19

3.8K 445 21
                                    

"Karan suka makannya?"

Karan menganggukkan kepalanya beberapa kali kemudian kembali menggigiti ayam gorengnya.

Fitri tersenyum ketika Karan kembali sibuk dengan makanannya. Siang itu dia sengaja membawa pulang Karan bersamaan dengan anaknya menunggu Varrel yang katanya akan pulang setelah kumpul dengan teman-temannya itu.

Setelah perdebatan alot dengan Neira, akhirnya dia memperoleh izin untuk selalu membawa Karan dengan alasan akan memberikan waktu untuk Karan juga Varrel agar anak laki-laki itu senang. Dan Neira menyetujuinya asal jangan sampai Fitri lalai dan membuat Varrel tahu kalau itu anaknya.

Jujur saja Fitri kesulitan bicara dengan Karan karena anak laki-laki itu menggunakan bahasa isyarat dan kadang malah hanya berekspresi. Dia tidak bisa memberitahukan siapa Karan sebenarnya pada Varrel tapi Fitri tahu kalau adiknya itu sebaiknya menghabiskan waktu yang banyak dengan Karan.

Tapi tetap saja Karan tidak boleh menginap di sana. Dengan alasan sebelum maghrib Karan sudah dipulangkan karena Neira harus memberikan obat yang harus Karan minum.

"Mama sering masak ini?" Tanya Fitri sekali lagi kepada keponakannya itu

Karan menganggukkan kepalanya lalu tersenyum kecil.

Fitri menelan ludah. Keponakannya begitu manis dan juga penurut. Persis seperti adiknya dulu sewaktu kecil. Entah Varrel itu buta atau Neira saja yang terlalu pintar menyembunyikan Karan sampai mereka semua tidak menyadari betapa miripnya Karan dengan adiknya.

"Assalamualaikum..." Varrel menyalami kakaknya lalu melirik ke dua anak kecil yang sedang makan itu, "Eh, hai... Ponakan om paling cantik..." Varrel mencium kening Willow dengan lembut lalu mengusap-usapnya

Fitri meringis seketika karena mendapati Karan terdiam memperhatikan Varrel

Pria itu tampak terkejut mendapati Karan lalu mengusap-usap kepala Karan dan tersenyum, "Ada kamu toh, Om gak liat. Makan ya, yang banyak..." lalu beralih menatap kakaknya, "Kak aku ke atas dulu..."

"Oh..." Fitri menahan lengan adiknya kemudian, "Eh, temenin bentar ya. Kakak mau ke kantor kakak ipar kamu, bentar aja. Sampe sore paling..."

...

Praktis mendapat tugas menjaga keponakannya juga keponakan Neira membuat Varrel berguling-gulingan di lantai rumah menunggui kedua anak itu mengerjakan tugas sekolah

"Mami tuh suka banget ninggalin aku kalo mau ketemu Papi..." Willow menggerutu

"Yah, makanya tugas sekolah dikelarin kak. Biar bisa ketemu sama Mami sama Papi..." tegur Varrel dan masih saja sibuk dengan ponselnya

Tidak menyadari sedari tadi Karan sudah menatapi pria itu dan terdiam saja.

Mungkin gadis kecil itu kesal karena hanya dia yang mengerjakan tugas, jadi dia merampas buku milik Karan lalu memarahi anak lelaki itu. "Ran kamu nih kalo ngerjain tugas ya dikerjain jangan bengong!"

Karan mengedikkan bahu saja dan diam

Sementara Varrel, kaget karena keponakannya yang membentak tadi lalu mendekat mengambil kembali buku Karan dari tangan kecil Willow. "Apasih, kak? Kamu ini yang belom jadi, tuh Karan udah. Jangan berantem deh, ntar gak om ajakin jalan..."

Mata Karan berubah berbinar menatap pria itu

Varrel menjadi salah tingkah seketika. Maksudnya kan tadi mengajak jalan Willow keponakannya bukan Karan. "Eh, Om ini mau ajak Willow jalan. Soalnya Papa dia sibuk terus. Nanti Karan pasti diajak jalan sama Papanya kok, tunggu adek lahir kan?"

Willow melirik temannya yang sudah berubah diam kembali itu. Dasar omnya ini, bukannya mengajak Karan bersama mereka malah membuat Karan menjadi sedih. "Om ini gimana sih?! Masa temen aku gak diajakin?! Tenang aja kamu ikutan aku jalan, oke?"

"Eh..." Varrel menjadi salah tingkah sekarang. Dia mau-mau saja sebenarnya mengajak Karan. Tapi tantenya anak itu kan Neira. Dia dan Neira tidak selalu berhubungan baik. "Tapi ijin dulu sama tante kamu ya?"

Karan memberikan jawabannya dengan gerakan tangan kecil. "Iya. Pasti Mama kasih izin kok, kan perginya sama Papa..."

Aduh. Varrel hanya bisa mengangguk saja tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Karan. Pria itu kemudian duduk kembali dan memperhatikan Willow agar tidak melakukan hal yang seperti tadi.

"Hm... Enggak. Om Varrel itu aslinya pelit. Suka marah-marah... Gak baik..." Willow menggelengkan kepalanya kecil kepada Karan lalu kembali menunduk menatap kertasnya

Varrel berdecak kepada anak perempuan itu ketika mendengar kembali gerutuan Willow mengenai dirinya

"Yang baik itu Papi. Papi kalo belanjain suka banyak, nanti keluar sama Papi aku juga..."

"Iya, sana. Keluar sama Papi kamu jangan Om. Awas ya kamu, Wil. Om pelintir kamu nanti sampe Mami dateng..."

Willow hanya mengedikkan bahunya kemudian berbisik kepada Karan. "Kan, Om Varrel tuh galak. Jangan deket-deket, ya..."

Oh, Karan menganggukkan kepalanya. Mungkin ini maksud Mamanya agar tidak terlalu berharap kepada Varrel. Karena sekarang pria itu bahkan sudah melotot kepada Willo karena kembali cekikikan bersama dirinya.

SSWhere stories live. Discover now