17

3.8K 426 27
                                    

Ketika bunyi gemerincing gelang di tangan Karan membuatnya menoleh, anak laki-laki itu langsung memberikan isyarat kepada ibunya, "Mama tadi itu Papa?"

Neira menghela nafas. Oke. Dia memang kabur dulu ke Jogja. Tapi tidak menyangka kalau dia sedang hamil muda waktu itu. Pantas saja Neira sensitif dan manja. Ditambah menjadi sedikit uring-uringan waktu itu dan ternyata dia sedang hamil muda.

Gadis itu sempat mencoba menggugurkan anaknya dengan obat-obatan juga jamu-jamuan. Bukannya gugur, janinnya malah melemah saja. Akhirnya Neira memutuskan mundur dari sekolahnya dan mengasingkan diri ketika orang tuanya tau dan marah besar. Orang tuanya menanyakan siapa ayah anaknya dan Neira mengatakan tidak tahu. Priscilla tentu saja tahu tapi mendadak bungkam karena bahagia adiknya diasingkan begitu saja.

Di usia sepuluh minggu, dokter mengatakan detak jantung janinnya tidak normal dan diberi opsi untuk digugurkan. Neira sempat ingin melakukannya tapi diurungkan mengingat kalau janinnya menjadi seperti itu karena ulahnya sendiri.

Jadi ketika anaknya lahir, Neira sangat patah hati mendapati kalau Karan menjadi sedikit spesial dan butuh perlakuan khusus. Selain karena anaknya memiliki kelainan jantung bawaan yang mengharuskan Karan untuk operasi dalam kurun waktu tertentu, anaknya juga tidak bisa bicara dan mendengar tanpa menggunakan alat bantu.

Tapi dibalik itu semua, entah kenapa Karan tumbuh menjadi anak yang penurut dan ceria. Bahkan Neira tidak pernah berbohong kepada Karan sehingga menjadikan anak itu selalu jujur kepadanya.

Untuk urusan siapa ayahnya, Karan sudah mengetahuinya. Karan tahu kalau Varrel tidak mengetahui keberadaannya dan Mamanya menjelaskan akan lebih baik Papanya tidak tahu karena Karan memiliki penyakit yang sewaktu-waktu bisa saja membuatnya meninggalkan dunia ini.

Neira selalu bilang kepadanya lebih baik Varrel tidak tahu karena nanti akan membuat ayahnya itu sedih. Dan Karan setuju saja karena dia sendiri tidak mau melihat Papanya sedih. Cukup Mamanya saja yang sering menangis kalau dia menjalani operasi.

"Willow itu anaknya, Papa?" Tanya Karan sekali lagi sambil menggerak-gerakkan tangannya, memberikan bahasa isyarat yang biasa dia gunakan

Neira menggelengkan kepala, "Bukan. Willow itu anak kakaknya Papa. Dia saudara sepupu kamu. Baik-baik sama Willow, ya?"

Karan mengangguk. Anak itu kemudian sibuk mengeluarkan lembaran di dalam tasnya dan menunjukkan Neira hasil gambarannya

"Wow. Bagus banget, gambarannya nanti dibingkai, ya? Lucu banget, soalnya. Mama suka. Suka ya sekolah disana?"

Sekali lagi anaknya mengangguk dan memberikan isyarat pada ibundanya "Temen aku banyak. Mereka tanya kenapa aku pake headset. Aku bilang soalnya aku punya kekuatan super. Hehehe"

Neira mencubit pipi anaknya yang sedang tertawa. "Duh, seneng deh kalo kamu suka... Abis ini kita makan ya sama Mama Lintang. Inget kalo ketemu temen Mama Karan bilang apa?"

"Anaknya Mama Lintang..."

"Sip. Pinter..." lalu Neira mengusap-usap puncak kepala anaknya dengan cepat

...

Lintang adalah kakak sepupu Neira yang kebetulan menikah dengan saudara sepupu Varrel. Jadi dia bisa tahu bagaimana keadaan Varrel dan apa yang dilakukan cowok itu selama ini ya dari kakaknya ini.

Perihal Varrel yang sekarang bekerja di salah satu perusahaan asing di singapura dan sedang berlibur juga dia ketahui dari Lintang.

"Karan..." Lintang berusaha berdiri dari duduknya tapi tertahan karena Neira lebih dulu membawa anaknya mendekat untuk duduk di samping Lintang, "Halo, jagoan. Udah makan? Lama ya dijemputnya? Tadi mang dimannya anter Papah dulu ke bandara..."

Karan menggerak-gerakkan tangannya dengan gemas, "No. No, problem. Aku dijemput Mama terus tadi nunggu sama temen aku..."

"Oh, iya? Udah ada temennya? Pinter..." lalu Lintang beralih menatap Neira. "Ra, ada Fitri tuh di belakang. Kamu gak apa-apa, kan?"

Neira mengedikkan bahunya. Dia sudah tahu kalau Lintang juga Fitri dekat. Kenyataan kalau Fitri adalah kakak Varrel tidak menjadi masalah karena dia merasa rahasianya aman-aman saja. Toh juga Fitri tahu itu anaknya tapi tidak tahu siapa ayahnya karena selama ini Neira tidak menjelaskan lebih lanjut dan hanya beralasan dia lupa siapa saja yang sudah dia tiduri delapan tahun yang lalu.

Fitri juga tidak menaruh curiga kepadanya karena entah mengapa tidak ada orang yang mencurigai Varrel. Mungkin kalau teman-teman sekolahnya yang tahu kalau dia punya anak akan langsung menuding laki-laki itu. Mungkin.

Karan sudah memegang ponsel Lintang dan mengetikkan sesuatu di sana. Dia sambil tersenyum kemudian menunjukkannya kepada Lintang. "Tadi ketemu Papa aku, Ma"

Lintang menajam. Menoleh menatap adik sepupunya yang terkejut itu. "Papanya Karan? Disekolahan?"

"Sekolah?" Suara Fitri membuat Neira menoleh dengan tajam kepada perempuan yang sekarang melongo di tempatnya. "Sekolah? Barusan?"

Neira berdecak kemudian. Tapi toh dia sudah tahu akan ada saatnya menjelaskan siapa ayah Karan kepada semua orang. Pelan-pelan tapi bukan dadakan seperti ini.

Fitri sudah memegangi lengan Neira, kecurigaannya mengarah pada satu hal karena dia mengingat kalau adiknya menjemput Willow agak terlambat bersamaan dengan Neira yang menjemput Karan. "Ra, jangan bilang..."

SSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang