11

4.1K 389 25
                                    

Aaron menghubunginya tadi. Entah untuk apa tapi Varrel yakin karena masalah perjanjiannya dengan cowok itu.

Jadinya mereka bertemu di rumah Aaron malam itu setelah Neira minta diantarkan pulang sehabis acara makan malam mereka.

Aaron mengeluarkan ponselnya dan tersenyum, "Good job. Lo nembak Neira, Rel?"

Varrel menggelengkan kepalanya. Karena memang dia tidak pernah mengatakan akan menembak Neira atau semacamnya. "Gak. Gue cuma bilang ngajak dia dinner doang. Emang kenapa?"

Cowok itu mengangkat ponselnya tinggi-tinggi setelahnya, "Wow. Terus kenapa ada foto lo, ada status jijik penjelasan panjang lebar soal hubungan kalian terus si Neira bilang dia punya lo..."

"Wow. Gampangan juga ya si dia, Neira maksud gue..."

"Jadi lo mau bayaran apa?" Aaron menatap meminta jawaban karena pada dasarnya dia juga menginginkan imbalan yang akan diberikan kepada mereka nanti

Varrel menaikkan dagunya, "Udah bisa ambil bayarannya emang?"

Aaron mengedikkan bahu sebagai jawaban. "Tinggal lo bilang mau apa, nanti orangnya ngasih lo mau apaan. Besok paling dikasih. Tapi inget harus ditinggalin anaknya. Terus inget bagi dua sama gue..."

"Aduh. Gampang, bang. Tapi gue mikir dulu mau apaan. Masalahnya Neira juga barang bagus kalo mau ditinggal. Jadi pricenya harus sebanding dong sama Neira..."

"Ckckck..." Aaron mengedikkan bahunya, "Kenapa? Suka lo ama dia? Aduh, anak bocah tau apaan soal cinta..."

Varrel mengelak, "Bukan. Gue lagi gak ada bahan aja kalo misalnya cari yang laen. Terus kalo gue tinggalin gitu aja, bisa aja dia bacotin masalah hidup gue..."

Laki-laki di depannya menggelengkan kepala. "Lo udah kenal lama sama Neira. Lo tau Neira gak bakalan bacot apapun soal lo. Paling mentok kepala lo kena tabok koleksi sepatu dia. Atau dia bayar orang mukulin lo..."

Benar juga. Neira bisa saja melakukan hal itu. Tapi Varrel tidak habis pikir bagaimana bisa Neira melakukan hal tadi.

Berdandan dan membuat Varrel agak risih karena Neira yang terlalu feminim tadi. Belum lagi dengan tingkah gelagat Neira yang selalu menempel dengannya.

Kalau bukan karena imbalan yang dia inginkan, sudah pasti Varrel menjauh dan memaki dengan kata-kata kasar. Sayangnya, uang juga tubuh Neira itu menggiurkan.

"Emang siapa sih yang bayar sampe segitunya?"

"Lo mau ketemu orangnya, gak?" Tawar Aaron pada akhirnya. Dia juga bingung menjelaskan siapa yang rela membayar mahal cuma untuk membuat anak gadis lain menangis.

"Bisa diatur emang?"

"Sekarang juga bisa, sih..."

...

Dua jam setelahnya, Varrel juga Aaron berada di apartement seseorang yang membuat salah satu diantara mereka tidak bisa berhenti berpikir.

Varrel merasa mengenal tempat ini dan dia menelan ludah ketika melihat perempuan yang membukakan pintu untuknya.

"Oh, hai Rel..."

"Hai..."

SSWo Geschichten leben. Entdecke jetzt