8

5K 392 7
                                    

Alasan saja ke salon. Aslinya Neira sedang sibuk di tempat kursus kue untuk membuat kue ulang tahun yang dia siapkan sendiri untuk -siapalagi kalau bukan- Varrel.

Ulang tahun Varrel dan Ariesta hanya terpaut beberapa hari makanya dia ingat. Lagi pula tidak ada salahnya memberikan kejutan ke cowok itu.

Bayangkan, Neira minta ditemani makan nasi goreng jam dua pagi di saat keesokkan paginya Varrel ada pertandingan basket pun, cowok itu akan mengantarkannya.

Neira minta ditemani jalan-jalan menghabiskan masa galaunya menjelang datang bulan, Varrel dengan sabar mengantarkan Neira keliling Jakarta dengan motornya.

Bahkan ketika gadis itu tidak memiliki siapapun untuk merayakan ulang tahunnya, Varrel mengajaknya pergi makan martabak manis yang kemudian cowok itu bilang sebagai hadiah ulang tahun Neira.

"Buat siapa, sih? Kok bikinnya niat and neat gitu?"

Faye menggelengkan kepala menanggapi ucapan kakak sepupu Neira yang sedang memperhatikan adiknya itu, "Ada tuh, kak. Cowok playboy kodok dibuatin ginian..."

"Ck apaan sih? Berisik..." Neira menegur Faye dan kembali sibuk dengan hiasan di tangannya. Potongan buahnya sudah dia siapkan dan akan letakkan, hanya saja Neira bingung karena harus mulai dari mana

"Hm. Buat adiknya calon suami kakak bukan?"

"Tuh, tau..." jawab Faye kembali mendapatkan desisan dari Neira

"Aduh. Varrel mah bukan playboy, Faye. Orang dia anak baik-baik, kok..."

Neira mengerlingkan matanya kepada Faye. Sudah dia jelaskan beberapa kali kalau semua keluarga Varrel itu tahunya Varrel anak berprestasi yang tidak pernah membuat skandal. Tapi Faye masih saja ngotot menjelaskan kepada kakak sepupunya.

Bulan depan, salah satu sepupu Varrel akan menikah dengan kakaknya ini. Makanya mereka bisa semakin dekat dan juga terlihat wajar memberi perhatian semacam itu. Hanya saja Neira selalu terlihat baik sehingga mereka semua tidak mengetahui kalau Varrel dan Neira sering menghabiskan waktu bersama untuk hal lain.

"Emang kamu sama Varrel itu jadian, Ra?"

"Aduh, kak. Kak Lintang tau sendiri kan kalo kemaren-kemaren si bego ngasi aku hadiah pas gak ada yang inget aku ultah. Ini tuh buat bales kebaikan Varrel aja..."

Kembali Faye merasa jengah, "Hadiah apaan? Orang dia cuma ngasi lo martabak doang, gue juga sanggup kalo lo minta sepuluh, Ra..."

Lintang tertegun. Kemudian menggelengkan kepala menatap Faye dan kembali menjelaskan, "Buat seorang Varrel nih, yang seringnya gak punya duit. Itu namanya udah effort tau beliin orang kue ulang tahun..."

"Serius, kak? Bukannya dia tajir banget, ya?" Tanya Faye tidak yakin

"Tajiran juga kamu kemana-mana, Fay..." Lintang tertawa dengan pelan lalu kembali menjelaskan, "Hm... Calon suami kakak gak pernah bilang apa-apa, sih. Cuma bilang kalo Varrel itu sering dapet beasiswa terus menang lomba. Motornya yang sekarang aja hadiah soalnya dia dulu sering menang apa gitu, terus duitnya dikumpulin. Sekarang anaknya lagi usaha franchise buat modal kuliah..."

Faye terdiam. Mencerna kembali ucapan Lintang yang sekarang kembali menjelaskan mengenai kondisi Varrel yang jauh dari kesan hura-hura seperti ketiga temannya. Gadis itu berdecih mengingat kelakuan Varrel kemudian.

"Cari cowok itu yang mau kerja dari bawah. Gak malu kalo harus cari modal sendiri. Jangan liat dari tajirnya aja, Fay..."

Faye mendengus, "Terserah, deh. Yang jatuh cinta tuh, makin bego denger penjelasan kakak. Makin iya aja dah dia ke tuh cowok..."

"Apaan sih? Orang gue biasa aja sama dia. Ini tuh jalan menuju persahabatan, Fay. Ya kali gue naksir sahabatnya mantan gue sendiri"

"Elo naksir. Tuh, keliatan sampe bela-belain bikin cheese cake cuma buat kue ulang taun segala..."

Lintang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Faye ini anak tomboy yang suka sekali memprotes Neira kalau Neira melakukan sesuatu yang berbau dengan romansa. Memang anaknya agak antipati mungkin sama cinta-cintaan. "Udah bagus kuenya, Ra. Makin jago ya? Jadi belajar bikin kue buat Varrel nih?"

Neira dengan cepat membantah ucapan itu, "Aduh. Kenapa semua orang ngiranya gitu?"

"Ngaku aja, iya kan?" Tanya Faye mengintimidasi Neira. Sumpah deh, kelakuan Neira yang suka membantah ini malah memperkuat dugaan kalau cewek itu naksir berat sama Varrel

Lintang juga sama saja melirik adik sepupunya dan sesekali menunjuk ke arah kue yang sudah jadi itu

Neira mendengus. "Oh, fine. Emang keliatan ya?"

"Oh, My God" pekik Lintang dan juga Faye bersamaan

"Lo serius suka sama Varrel, Varrel yang itu?" Tanya Faye dengan tidak percaya

"Kan, kakak tuh udah ngeh sejak kamu beberapa hari lalu nanyain ke kakak Varrel sukanya makan apa kalo ke sini..."

Gadis itu mengedikkan bahunya. "Ya, udah. Aku juga gak berharap banyak, sih... Lagian it's more comfortable being friends daripada lovers kan?"

"Ng..." Faye tidak tahu harus menjawab apa karena pada dasarnya dia juga sudah menyangka kalau Neira akan mengatakan hal ini sebagai balasan tudingannya

Sementara Lingtang hanya bisa mengangguk setuju. "Iya. Bener. Siapa tau kalian gak jodoh, kan percuma kalo pacarannya lama tapi nikahnya gak sama dia, kan? Lagian sekarang mah sekolah dulu, nanti aja pikirin bakal sama siapanya. Toh kalo Varrel nanti udah ada penghasilan, pasti Papa kamu bakalan suruh kalian langsung married..."

"Ampun, deh. Kak Lintang aku mah apaan, mikir married. Gak, lah. Cuma yang penting aku mau tau kalo dia ada rasa sama aku atau gak..."

"Lo mau nanya malem ini, iya kan? Pas dia ulang taun? Bener, kan?"

Neira menganggukkan kepalanya, "Iya. Terus? Gue cuma nanya doang. Gak harus diiyain atau enggak..."

"Well prepared buat patah hati sendirian banget, lo..." Faye mengedikkan bahunya

Lintang tersenyum sambil mengambil kotak dan kemudian memasukkan kue yang sudah Neira hias lalu memberikannya pada gadis itu. "Udah, dinikmatin aja naksirnya. Penasarannya, deg-degannya. Gak bakal dilewatin lagi sama orang yang sama kan? Mangat ya, adikku..."

"Apaan sih, kak..." Neira tertawa kecil kemudian, "Lilinnya jangan lupa kali, Kak Lin..."

SSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang