21

3.8K 458 50
                                    

Fitri kembali meminta Karan untuk dititipkan pada dirinya. Neira memperbolehkan asal rahasia mereka tetap aman dan Karan tidak terlalu lelah. Fitri mengiyakan dan kemudian membawa anak itu ke rumahnya.

Kebetulan sekali pada saat yang bersamaan teman-teman Varrel datang dengan anak-anak kecil.

"Kalian mau playdate?" Tanya Fitri dengan antusias, "Kakak mau titipin Willow sama Karan deh kalo gitu..."

"Duh, ini bawa Mikaila sama Cecel sama Bran aja udah sakit pinggang. Tambah Willow pula..." gerutu Ariesta sambil memegangi pinggangnya

Varrel hanya mengedikkan bahu saja kemudian mengambil Willow ke dalam gendongannya, "Boleh. Tapi bayarin tiket main, bayarin makan, bayarin---"

Fitri mengelurkan kartu dari dalam dompetnya dan memberikannya pada Varrel sampai adiknya itu bungkam. "Nih. Udah. Ini sekalian Karan jangan lupa. Tadi kakak ketemu Kak Lintang. Dia nitipin anaknya nih..."

Varrel yang baru tahu kalau Karan itu anaknya Lintang langsung mengangguk-anggukkan kepala. Pantas saja dari kemarin Karan dititipkan ke Fitri. Ternyata anak salah satu sepupunya. Suami Lintang -sepupu milik Neira- merupakan sepupu dari Varrel juga Fitri. Secara tidak langsung berarti dia juga memiliki kewajiban untuk menjaga keponakannya.

"Jagain, ya. Makasih loh kalian..."

Megan hanya menyunggingkan senyumnya terpaksa. "Sejak lo balik, jadi babysitter gitu ya, Rel. Gue juga mau nitipin anak gue..."

"Bangsul..." maki Varrel kemudian melihat kakaknya sudah pergi meninggalkan mereka, "Heran gue sama emak-emak. Anaknya sendiri loh sering dititipin. Pas hamil aja ditungguin, udah keluar dititip sana-sini..."

"Ya, udah. Ini banyak banget kecebong kita hari ini. Mau jalan kemana kita?" Tanya Sandy kepada ketiga temannya

Varrel hanya mengedikkan bahu saja. Dia sempat melirik kepada Karan yang menatap ketiga anak kecil lainnya yang sudah tertawa-tawa dan bicara entah apa. "Buddy, mau kemana kita?"

Karan mengadahkan kepalanya dengan tangan kecil yang sedang menggulung bajunya. Anak laki-laki itu mengedikkan bahunya menjawab Varrel lalu menggerak-gerakkan tangannya pelan.

"Eh..." Ariesta memandang dengan meringis. "Dia?"

Varrel menganggukkan kepalanya, "Ponakannya Neira nih, gaes. Kata tantenya cuma orang beriman yang ngerti apa maksud keponakannya..."

"Bangsul juga si Neira. Masih aja sempet becanda ngomong gitu..." gerutu Ariesta, "Lo deket lagi sama Neira? Dia balik ke Jakarta? Kok bisa?"

Jelas saja Varrel kebingungan. Bukannya harusnya mereka semua tahu kalau Neira ada di Jakarta karena gadis itu sendiri yang bilang mereka berada di grup chat yang sama. "Loh, bukannya kalian udah pada tau?"

Sandy menggelengkan kepalanya, "Seinget gue dia kan di Jogja gak balik-balik..."

"Baru balik kok beberapa hari yang lalu, gue ketemu pas urus pindahannya ini anak" Megan menunjuk kepada Karan dan kemudian menatap Varrel kembali, "Lo ketemu dimana, Rel?"

"Ketemu di sekolahannya Willow. Dia jemput ponakannya gitu..." Jelas Varrel sambil mengerutkan keningnya menatap Karan.

Anak laki-laki itu sedang memperhatikan Mikaila yang baru saja digendong oleh Megan. Dan tampaknya Karan juga ingin digendong seperti itu.

"Wil kamu turun bentar..." kata Varrel sambil menurunkan Willow dan anak perempuan itu tampak santai lalu menghampiri Chelsea dan terkikik-kikik bersama

Ketika Varrel menawarkan gendongan kepada Karan, Sandy memperhatikannya dan menaikkan satu alisnya. "Gue sampe lupa ada anak ini. Kok lo tau dia minta digendong, Rel?"

Kedua teman mereka segera memberi perhatian kepada Varrel. Masalahnya Varrel itu jarang bisa berinteraksi dengan anak kecil. Lebih seringnya bertengkar.

"Lah? Kalian gak merhatiin dari tadi dia ngeliatin Megan?"

"Gue? Ngapain Karan liatin Om?" Tanya Megan menunjuk dirinya

"Perasaan lu aja kali, Rel. Eh! Eh! Chelsea! Willow!" Ariesta berteriak memanggil dua anak kecil yang sudah berlari ke sana kemari. "Kinder joy! Kinder joy! Yang mau kinder joy!" Begitu saja usaha dirinya memanggil kedua anak kecil itu. Benar saja kedua anak perempuan itu berlari kembali mendekat kepada Ariesta

Sementara Varrel malah memperhatikan Karan karena bingung sendiri. Iya juga, sama Willow saja dia sering marah-marah. Kenapa sama Karan bawaannya dia tidak ingin marah.

"Kalo mepetan gitu, sekilas mirip juga ya lo..."

Varrel menoleh kepada Megan, "Mirip?"

Megan menganggukkan kepalanya, "Mirip bapak-bapak jagain anak" lalu terkekeh begitu saja. "Cocok lu, udah kawin aja. Ama Neira noh kan cocok lo berdua..."

"Varrel mah, gak kakak, gak adek dia embat. Pilih aja dah, Rel. Lo mau kakaknya apa adeknya?" Sindir Sandy yang kemudian ikut tertawa bersama Megan

"Apaan sih lu semua gak jelas. Ariesta noh suruh balikkan sama Neira..."

Ariesta menggelengkan kepalanya, "Dih, orang dia kabur ke Jogja gara-gara patah hati sama lo. Kenapa jadi gue..."

Varrel menggelengkan kepalanya, "Gak. Gak. Orangnya sendiri bilang enggak..."

"Ati-ati tuh, Neira jago bohong soalnya..." peringat Ariesta kemudian

"Oh, iya?"

Ariesta mengangguk dengan antusias, "Jago banget dia. Peka-pekain diri aja kalo dia udah mulai nyindir. Apalagi kalo pernah punya salah..."

"Cie mantan masi inget aja... Beneran gagal move on kayaknya..." sindir Sandy sambil menyikut sahabatnya itu

Tapi Varrel hanya mengedikkan bahunya dan tersenyum menatap Karan yang tersenyum kepadanya. Kenapa anak lelaki ini lucu sekali buat Varrel.

SSWhere stories live. Discover now