Reizen VII : part 3

1.8K 81 4
                                    

Matahari sudah berada tepat diatasku ketika aku sudah sampai di dalam kastil. Para penjaga sepertinya sudah diberitahu kalau aku akan datang. Mereka langsung membukakan gerbang tanpa bertanya begitu melihatku.

Saat ini merupakan jam – jam sibuk para pelayan di kastil. Terlihat dari para pelayan yang mondar – mandir kesana kemari. Mungkin karena sudah memasuki jam makan siang. Mereka sangat sibuk sampai tidak ada yang menyadari keberadaanku.

Aku berjalan mengikuti denah yang diberikan oleh Néir. Terus hingga ke bagian timur kastil. Di bagian timur ini, aku tidak bertemu dengan para pelayan. Pekerjaan para pelayan terpusat pada bagian tengah kastil. Semakin aku mengikuti denah, aku semakin mengenal daerah kastil bagian timur ini. Dan puncaknya adalah saat denah itu berbelok menembus dinding yang tertutupi lukisan Raja Dôrado.

Aku kembali menatap lukisan itu. berarti ini jalan menuju taman dengan air terjun yang kukunjungi saat malam kematian sang raja kah? Pertanyaan itu terjawab setelah aku melewati jembatan yang menghubungi kastil ini dengan menara pengintai. Jelas ini jalan menuju taman dengan air terjun itu. aku membuka pintu di ujung anak tangga.

Pemandangan saat pertama kali kesini yang gelap, sangat berbeda dengan sekarang. Taman ini berupa ceruk besar dibawah air terjun. Atau lebih tepatnya sebagian besar taman ini berada dibalik air terjun. Ditengah taman ini, terdapat sebuah meja berwarna putih dengan 4 kursi mengelilinginya.

Disekitar meja dan kursi itu, terdapat berbagai macam bunga dengan warna – warna mencolok. Tulip, Lilac, Mawar Putih, Anggrek dan bunga – bunga lain yang tidak kuketahui namanya menghiasi taman ini. Dan sangat kontras dengan rumput hijau yang dipotong rapi, warna coklat bebatuan, dan warna biru air terjun. Pagar hitam berbentuk sulur – sulur mawar memberi batasan antara taman ini dengan tebing yang cukup tinggi.Taman ini memberikan suasana menenangkan sekaligus elegan.

Aku berjalan kesisi terjauh taman ini dari pintu aku keluar. Tempat dimana kemarin si wanita yang kutemui pada malam kematian Raja Dôrado. Di sisi terjauh ini, terlihat pemandangan yang jauh berbeda dari di sisi lain taman yang hanya tebing dan air terjun walaupun itu sangat menakjubkan. Dari sisi terjauh taman ini, terlihat perkebunan dan persawahan di dekat aliran sungai yang berasal dari air terjun ini. Di antara kebun – kebun dan sawah – sawah itu ada beberapa kincir angin berukuran sedang. Aku sangat menikmati pemandangan ini. Sampai suara pintu yang terbuka membuyarkan lamunanku. Seketika aku membalikkan badanku.

“ Ah, ternyata kau sudah sampai duluan. Maaf membuatmu menunggu.” Suara Kítrino sangat berat dan serak. Sangat kelihatan kalau dia sangat lelah. Dua kantung mata sudah muncul di bawah matanya. Walaupun wajahnya bersih, tapi terlihat kusam. “Néir, pergilah dulu. Ambilkan sesuatu yang bisa kumakan disini.”

“ Baik Tuan muda.” Néir dengan berat hati meninggalkan kami berdua.

Kítrino langsung duduk di kursi di tengah taman. Sementara aku masih tetap di tempatku.

“ Duduklah. Kau tidak perlu sungkan begitu. Aku tidak suka diperlakukan seperti itu.” Dia mengusap wajahnya.

Aku terdiam ditempatku sejenak, sebelum duduk di kursi seberang Kítrino. “ Kau terlihat kacau.”

Kítrino menengadah menatapku. Lalu tersenyum kecut. “ Begitukah? Rapat itu memang benar – benar membuatku kacau. Tapi kita disini bukan untuk membicarakan kondisiku. Aku menebak kau pasti ingin meminta izinku untuk pergi keselatan, bukan?”

“ Ya. Aku bermaksud seperti itu.”

Kítrino mengubah posisi duduknya menjadi senderan ke kursi lalu menutup matanya. “ Aku ingin sekali memberimu izinku padamu. Tapi sayangnya tidak bisa sekarang,” Sebelum aku sempat bertanya lebih lanjut, Kítrino melanjutkan keterangannya. “ Saat ini aku bukan di posisi yang bisa memberikanmu perlindungan saat kau diperbatasan nanti. Walaupun kau memegang surat dengan tanda tanganku, tapi itu tidak akan menjamin keselamatanmu hanya dengan itu saat kau menyebrang ke perbatasan. Kau butuh stempel raja untuk itu. Dan sekarang tidak ada raja yang menjabat. Aku belum mendapatkan tahtaku.”

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang