Reizen I : Part 3

2.8K 103 0
                                    

Bulan demi bulan berlalu dengan cepat. Sudah 3 bulan aku berada di desa Osilon. Selama itu pula aku menghabiskan waktuku dengan belajar banyak hal bersama Ann di kamar ini. Dari membaca, menghitung hingga hal - hal remeh seperti mengetahui nama - nama benda yang asing dan tidak kukenal. Seperti mangkuk sup super besar itu namanya baskom dan kain tebal penutup jendela adalah tirai. Harusnya badanku belum pulih sepenuhnya, tapi pada kenyataannya, sekarang aku sudah pulih sepenuhnya. Hal ini meleset dari perkiraan Kathiérgre itu yang memperkirakan aku membutuhkan waktu lebih dari 4 bulan. Sayangnya, Kathiérgre itu pindah lagi setelah 2 minggu berada di desa Osilon. Dan hal ini sangat mengganggu Marquis. Setelah Kathiérgre itu pergi, kini Luigi yang merawatku. Dia sungguh heran kenapa aku bisa pulih sepenuhnya dalam waktu yang cukup singkat. Kalau ditanya kenapa pun, aku tidak punya jawaban untuk itu.

Hari ini, untuk pertama kalinya akhirnya aku diizinkan keluar dari rumah kepala desa. Aku sudah mengenal beberapa orang yang sering berkunjung ke rumah kepala desa. Seperti Camillia, wanita berwajah oval, hidung elang dan berambut coklat hazelnut bergelombang, sang pemilik toko bunga yang berada di diseberang alun - alun desa. Lalu, ada Jason, sang tukang roti langganan Ann yang mempunyai toko di utara desa. Pria berambut hitam cepak, mata elang, hidung bengkok dan bertubuh kekar itu adalah orang yang paling sering berkunjung ke rumah kepala desa. Dia datang 2 hari sekali untuk mengantar roti pesanan Ann. Kesan pertamaku tentang Jason adalah orang kasar dengan badan kekar dan baju tanpa lengan. Tapi, pada kenyataannya, dia orang yang sangat ramah dan baik. Aku sudah berjanji padanya kalau aku akan berkunjung ke tempatnya setelah aku sudah diperbolehkan keluar dari rumah. Aku akan memenuhi janjiku kepadanya hari ini.

Sepanjang hari pertamaku keliling desa, aku berhasil mengetahui satu hal. Bahwa aku benci jadi pusat perhatian. Dimana pun aku berjalan, orang - orang menatapku dengan pandangan aneh. Ann sudah mencoba menenangkanku bahwa mereka menatapku seperti itu karena aku berbeda. Yah, aku tahu aku berbeda dan aku sudah berusaha memperkecil perbedaanku dengan memanjangkan rambutku untuk menutupi telingaku. Setidaknya sekarang aku sudah lebih mirip manusia. Dan satu lagi. Menjadi pusat perhatian berarti menambah musuh yang bahkan tidak kukenal. Walaupun aku tidak mengerti kenapa mereka memusuhiku. Oh ya, jangan salah, aku tetap menikmati hari pertamaku keliling desa.

Sayangnya, setiap hari sejak hari pertama aku keliling kota sampai sudah 2 bulan berlalu, selalu ada yang mengajakku berduel. Mereka tidak punya simpati sama sekali untukku yang notabenenya baru mulai menggunakan pedang. Untung saja tubuhku hampir selalu lebih besar dari pada lawanku, sehingga aku bisa menggunakan tubuhku sebagai tameng kalau aku kurang cepat bereaksi. Yah, walaupun pada akhirnya saat tiba dirumah aku diceramahi oleh Ann karena tambahan luka baru.

Selama 2 bulan ini aku berhasil mengalahkan lawanku. Tapi, tidak dengan lawanku yang saat ini kulawan, Polrug, petarung dan pemburu terkuat di desa ini. Gerakannya sangat terkontrol dan dia tidak bisa dikalahkan hanya dengan memasang badan. Aku sedang terdesak karena perisaiku sudah terlempar karena serangan terakhir Polrug. Aku tidak tahu kenapa, tapi memegang satu pedang di tanganku terasa aneh dan gerakanku menjadi kaku karenanya. Aku bertahan dalam gerakan kaku menyebalkan ini cukup lama sebelum tiba - tiba Polrug berhenti menyerangku.

" Kau masih punya niat bertarung atau tidak?"

Aku hanya diam tidak menjawabnya. Apakah aku punya niat bertarung? Kurasa tidak. Aku memang tidak pernah ingin bertarung. Mereka saja yang seenaknya memaksaku untuk meladeni mereka bertarung.

" Tidak. Kau belum punya niat bertarung. Aku tidak berminat pada orang yang tidak punya niat bertarung." Dia menyarungkan pedangnya kembali sementara aku masih bergeming di tempatku memandang tidak percaya. Dia tidak bercanda bukan? Dia adalah orang pertama yang tidak menantangku hingga ada salah satu diantara kami yang kalah. Dan selama ini, para penantangku sangat bernafsu untuk mengalahkanku.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang