bag 27. Pesan Risa

194 26 1
                                    

Setelah bertemu Fauzan di tempat yang tidak aku duga, maka disinilah aku sekarang. Di salah satu cafe yang di rekomendasikan oleh Risa. Duduk menghadap Fauzan serta Risa yang duduk disebelahku. Risa melirikku lalu melirik Fauzan bergantian. Dia pasti ingin tahu kenapa aku bisa mengenal tentara bujang yang tampan seperti Fauzan. aku hafal betul jalan pikiran Risa.

"Ris," panggilku pelan. Risa menoleh padaku. "Ini sahabat aku, namanya Fauzan. jan Ini teman aku selama tinggal di asrama, namanya Risa. Orang Jawa Tengah tapi berwajah Manado," jelasku memperkealkan mereka.

Risa tersenyum pada Fauzan lalu menyerahkan tangannya. "Risa." ujarnya sambil senyum senyum. Aku menendang tulang kirinya, berniat menyadarkan dirinya yang sudah terlanjur masuk dalam pesona Fauzan. Fauzan menerima uluran tangan Risa sambil tersenyum lalu cepat cepat melepasnya.

aku yang semula menatap tangan mereka kini menatap Fauzan kembali. "Jadi jan bisa jelaskan kedatangan kamu kesini?" tanyaku meminta penjelasan dengan kedatangannya yang seperti Jailangkung. Datang tak diundang pulang tak di antar.

"Aku baru saja meraih medali emas tinju tingkat Asia Tenggara," ujar Fauzan. Dia menunjukkan sebuah foto dirinya bersama beberapa orang dari negara lain saling berangkulan menunjukkan medali mereka masing masing. "Komandan memberiku hadiah untuk pindah tugas di tempat lain. Jadi aku pilih Kodam Cendrawasih," jelas Fauzan.

Kulirik Risa masih sibuk melihat beberapa foto Fauzan beserta peserta lain di galeri handphone Fauzan. Dia nampak serius menggulir setiap foto yang ada disana. "Kenapa pilih sini? Kenapa gak pilih Kodam Brawijaya?" tanyaku.

Dia benar benar aneh. Biasanya orang Jawa jika ditempatkan diluar Jawa pasti minta kembali ke tanah Jawa. Sedanglan Fauzan justru memilih  tanah Papua. Di ujung timur Indonesia lagi.

Fauzan menggeleng pelan "Gak deh males ada Daneen di Surabaya. Dia pasti merengek terus tiap hari ke aku gara gara di jodohkan sama Perwira Polri itu," kata Fauzan sambil terkekeh kecil. Aku tertawa mendengar penjelasannya.

"Tapi kenapa Kodam Cendrawasih? kan masih banyak Kodam Kodam yang lain?"

Risa yang sudah melihat semua foto foto Fauzan akhirnya menyerahkan handphone Fauzan. Fauzan menerimanya sambil meletakkan handphonenya ke dalam saku celananya. Kini Risa meletakkan tangannya sebagai tumpuan dagu. Dia menatap Fauzan terang terangan.

"Soalnya di Kodam Cendrawasih ada kamu," ujarnya santai.

Tubuhku langsung membeku sebentar setelah mendengar jawabannya yang santai itu. Kulirik Risa yang membolakkan matanya mendengar jawaban Fauzan. Sedangkan aku berdehem pelan menormalkan diriku yang masih terkejut dengan jawabnnya.

"Apaan sih bercandanya keterlaluan," kataku sambil terkekeh kecil. Sesekali melirik Risa yang masih menatap Fauzan serius.

Fauzan tersenyum lalu tertawa pelan. "Santailah lama gak bertemu. Iya maaf aku cuma bercanda tadi. Aku pilih Papua karena Papua itu pulau yang indah. Apalagi Raja Ampat, siapa sih yang gak pingin kesana," jelas Fauzan.

Lalu kami sama sama terdiam setelah itu. Tak lama kemudian, pelayan mengantarkan makanan yang kami pesan tadi. Fauzan memesan nasi goreng sedangkan aku dan Risa memesan mie goreng. Risa langsung tersenyum ceria melihat makanan yang dia tunggu tunggu tiba.

"Selamat makan," ujar Fauzan sambil tersenyum. Aku mengangguk lalu memakan pesananku. Fauzan memperhatikan aku yang sedang memakan pesananku. Cukup lama dia melalukan itu dan sukses membuatku salah tingkah.

"Kenapa?" tanyaku. Jujur saja aku merasa canggung jika ditatap seperti itu oleh Fauzan.

Fauzan meletakkan sendoknya. "Umurmu sudah 22 tahun tapi makan aja masih belepotan. Gimana sih?" Tangannya bergerak untuk mengusap bibirku yang belepotan. Tapi sebelum itu terjadi, aku segera memundurkan wajahku dan mengambil tisu untuk mengelap bibirku yang belepotan.

Aku melirik Risa yang ternyata menatap kelakuan Fauzan terhadapku. Aku sudah yakin bahwa dia akan berfikir yang macam macam. Kulihat Fauzan kembali menggengam sendoknya. Dia mengunyah makanannya dengan santai.

Fauzan masih menyukaiku?

|▪|▪|▪|▪|▪|

Selesai makan di cafe yang tak jauh dari Kodam karena di traktir Fauzan. Aku, Risa dan Fauzan kembali menuju Kodam untuk pulang. Aku dan Risa kembali ke asrama kami sedangkan Fauzan kembali ke asrama bujang. "Anye kapan kapan kita jalan jalan lagi ya," ucap Fauzan lalu memisahkan diri menuju asrama bujang.

Dia melambai lambaikan tangannya sambil tersenyum lalu pergi. Tidak ada niatan untuk menoleh lagi. Sedangkan aku dan Risa masih menatap punggung Fauzan yang mulai menjauh. Risa menoleh ke arahku lalu kembali menatap punggung Fauzan.

"Jadi ada hubungan apa diantara kalian sebelum itu?" tanya Risa setelah Fauzan pergi menjauh. Dia merapihkan kerudungnya yang sudah menampakkan poninya.

Kami berdua sama sama berjalan menuju asrama tempat kami tinggal. "Fauzn itu cuma sahabatku," jelasku.

"Bohong," ujarnya. Aku menoleh ke Risa sambil menaikkan alisnya. "Masa sahabatan doang tapi dia perhatian banget."

Aku mengangguk karena ucapan Risa memang benar. "Beneran ih, gak percayaan banget. Dia itu memang perhatian banget sama sahabat sahabatnya. Kamu tau Daneen ndak yang di Surabaya itu?"

Risa menganggguk. "Yang jadi polsuspas itu kan?" Aku mengangguk membenarkan tebakannya.

"Fauzan juga perhatian ke Daneen. Bahkan dia yang temani Daneen waktu ayahnya meninggal," jelasku. Aku tidak mau Risa berspekulasi yang aneh anhe tentang hubunganku dengan Fauzan.

"Kok aku masih gak percaya ya nye?" ucap Risa. "Aku yakin banget kalo Fauzan nyimpan perasaan ke kamu. Kamu taukan kalo cowok dan cewek itu gak bisa bersahabatan secara murni. Kamu juga pasti tau kalo salah satu diantara kalian pasti ada yang saling suka," jelasnya panjang lebar.

Aku mengangguk membenarkan ucapannya. Aku jadi teringat kejadian 5 tahun lalu. Kejadian dimana persahabatan aku Daneen, Fauzan dan Bulan retak karena perasaan yang sudah lama kami pendam masing masing. Ketika diantara kami saling mengungkapkan perasaan satu sama lain hingga menyebabkan pertengkaran.

"Yayaya Fauzan pernah suka sama aku," akuku jujur. Risa menoleh terkejut karena pengakuanku.

"Terus terus?" tanyanya tidak sabar.

"Itu dudah dulu."

"Ih cerita dong... "paksanya.

Aku menoleh padanya lalu mendengus. Sedangkan Risa hanya membinarkan matanya berharap aku menceritakannya.

"Dulu aku,  Daneen, Fauzan, Bulan dan Ervan itu sahabat. Kami bahkan pernah berlibur ke Ranu Kumblo."

"Bulan... Ervan...." beo Risa.

"Ervan meninggal karena kecelakaan dan Bulan menghilang tanpa kabar," jelasku. Dia mengangguk paham. "Setelah Ujian Nasional Bulan bilang bahwa dirinya suka Fauzan. Itu awal mula keretakan persahabatn kami. Setelah itu Fauzan meminta maaf dan mengatakan bahwa dia menyukai orang lain yang tak lain adalah aku. Sedangkan aku akhirnya mengungkapkan rahasia yang aku simpan serapi mungkin yaitu aku berpacaran dengan Ma Yudha. Kami bertengkar dan persahabatan kami retak. Aku berusaha memperbaiki semua yang sudah hancur sayangnya tidak seperti semula," jelasku.

Risa mengangguk. "Ribet banget hubungan kalian. Intinya Fauzan pernah suka kamu dong berarti."

Aku mengangguk membenarkan kesimpulannya. Panjang panjang aku bercerita yang Risa simpulkan hanya itu. "Mas Yudha tau kalo Fauzan pernah suka kamu?" tanyanya.

Aku menggeleng. Aku tidak pernah menceritakan hal itu. Lagipula Mas Yudha tidak pernah bertanya.

"Kamu harus jaga jarak nye dengan Fauzan." ujar Risa. Aku menoleh padanya sambil menaikkan alis. "Kita gak tau perasaan seseorang gimana. Bisa saja Fauzan masih menyimpan perasaaan sama kamu. Asal kamu tau di dunia ini bukan hanya ada pelakor tapi ada pebinor juga."

Fauzan bukan pebinor. Aku tau dia orang baik. Sesuka apapun dia padaku tetapi dia masih tau mengenai fakta bahwa aku istri orang.

|▪|▪|▪|▪|▪|

Salam,

Elga senjaya

27 Maret 2021

Bunga Anyelir [#2.SGS]Where stories live. Discover now