14

3.9K 398 11
                                    

Prsicilla baru saja datang membawa beberapa kotakan ditangannya. Rumah Papanya itu memang selalu sepi, tapi dia berniat pulang hari ini untuk melihat Neira.

Kabarnya, Varrel tadi salah bicara dan mengatakan sepertinya dia tidak bisa mendapatkan bayaran karena Neira sendiri tampaknya biasa saja. Jadinya Priscilla ingin pulang sendiri melihat anak gadis kesayangan Papanya itu setelah membuang atau dibuang atau entahlah keadaannya oleh Varrel.

Gadis itu menemukan Neira sedang mengetik-ngetik kasar pada keyboard notebooknya dengan tisu berserakkan. Priscilla hampir saja menganga menghampiri gadis itu. "Lo ngapain sih? Lo itu udah sampah, jangan tambah sampah deh"

Neira melirik tajam, matanya merah dan juga wajah sembab seperti habis menangis, "Terus? Kalo gue sampah, kenapa lo masih aja kesini sih?"

"Gue harus rendah hati ngeliat pusat pengelolaan sampah masyarakat supaya nanti gue bisa bangun satu..."

Neira berdecak dan kembali sibuk dengan notebooknya. Terserahlah anak pertama Papanya itu mau berbuat apa. Paling-paling juga mau membuat onar seperti biasanya.

"Mau kemana lo?" Tanya Priscilla yang sudah berdiri di belakang Neira dan menemukan logo burung biru terbang pada layar notebook Neira

"Healing time. Gue abis dibuang, abis dipake terus dibuang. Puas? Kenapa? Mau ikut?"

"Wow..." Priscilla berdecak kagum kemudian terkekeh, "Siapa yang buang Neira cantik anak Papa Harimukti? Bukannya lo itu bisa dapet cowok manapun yang lo mau ya, Ra? Wow, dibuang lho, ya?"

Neira kembali menoleh dengan kesal, kenapa juga moodnya mendadak menjadi lemah begini. Dia mau menangis saja mendengar ejekan anak pertama Papanya itu. "Gue kasih tau, ya. Gue juga manusia biasa, Sil. Gue juga bisa ditolak. Gak semua cowok itu selera, tipe, sama standarnya sama. Lo jangan suka kepedean deh. Kali aja nanti lo dibuang di jalan..."

Priscilla melongo. Cepat-cepat dia memegangi kening Neira dan mengukur suhu tubuhnya sendiri. "Lo sakit jiwa, Ra? Kok tumben lo waras"

"Lo yang sakit jiwa. Tumben baik sama gue..."

"Kapan gue baik sama lo..." bantah cewek itu kemudian menoyor begitu saja kepala Neira sampai adiknya itu menggerutu kembali

"Lo ngapain sih kesini? Nyokap bokap lagi gak ada, mereka sibuk. Lo lagi gak bisa ngatain mereka sekarang. Mending lo balik ke rumah sunter..."

Priscilla kembali melongo. Benar ini Varrel hebat banget sampai Neira berubah menjadi seperti ini. Biasanya gadis itu akan langsung menerjangnya dan menjambak rambut Priscilla. Tumben sekali Neira hanya mengata-ngatainya. "Dih, udah ah. Gue balik. Gak seru, lo"

"Sono! Tinggalin aja gue sendiri! Semuanya ninggalin gue!"

Priscilla memandang horor kepada adiknya. "Gila, lu..." tapi mau tak mau tersenyum pada akhirnya. Ternyata lebih baik dari yang dia kira. Buktinya adiknya itu sampai butuh kabur beberapa hari. Pastinya sakit hati sekali dengan Varrel.

Gadis itu meraih ponselnya setelah berada di dalam mobil. "Rel, gue kasih bayarannya. Lo mau apa?"

"Hah? Kan gue bilang gue gak jadi ambil bayarannya. Adek lo batu banget. Gue kesel ama dia... Reputasi gue di sekolahan nih Sil masalahnya..."

Priscilla terkekeh sebentar, "Aduh. Ya, udah. Gue transfer aja. Gue kasih Aaron biar dia yang transfer ke lo. Jangan nolak. Ini pure rasa terima kasih gue bisa liat Neira jejeritan di rumah hahaha"

"Sarap lu, sama aja kayak Neira... Ya, udah. Bayaran gue, full beasiswa di Singapur? Deal gak? Gak berani, kan?"

"Kecil. Oke. See you soon..." Priscilla memberikan kecup jauhnya kemudian. Dia senang sekali melihat Neira menangis tadi. Persis ketika mamanya meninggalkannya karena Papanya yang menikah dengan ibunda Neira.

SSWhere stories live. Discover now