

|▪|▪|▪|▪|▪|

"Daneen aja yang jadi pemimpinnya," ucapan Pak Satihan membuat Daneen mendengus pelan. Tentara yang sempat memasuki kelas tadi langsung menoleh ke arah Daneen.

Sewaktu memasuki kelas tadi, tentara yang belum kuketahui namanya ini memberikan informasi mengenai Pendidikan Karakter yang akan diadakan di Brigif untuk kelas 3. Pak Kepsek sendiri yang meminta agar anak anak kelas 3 harus menjalani pendidikan karakter sebelum melaksanakan Ujian Nasional maupun ujian yang lain.

Pak Kepsek merasa malu melihat anak didiknya, terutama anak kelas 3 sering mengalami terlambat masuk sekolah. Jika tidak terlambat masuk sekolah pasti terlambat masuk kelas. Itu adalah hal umum untuk anak kelas 3.

Kehidupan sebagai senior atau bisa disebut Agit, kami merasa bebas. Bolos kelas ataupun sekolah, telat masuk kelas ataupun masuk sekolah, tidur saat jam pelajaran, make up tebal dan masih banyak kenakalan kelas 3 yang kami lakukan. Contohnya seperti Bulan yang terang terangan merokok di kelas tadi. Untungnya ketika Daneen membawa Bulan masuk kelas kembali, Pak Satihan hanya menyuruh mereka duduk. Tidak bertanya hal hal lain.

Maka dari itu setelah informasi diberitahu, kami semua yang ada di kelas disuruh keluar terlebih dahulu untuk berbaris di lapangan. Bukan hanya kelasku, kelas yang lain juga begitu. Ada beberapa tentara lain yang mendata jumlah anggota tiap barisan serta memilih pemimpin barisan. Barisan laki laki dan perempuan dibedakan terlebih dahulu.

Daneen masih menggerutu disebelahku, sedangkan Bulan menutup matanya capek. "Daneen buruan maju kedepan," kata Pak Satihan lagi. Mau tak mau Daneen berjalan kedepan dengan terpaksa lalu berhenti disebelah om tentara.

"Dia baru saja membawa nama baik sekolah. Dia dan teman temannya juara 2 lomba baris bertongkat," ujarnya membangga banggakan Daneen. Anak anak hanya mendengus mendengar ucapan Pak Satihan sedangkan Daneen merapatkan bibirnya merasa malu.

"Oh iya, nama lengkapnya siapa?" tanya tentara itu.

"Daneen Eshal Jayanegara," kata Daneen. Aku berharap aku saja yang jadi pemimpinnya. Dengan begitu, dia tau namaku.

Aku pikir setelah mendata, kami semua kembali ke kelas. Ternyata kami harus latihan baris berbaris terlebih dahulu sampai benar. Bulan mendengus kesal, langkahnya yang jalan di tempat kini tidak beraturan. Membuat Pak Satihan geram dan memukul kaki Bulan pelan dengan kayu.

"HENTIII GRAK." Aba aba Daneen sontak membuat kami menghentikan langkah kami. Ada yang berhenti dengan langkah kaki benar. Ada yang kebingungan kaki sebelah mana yang harus berhenti terakhir.

"Suruh istirahat di tempat." Aba aba dari tentara itu membuat Daneen menoleh sebentar lalu mengangguk. Daneen segera menyuruh teman temannya untuk beristirahat.

Tentara itu sebut saja 'Dia.' Berjalan mengecek kebenaran posisi istirahat teman teman. Terutama dari segi posisi tangan. Tidak terasa dia kini sampai dihadapanku. Jantungku berdegup kencang sekali ketika dia berada dekat denganku. Langkahnya kini berhenti dibelakangku sebentar.

Sebuah sentuhan tangan yang menyentuh pergelangan tanganku membuat aku berjengit. "Eh maaf bikin kaget ya. Ini posisi tangan kamu salah," bisiknya serak di telingaku. Pipiku memerah, aku merinding. Aku menutup mataku berusaha mengatur nafasku yang terasa sesak sedikit.

Bunga Anyelir [#2.SGS]Där berättelser lever. Upptäck nu