epilog

2K 140 44
                                    

"Abaaaangg.. buruan.." suara lengkingan perempuan yang ada di lantai bawah membuat Rendra menggelengkan kepalanya. Ia tak habis pikir dengan perempuan itu. Sudah bertahun-tahun terlewati tapi kelakuan perempuan itu masih sama saja.

"Zhafran aja kalem gitu. Kok kamu sih yang bawel." Dinda mengerucutkan bibirnya saat mendengar ucapan Rendra yang tengah menuruni tangga.

"Ehh.. apa itu? Minta dicium?" Dinda memalingkan wajahnya. Sungguh meskipun kini mereka sama-sama dewasa. Mereka masih tidak bisa menghindari percekcokan kecil diantara mereka.

"Emang lo yang paling lama deh bang. Kayak mau ketemu mantan aja."

"Lah kan emang mau ketemu mantan." Kekeh Rendra dan mulai berjalan menuju mobilnya diikuti Dinda dan Zhafran.

Waktu sudah berjalan begitu lama. Bahkan Zhafran yang semula masih kelas satu SMA kini telah bermetamorfosa menjadi pria dewasa dengan segudang prestasi di perusahaannya. Zhafran mewarisi perusahanaan ayahnya. Menjadi seorang arsitek sama seperti ayahnya.

Sedangkan Rendra? Kini ia telah mendapatkan hasil dari jerih payahnya dalam menempuh pendidikan di dunia peternakan. Kini ia sudah menjadi seorang pembisnis sukses di bidang peternakan.

"Ikut bang Rendra atau gue, Din?" Tanya Zhafran yang langsung mendapat jitakan di kepalanya oleh Rendra.

"Ya ikut gue lah.. enak aja." Sungut Rendra lalu menarik Dinda menuju mobilnya sedangkan Dinda hanya tertawa.

"Masih cemburu sama Zhafran ya?" Goda Dinda yang disambut dengan gelengan kepala dari Rendra.

"Ngapain cemburu. Kan udah jelas kamu cintanya sama aku." Dinda hanya tertawa mendengar jawaban Rendra. Karena sampai kapanpun Rendra tetaplah Rendra dengan tingkat kepedean yang luar biasa yang tidak pernah berkurang sedikitpun hingga saat ini.
***

"Sayang... udah siap belum? Ini aku udah selesai gantiin popoknya Umar." Teriak Rama sembari menggendong putra pertamanya. Sementara istrinya masih bersiap-siap karena sejak tadi istrinya sibuk mengurus dirinya dan anaknya.

"Iyaa ini tinggal pakai jilbab kok Bii... Sebentar yaa." Perempuan itu segera mengenakan jilbabnya. Ia memilih jilbab instan agar tidak ribet.

"Udah.. yuk Umar sama umi." Perempuan itu mengambil alih putranya lalu mengikuti suaminya menuju mobil. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ia telah memiliki seorang anak dengan Rama.

Siapa sangka jodoh sedekat ini. Bahkan ia juga tidak menyangka akan menikah muda saat itu.

"Nggak nyangka kalau akhirnya mereka nikah juga." Rama tersenyum mendapati istrinya yang telah duduk di kursi samping kemudi bersama dengan putranya.

"Aku dulu juga nggak nyangka loh bakalan nikah sama kamu."

"Apa lagi aku.. baru juga ketemu beberapa bulan setelah lama nggak ketemu. Eh tiba-tiba diajakin nikah." Rama terkekeh mendapati jawaban istrinya.

"Tapi akhirnya mau juga kan nikah sama aku?"

Perempuan itu tertawa. Tentu saja ia mau, siapa yang sanggup menolak pinangan seorang dokter tampan sekaligus soleh. Meski awalnya sempat ragu namun akhirnya keyakinan itu datang dan semakin menguat.
***

Zhafran menengok lagi pintu kedatangan. Sepuluh menit lagi pesawat yang di tumpangi calon istrinya akan mendarat. Sungguh ia merasa sangat tidak sabar menunggu. Pasalnya mereka sudah tidak bertemu selama tiga bulan. Yaa.. beginilah resiko hubungan jarak jauh. Harus kuat menahan Rindu.

"Selow Ran.. sepuluh menit lagi dan minggu depan udah halal kok." Kekeh Rendra sembari menepuk-nepuk bahu Zhafran.

"Apaan dah bang. Gue santai kok."

Hexagon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang