bag 16. Retak

191 19 0
                                    

"Yang namanya Silvia Yunita mana?" teriak kakak osis menggelegar di lapangan. Orang yang merasa namanya disebut langsung mengacungkan tangannya. "Cepetan maju," ujar beberapa osis.

Begitu orang yang dimaksud maju, osis tersebut melanjutkan menyebut nama nama lain. Orang orang tersebut maju sambil merapikan rompinya yang terbuat dari kardus.

Hari ini adalah hari ke 3 MOS atau disebut Masa Orientasi Sekolah dilaksanakan. Dengan menggunakan pakaian dari kardus, topi dari keranjang, name tag, kaos kaki panjang sebelah, dan rok rumbai rumbai dari rafia terciptalah anak kelas satu yang menggemaskan. Gemas cangkemmu iku.

Daneen yang berada disebelahku menguap karena ngantuk. "Mereka kenapa kok dipanggil panggil gitu?" tanyanya padaku.

Aku mengangkat bahuku tidak tahu juga. Begitu semua orang yang dimaksud sudah maju kedepan, kakak kakak osis langsung memarahi mereka semua. Entah apa yang mereka buat sampai membuat kakak osis marah. Aku juga tidak tahu, tidak kedengaran karena aku duduk dibelakang.

"Itu anak kenapa?" tanya Daneen sambil menoel anak cowok di depannya. Anak cowok tersebut menoleh pada Daneen. Dia adalah Fauzan.

"Gak tau. Gak jelas. Palingan juga konten prank," kata Fauzan lalu kembali menghadap kedepan. Tangannya bergerak nampak menggambar di tanah.

"Konten prank gigimu itu. Mereka dimarahin gara gara bikin status di WA tentang anak osis yang suka marah marah gitu," ujar perempuan didepanku ikut ikutan nimbrung. Dia adalah Bulan.

"Kok bisa ketahuan?" tanya aku.

Bulan menoleh padaku. "Biasalah. Ada yang muka dua," balasnya.

"Tega banget anjir kalo sampek ada yang muka dua," kata Fauzan.

"Sebenarnya ya betul juga sih gak boleh ngomong kaya gitu apalagi di sosmed. Cuma ya gak usah dipanggil kedepan gitu terus di marah marahin. Kalo memang mau dimarahin ya tinggal dipanggil ke ruang osis. Bener gak?" tanya Fauzan meminta pendapat pada kami.

"Betul oppa," balas Daneen sambil menunjukkan tanda jempol.

"Gak jelas banget kan," kata Bulan menambahi. Daneen kini menunjukkan tanda jempol ke Bulan. Bulan membalas dengan tandan jempol.

Ini mereka malah jadi berbincang bincang gini gak tau tempat. Kalo anak osis sampai tahu, habislah mereka jadi santapan mereka. Sayangnya, hal itu menjadi kenyataan. Salah satu anak osis datang mendekati kami sambil berdehem keras. Membuat beberapa peserta MOS menoleh.

"Bagus ya. Temannya di depan lagi dimarahin. Kalian malah enak enak disini cerita cerita," ujar kakak osis yang rambutnya diikat. Daneen, Fauzan dan Bulan langsung diam seketika.

"Ada apa nih?" tanya salah satu kakak osis ikut ikutan nimbrung.

"Ini loh gak menghargai kakak kakak didepan," jawabnya.

Setelah itu beberapa anak osis ikut ikutan mendekat ke arah kami. Lalu mereka memarahi kami berempat. Ketua osis yang melihat langsung turun tangan menyuruh kami berempat berdiri di barisan depan juga. Padahal aku hanya ngomong sedikit tapi aku ikutan kena imbasnya juga. Sungguh sial sekali.

Kami diberi hukuman untuk menyapu halaman belakang sekolah. "Kau sih ngajak ngomong," ucap Fauzan menyalahkan Daneen.

"Yeee kau yang paling banyak omongnya," balas Daneen.

Bunga Anyelir [#2.SGS]Where stories live. Discover now