Reizen II - Vânt City : Part 1

2.8K 95 2
                                    

Hari sudah gelap ketika aku mulai menuruni bukit kecil sebelum akhirnya tiba di kota Vânt. Cahaya lampu yang menerangi kota sudah terlihat dari atas bukit. Syukurlah, tidak ada halangan berarti selama perjalan ini, aku sedang tidak mood untuk bertemu seekor Agrióchoiros sendirian. Walaupun tadi siang sudah beristirahat, tetap saja badanku masih menginginkan sebuah tempat tidur. Aku menuruni bukit kecil ini dengan cepat dan sekarang aku sudah berada kembali di depan gerbang.

Nampaknya Alfred dan Uistean sudah digantikan oleh penjaga yang lain. Penjaga yang sekarang terkesan lebih tidak ramah dibanding Alfred dan Uistean. Mereka nampak terlalu kaku. Karena penjaganya ganti , terpaksa aku harus mengikuti prosedur – prosedur membosankan untuk mendapatkan izin masuk ke kota. Mengantri, dan mengisi lembaran - lembaran tolol. Ketika giliranku tiba, aku menghampiri kedua penjaga tersebut. Tapi ternyata Uistean ada di pos penjaga itu, dia melihatku. Raut mukanya sedikit terkejut ketika melihatku. Dia segera berlari keluar dan menghampiriku.

“ Eh , kok kamu ada diluar lagi? Bukannya tadi kamu tertidur dirumah Borcuse? Aku tidak melihatmu keluar dari kota saat aku jaga” Tanyanya.

“Erm, yah, ada sesuatu yang tertinggal, aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu tadi.”

“ Oh, baiklah, tadi memang sedikit sibuk. Karena keluarga kerajaan akan datang minggu ini, kami para penjaga harus bekerja lebih ketat untuk saat ini. Oh, masuklah! Ini” Uistean menyerahkan sebuah kartu kepadaku. “ Itu kartu pengenal disini, tadi Borcuse memintaku untuk membuatkannya untukmu dan temanmu.”

Aku menerima kartu itu dan segera memasukkannya kedalam tas kecilku.“Terima kasih.”

“ Sama – sama. Ohh, pedang itu kah barang yang tertinggal? Indah sekali pedang itu.” kata Uistean sambil memandangi pedangku.

“Eh ya, aku kembali untuk mengambil ini.”

“ Woaaa ~ ornamennya sangat indah. Aku juga pu--”

“ Vanir!”

Tiba – tiba dari kejauhan Alfred berlari dengan nafas memburu meneriaki namaku. Perhatianku langsung teralih dan memandangnya. Alfred sudah sampai ditempat aku dan Uistean berdiri.

“ Woaa ~ ada apa kawan? Kenapa tergesa – gesa seperti itu?”

“ Urg…. Hosh.. host, itu ehm, kamu,” dia menunjukku “ Teman mu dalam keadaan sekarat! Borcuse memintaku untuk memanggilmu secepatnya.”

A-apa? Tidak cukupkan kejadian – kejadian buruk menimpaku hari ini? Aku sudah tidak mendengarkan lagi apa yang dikatakan Alfred, aku sudah berlari menuju gang – gang sempit yang berliku. Sial! Karena keluarga kerajaan akan datang, desa sibuk mempersiapkan penyambutan. Bahkan di gang – gang kecil seperti ini pun dipenuhi orang. Sudah beberapa orang yang kutabrak didalam gang – gang ini. Hal ini bahkan lebih parah ketika memasuki perempatan besar. Jalan penuh dengan dekorasi penyambutan dan orang – orang tentunya. Aku menerobos kerumunan orang – orang berpakaian hitam – hitam. Mereka menatapku dengan muka sebal. Akhirnya aku sampai didepan rumah sederhana ini.

Aku tidak menunggu Mr. Borcuse untuk membukakan pintu, aku langsung masuk saja kerumahnya. Toh, tidak ada yang peduli dengan seseorang yang menerobos masuk rumah seseorang di keramaian seperti ini. Aku langsung kekamar tempat dimana Ann terbaring.

“ANNN!!!”

aku melihat sebuah kain putih diatas mukanya. Jadi aku sudah….. terlambat? Aku langsung terjatuh di depan tempat tidurnya. URG! Kenapa kejadian – kejadian buruk ini terus melandaku tanpa henti? Aku hanya terdiam melihat mayat Ann yang berada didepanku. Tapi entah kenapa air mataku tidak merembes keluar. Mungkin karna didasar hatiku mengatakan bahwa Ann memang tidak akan lama bertahan. Hatiku sudah siap untuk itu. Aku mencoba berdiri. Dan melihat Ann untuk yang terahir kalinya. Wajah porselennya sekarang penuh dengan luka bakar yang mengerikan.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang