Reizen III : part 2

2.4K 75 5
                                    

Saat ini, aku masih berdiri membeku di tempatku. Menyaksikan kejadian yang terjadi begitu cepat di depan mataku. Gin yang terlambat menoleh dan Lýkrízos dengan mulut terbuka lebar siap menerkamnya. Lalu, tiba - tiba ada sebuah tombak melesat cepat dari sebelah kanan Gin. Tombak itu langsung menembus badan si pemimpin kawanan yang langsung terjatuh tepat di depan Gin. Gin hanya terdiam melihat apa yang baru saja terjadi didepan matanya. Tapi, sisa dari kawanan itu tidak terdiam seperti Gin. Otak mereka bergerak lebih cepat dari otak Gin yang membeku. Mereka sudah kembali mengambil ancang - ancang untuk menyerang Gin kembali.

" GIIINN! Belakangmu!" teriakku lagi.

Gin kembali terlambat bereaksi. Satu dari Lýkrízos itu berhasil mendaratkan cakaran besar dilehernya. Gin terjatuh. Monster Lýkrízos itu berhasil menjatuhkan Gin dan berada diatasnya dengan mata penuh kemenangan. Pandanganku berubah jadi merah lalu tanpa berpikir panjang aku langsung melempar kedua pedangku sekuat tenaga kearah kedua monster yang tersisa. Hanya satu pedang yang mengenai sasaran. Pedangku menancap sempurna dikepala sang monster. Tapi si monster yang duduk diatas Gin masih tetap duduk dan akan segera mengoyak habis kepala Gin. Sementara belati Gin sudah terlepas dari tanganya ketika si monster menjatuhkannya. Aku sudah mencoba berlari, tapi jarakku dari Gin masih terpaut cukup jauh.

Saat harapanku untuk menolong Gin hampir musnah, dua anak panah melesat jauh lebih cepat dari tombak tadi dan menancap ke tengkorak si monster. Monster itu terjatuh diatas tubuh Gin dengan darah yang langsung mengalir deras.

" Gin! Apa kau baik saja?" tanyaku begitu menghampirinya.

" Urg, yah, bukan luka yang dalam kok." kata Gin sambil memegang lukanya.

Aku menarik tangannya hingga berdiri.

" Luka begini akan segera sembuh, tidak usah cemas. Oh, matamu berubah menjadi merah!" Seru Gin kaget.

" Yah, saat emosiku terpancing, mataku selalu berubah menjadi merah." Jelasku sambil lalu. Tak lama kemudian pandanganku kembali seperti biasa.

Suara langkah kaki kuda yang ringan menyadarkanku kalau ada orang lain di dekat kami. Orang itu menggunakan baju bertudung coklat muda. Tudungnya menutupi setengah wajahnya. Hanya mulutnya yang terlihat. Dia turun dari pelanannya dengan memegang busur. Jadi dia yang sudah menyelamatkan Gin. Tinggi orang itu lebih kurang sama dengan Gin dengan badan yang lebih ramping dari Gin dan dia berjalan mendekat. Dengan tangan kiri memegang lukanya, Gin menghampiri orang itu.

" Terima kasih atas bantuanmu. Kalau tidak ada kau, aku pasti sudah ada di dunia sana. " Gin mengulurkan tangan satunya yang tidak memegang lukanya.

" Sama - sama." balasnya sambil menerima uluran tangan Gin. Senyum hangat terkembang di bibirnya.

Tunggu. Dimana aku pernah melihat senyum itu? Senyum itu tidak terasa asing. Alisku meluncur turun. Wajah si pangeran mahkota langsung berkelabat di kepalaku. Apa mungkin.... Itu si pangeran cantik? Aku melangkah melewati Gin hingga benar - benar tepat berada di depanku. Dia sedikit mendongak menatapku. Saat mendongak, terlihat sepasang mata ungu amesthyst. Tatapan matanya yang lembut dan ramah itu menatapku lurus - lurus. Aku memalingkan wajahku dan melangkah meletawati Gin kembali. Gin hanya memandangku tidak mengerti.

" Terima kasih atas bantuan mu terhadap Gin, Yang mulia pangeran." gumamku kelewat datar sambil melangkah ke arah kuda - kuda kami yang ditambatkan ke pohon.

Aku mengambil obat - obatan yang dibawakan oleh Borcuse. Aku berjalan kembali ketempat si pangeran dan Gin berada. Si pangeran sudah membuka tudungnya. Menampilkan wajah cantiknya dan rambut pirang platinum panjangnya jatuh dengan sangat rigan. Aku berani bertaruh, rambutnya pasti sangat halus. Gin masih tetap ramah kepada pangeran. Walaupun dia ramah, dia tidak meninggikan sang pangeran. Dia hanya bersikap ramah seperti yang dia lakukan pada semua orang.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang