10

4.7K 379 17
                                    

"Makan malem kemana kita?"

Varrel memasangkan sabuk pengaman untuk Neira sementara gadis itu sibuk merapikan dandannya. "Harusnya gue yang nanya. Gue yg dikasih kejutan. Malah gue yang cari-cari tempatnya..."

Neira mendelikkan bola matanya kemudian menepis tangan Varrel yang menarik tangannya untuk digenggam. Biasanya juga tidak pernah pakai acara pegangan tangan.

Bolehkah Neira mengartikan kalau itu adalah bentuk perhatian Varrel kepadanya? Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gak usah gila. Besok masih sekolah, bentar lagi ujian. Jangan sinting..." komentar Varrel setelah melihat tingkah aneh gadis itu

"Duh. Iya bawel. Gara-gara tambah tua, tambah bawel ya, Rel..."

"Ini hari ulang taun gue, sekali-kali nyenengin gue. Jangan bikin gemes doang bisanya..."

Neira mengedikkan bahunya. "Duh, mau disebut apa tiap malem juga gue nyenengin lo..."

"Yang ada juga tiap malem gue yang nyenengin lo karena gak ada cowok lain buat diajak make out..."

"Dude, seriously you're being rude..."

Varrel terkekeh lalu mengacak rambut Neira dengan pelan sampai gadis itu berdecak dan menepis tangannya. "Duh. Marah, ya? Tumbenan lo ngambek, Ra. Baper amat perasaan akhir-akhi ini..."

Benar juga. Beberapa hari ini dia mendadak melunak. Neira yang biasanya akan masa bodoh juga menanggapi Varrel sedikit galak akhir-akhir lebih bersikap lembut. "Euh, pms. Mungkin. Gak tau tapi sejak lo sering main ke rumah jadi... You know like..."

Cowok itu melirik sekilas menaikkan alisnya, "Jangan gitu, ntar gue dihajar Ariesta dikira nikung dia..."

"Oh, aja. Gak apa-apa. Kalo lo dipukulin lo bisa balik lagi ke gue, ntar gue obatin..."

"Buka kesempatan mulu, emang beneran mau dikira Ariesta nikung? Bukannya lo masih ngarep balikan sama dia, ya?"

Neira melirik tajam. Yah, siapa juga yang tidak mau dengan anak gila macam Ariesta yang sukanya menebar janji manis itu.

"Btw selama ini lo gak pernah cerita lo sama Ariesta ngapain aja selama pacaran kemaren? Udah ngapain aja lo sama dia?"

"Lo sama mantan lo ngapain aja, Rel?"

Varrel memutuskan menoleh menatap Neira ketika mereka berhenti untuk menunggu lampu merah. Dia menaikkan satu sudut bibirnya, "Mantan gue yang mana? Yang nakal, apa yang baik-baik?"

Gadis di sampingnya menghela nafas. "Udahlah, semua tau yang di sekolah itu cuma sampingan. Gue tau cewek lo banyak..."

"Hm... Ariesta bilang sih kalo lo itu sama dia sering berduaan. Tapi lo tau sendiri kan maksud 'berduaan' nya itu gimana?"

Neira tertawa dengan sinis. Ampun, mantan pacarnya itu ember sekali. Dia dan Ariesta memang sering berduaan tanda kutip garis miring. "Berarti gak usah lo tanyain lagi dong kalo dia sama gue ngapain aja?"

Varrel memilih kembali fokus menyetir dan tersenyum. Neira sendiri sudah memberikannya jawaban. "Jadi lo ngerti berarti kita---"

"Ya, ampun gue lupa kalo gue pengen banget makan mi ayam pinggir jalan yang deket sekolahan tadi siang..." potong Neira lalu meraih lengan Varrel dan merangkulnya dengan erat, "Temenin gue, ya? Iya? Iya? Iya? Please? Gue pengen banget, tapi Faye gak suka makanan pinggir jalan..."

Cowok itu melirik dengan tajam, memandang Neira sambil membasahi sudut bibirnya. "Hm. Gampang. Tapi kita makan dulu malem ini..."

Neira tidak menjawab dan mengambil ponselnya, tersenyum-senyum kecil sambil terus merangkul lengan Varrel dan tidak memperhatikan apapun yang dilakukan cowok itu. Dia menghela nafas pelan lalu berbisik sendiri kepada dirinya, "Mine..."

SSWhere stories live. Discover now