Reizen IV : part 3

2.2K 72 12
                                    

Aku membeku di tempatku berdiri. Apa dia tahu aku yang sebenarnya? Tidak. Itu tidak mungkin! Bagaimana dia bisa tahu hanya dengan aku menanyakan tentang orang yang kucari? Dia tidak mungkin termasuk orang - orang yang mengejarku, mengingat dia tentara, bukan? Sebelum aku bisa berpikiran aneh - aneh, dia sudah menginterupsiku.

“ Harusnya aku sadar siapa kau sebenarnya setelah melihat pedang ini saat tadi kau bertarung dengan Noah.” Dia menelusiri pedangku. “ Kau bagian dari ramalan dan kisah legendaris itu kan? Atau lebih tepatnya kusebut sebagai Elemetal Foréa Api?”

Aku kembali membeku. Butuh beberapa saat bagiku untuk menemukan kembali suaraku yang hilang entah kemana. Dan, entah bagaimana suatu kesimpulan terbentuk di otakku.

“ Darimana kau tahu tentang itu? Sejauh yang kutahu kisah itu sudah tidak diceritakan lagi sejak beberapa abad yang lalu dan lagi pula ramalan itu tidak didengar oleh masyarakat umum. Berarti kau salah satu bagian dari kisah itu kan?”

Dia tersenyum. Lalu melemparkan pedang merahku kearahku. Aku menangkapnya dan segera menyarungkan kembali kedua pedangku. Dia membuka seragamnya. Menyisakan sehelai kaus tanpa lengan dan memperlihatkan tattoo di pangkal tangan kanannya. Tattoo itu sama persis dengan tattoo yang ada ditangan kiri Gin. Yang berbeda hanya gambar 3 bintang kecil diatas lambang anginnya sementara Gin bergambar paruh.

“ Ya. Aku salah satu bagian dari ramalan itu. Aku salah satu dari 7 pelindung Elemetal Foréa angin. Dan kau Elemetal Foréa api kan?”

“ Iya.”

“ Lalu, Bagaimana dengan si Pangeran dan temanmu yang satu lagi? Mereka juga bagian dari ramalan kuno ini bukan?”

“ Iya, Pangeran merupakan elemetal Foréa tanah, dan Gin sama sepertimu, dia salah satu dari 7 pelindung elemetal Foréa angin.”

Téchoun sudah kembali memakai seragamnya. Dia merapikan baju seragamnya.“ Tidak kusangka aku akan bertemu dengan yang lainnya seperti ini. Terlebih 3 orang langsung secara bersamaan. Dan salah satu diantaranya adalah pangeran.” Gumamnya pelan setengah tidak percaya.

“ Kau kenal kan siapa yang kucari, bukan? Ada sesuatu yang perlu keberikan kepadanya.”

Dia menengadah menatap lurus kemataku. Ada sesuatu disana yang tidak bisa kuartikan. Antara bertanya - tanya, tidak terlalu senang, dan kegembiraan yang aneh disaat yang sama.

“ Kau akan bertemu dengannya besok pagi disini. Di lantai teratas balai latihan ini pukul 8. Kami akan menunggumu disana. Silahkan istirahat sampai besok tiba.”Akhirnya dia kembali bersuara menggunakan segala otoritas yang dimilikinya sebagai tentara tingkat atas.

Kalau dia berkata begitu, berarti tidak akan ada lagi yang akan disampaikannya. Aku tidak mau berbantah – bantahan dengannya. Jadi aku keluar dari balai latihan itu dan berjalan cepat menuju benteng.

***

Cahaya matahari pagi yang lembut membuat mataku sedikit memicing. Aku dalam perjalanan menuju balai latihan ditemani Gin dan Kítrino. Aku menggenggam buku putih perniggalan Marquis itu di balik tunik tanpa lenganku. Aku sudah menceritakan semuanya – Kecuali kenyataan bahwa aku merupakan salah satu dari kaum Nadliský – pada mereka malam itu juga. Tentang buku ini, Téchoun dan masalah kecil yang kubuat di bar malam itu. Mereka berdua tidak berkomentar apa pun tentang masalah kecil itu, mereka malah sibuk dengan pikiran masing - masing setelah mendengar ceritaku. Bahkan sampai dalam perjalanan menuju balai latihan pun mereka masih terdiam. Kalau Kítrino yang diam memang wajar, tapi Gin? Entah apa yang mengganggu pikirannya kali ini.

Suara dentingan senjata yang bertemu sudah terdengar dari jauh. Betapa ramainya balai latihan itu pagi ini. Kami masuk ke dalam balai itu. Tentara dari berbagai tingkat latihan di tempat itu. Dari latihan adu tombak sampai adu pedang. Seluruh lapangan penuh dengan orang berseragam biru. Aku menanyakan kepada seorang tentara tingkat III yang sedang beristirahat di pinggir lapangan.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang