Reizen III : Part 3

2.4K 79 3
                                    

Bulunya yang keperakan terpotong rapi. Berbeda dengan kawanan yang menyerang kami kemarin.

Tentu saja aku berbeda dengan mereka anak muda. Sebuat suara terngiang di kepalaku. Aku langsung mengambil satu langkah mundur.

Siapa kau? Kenapa kau bisa masuk kepikiranku? Balasku dalam hati.

Lýkrízos perak itu tidak menjawab. Hanya memandangku sambil beranjak dari tempatnya berbaring. Aku tidak tau harus berbuat apa. Matanya bertemu mataku ketika jarak diantara kami terpaut sekitar 2 langkah, dan seketika sekelilingku menjadi berwarna merah. Aneh. Selama ini mataku tidak pernah berubah menjadi merah saat emosiku tidak terpancing.

Dan, tiba - tiba saja, pemandangan sekitarku berubah.

Sekarang aku berada di pandang rumput.dan aku menjadi dekat dengan tanah. Apakah aku sedang melihat melalui mata Lýkrízos? Entahlah. Aku tidak yakin.

Namun, pemandangan itu hanya bertahan beberapa detik sebelum kembali berganti. Sekarang penglihatanku hanya beberapa senti dari tanah. Tampaknya si Lýkrízos perak itu sedang berbaring. Dari sudut pandang si Lýkrízos perak itu terlihat banyak orang yang tertawa dan bercanda. Aku melihatnya.

Orang yang duduk di depan api unggun itu sangat mirip dengan Kítrino. Dengan rambut pirang platinum terpotong rapi dan mata berwarna ungu Amesthys yang sangat jarang itu. Pria itu juga menggunakan jubah berwarna emas yang terkesan sangat bangsawan. Aku menatap pria itu lekat - lekat. Mencoba menemukan hubungan apa antara pria itu dengan Kítrino.

Namun, pandanganku teralihkan saat seseorang datang. Seorang laki - laki dengan rambut pirang kecoklatan yang tidak panjang ataupun pendek. Matanya yang sehijau emerald itu menatapku. Tak lama kemudian pemandanganku juga berubah menjadi merah saat mata hijau itu juga memerah. Dan pemandangan berubah lagi ketempat semula, di gua gelap yang hanya diterangi oleh oborku. Pandanganku sudah kembali normal. Lýkrízos perak itu masih memandangku dengan tatapan lembutnya.

Siapa pemuda bermata hijau itu? Kenapa aku merasa seperti aku mengenalnya? Dan, siapa kau tepatmya? Tanyaku dalam hati.

Aku Algant. Aku abdi leluhurmu pada masa itu. Orang - orang menyebutnya Elemetal Foréa dan dia adalah kakek buyutmu 66 keturunan yang lalu.

Apa katanya tadi? 66 keturunan?

66 keturunan katamu? Dan kau masih ada disini orang yang menyaksikan 66 keturunan sebelum diriku. Apakah kau abadi?

Tidak. Aku bisa mati dibunuh. Dan lagi aku sudah dimantrai oleh leluhurmu yang dulu untuk mendampingi keturunan ke 66. Mantra itu hilang saat kau lahir, tepat 20 tahun satu hari yang lalu.

Satu lagi fakta tentang diriku terkuak sedikit demi sedikit seiring dengan perjalanan ini mulai. Aku sudah 20 tahun sehari yang lalu.

Apakah dengan genapnya umurku yang 20 tahun itu ada hubungan dengan pedang – pedangku yang bercahaya? Dan bagaimana kau begitu yakin aku akan melewati jalan ini atau bahkan masuk ke ceruk ini? Ini kesempatanku untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Elemetal Foréa.

Tentu saja. Setelah elemetal Foréa terakhir – Api – genap berusia 20 tahun, seluruh senjata yang digunakan elemetal Foréa dan pelindungnya akan bercahaya. Menandakan takdir telah ditentukan. Kenapa aku begitu yakin, karena cepat lambat akan melewati jalan ini mencari keturunan sang Elemetal foréa angin. Aku merasakan hawa panas tubuhmu yang berbeda saat kau menginjakkan kaki di pegunungan ini. Kalau pun kau tidak masuk ke ceruk ini, aku akan tetap menemuimu dijalan menuju kota Aéra. jelasnya dalam pikiranku.

Tunggu! Bagaimana jika aku mati sebelum usia 20 tahun? Tanyaku.

Munkin kau memang belum dibutuhkan daratan ini untuk menstabilkannya. Aku tidak tahu banyak tentang itu. Tidak ada cerita tentang Elemetal Foréa sebelum kejadian 1000 tahun yang lalu.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang