22

3.8K 390 52
                                    

"Eh, kak..."

"Iya, kenapa Rel?"

Varrel mengambil piring kemudian dia lap dengan pelan sambil menatap kakaknya. Kemaren karena melihat Neira sakit dan mengingat kalau Karan itu keponakannya juga, membuat dirinya ingin mengasuh sebentar saja anak lelaki itu. Entahlah, Varrel cuma ingin. Ditambah lagi dengan dirinya yang menganggur dan kalau berkumpul dengan gengnya malah mengasuh anak bukannya nongkrong, membuat Varrel ingin membawa anak kecil juga.

Mengasuh Willow tidak banyak membantu karena kakak iparnya sekarang lebih sering membawa Willow dikarenakan keponakannya itu rewel. Megan sudah ada Mikaila, Ariesta dan Sandy bergantian membawa Chelsea juga Brandon. Varrel kan jadi kepingin membawa satu.

"Kalo Karan anaknya kak Lintang, berarti keponakan aku juga dong, ya?"

Fitri mengangguk dengan tidak yakin, "Iya..."

"Kenapa gak dititipin sini aja sering-sering sebelum kak Lintang lahiran?"

Fitri terngaga. Hampir saja dia kira Varrel akan menanyakan kenapa Karan bisa menjadi anak Lintang sedangkan keluarga besarnya tidak pernah membicarakan Karan. Dia kira, Varrel benar-benar pintar. "Kamu mau jagain dia emang? Gak banyak yang mau lho, soalnya kan..." Fitri terlihat ragu sebentar tapi kemudian berkata kembali, "Dia gak bisa ngomong..."

Varrel berdehem sejenak, "Ada hp. Anaknya bisa ngetik di hp atau nulis. Lagian kasian juga dititipin ke Neira, itu anak sakit kayaknya. Lagian Karan lucu kok, diem-diem gitu..."

"Iya, mirip kamu ya waktu kecil--- eh!" Fitri menutup mulutnya, matanya melebar menatap Varrel yang ternyata sedang sibuk menyentong nasi untuk makan malamnya

"Haha iya, kak. Baru inget tadi anaknya minta main kora-kora, sama bianglala. Aku inget dulu pas sd Papa ajak main malah minta naik itu berkali-kali. Terus pas makan juga, kuahnya harus banyak. Lucu deh, itutuh abang kebanyakan sirik ama aku kayaknya makanya anaknya mirip aku..."

Fitri menggerutu dalam hati sambil meringis, itu anak kamu bego. Makanya mirip pol. Bego ini anak ih kadang-kadang.

"Terus ya, pas tidur juga suka ngemutin jempol kak. Pantes aja disanguin dot sama Mamanya ya. Dulu aku umur berapa sih selese ngedot?" Varrel sudah membalikkan tubuhnya dan menatap kakaknya sambil tertawa pelan, "Si Willow juga tuh kalo marah suka ngikutin aku. Anak kecil jaman sekarang mah..."

"Dih. Willow mah emang ngikutin kakak bukan kamu. Lagian ntar Willow nangis kalo dibilang mirip kamu..." Fitri menuangkan air untuk adiknya, "Tadi gak repot, kan? Gimana playdatenya? Pengen punya anak gak jadinya?"

Varrel mengibaskan tangannya, "Ampun, gak. Repot. Ya kalo anaknya macem Karan yang pendiem gak banyak mau sih aku mah oke"

Itu anak kamu ih bego goblok banget. "Hehe, ya udah besok kamu main aja sama dia lagi kalo seneng sama itu anak..."

"Boleh, nih? Anaknya juga suka main lego, kak. Tabah banget nyusunin lego. Mau bikin twin towerlah kalo ada Karan. Seru kayaknya. Gak berisik. Masangin aja terus sampe jadi..."

"Iya, ijin dulu sama Neira. Kak Lintang ke Surabaya sama suaminya soalnya mau lahiran di sana..."

"Oh, gitu. Iya. Kakak aja yang ijinin. Terus tau gak kak? Tadi makan es krim dia, lucu banget ngalah aja sama Willow. Bilang sama Willow tuh kebiasaan pengen apa yang orang punya. Gak baik. Jangan diturutin mulu. Kayak Karan tuh diem, hebat juga ya Kak Lintang didiknya..."

Fitri hanya terus mendengarkan celoteh Varrel yang mendadak antusias menceritakan bagaimana dia seharian menjaga anaknya juga Karan. Dalam hati Fitri bersyukur Neira pintar mendidik Karan selama ini, melihat dari adiknya yang tidak sadar mengagumi Karan membuatnya sedikit meringis.

SSWhere stories live. Discover now