24. itu hati lo

1.1K 116 10
                                    

"Apa?" Zhafran hanya menggelengkan kepalanya. Sungguh kali ini ia benar-benar merasa bersalah tapi rasanya juga ingin tertawa. Terlebih saat melihat wajah marah milik Aurel.

Tadi setelah ia mengantar Clarista kerumahnya, Zhafran dengan sengaja mengajak Aurel menuju pasar durian.  Padahal sebenarnya Zhafran tau bahwa Aurel sangat membenci durian karena kenangan buruk di masa kecilnya. Tapi entah apa yang ada dipikiran Zhafran, saat melihat Aurel yang terus saja murung membuatnya berniat usil.

"Lo marah kak?" Zhafran mencoba bertanya saat melihat Aurel hanya terdiam.

"Udah tau pake nanya lagi." Ketusnya.

"Kan cuma bercanda."

"Bercanda lo nggak lucu." Zhafran hanya tertawa saat mendengar jawaban Aurel.

"Gimana bang Rendra?" Aurel hanya mengendikkan bahu saat mendengar pertanyaan Zhafran.

Tadi saat ia bertemu dengan Rendra dan juga Clarista, Zhafran memilih pergi meninggalkan mereka bartiga, membiarkan mereka menyelesaikan masalah yang menimpa mereka. Dan yang terjadi hanyalah Rendra yang meminta maaf kepada Aurel maupun Clarista, setelah itu Rendra meminta Aurel untuk menghapus perasaannya dan kembali berteman seperti biasanya.

Memang terasa cukup menyakitkan saat orang yang kamu cintai memintamu untuk tidak mencintai lagi. Karena bagaimanapun perasaan tak bisa dipaksakan. Namun demi persahabatan mereka tetap terjalin. Aurel akan berusaha untuk menghapus perasaannya kepada Rendra.
***

"Gue minta tolong lo hapus perasaan lo ke gue. Gue nggak pantes buat lo Rel, gue udah terlalu banyak nyakitin lo.. dan Clarista, gue juga minta maaf karna selama ini gue selalu ganggu hidup lo. Maaf, gue janji, gue juga akan berusaha untuk nggak suka lagi sama lo."

Clarista menghembuskan nafasnya saat kembali teringat ucapan Rendra saat mereka bertemu tadi, ia bersyukur semuanya sudah selesai meskipun ia tadi masih melihat betapa terlukanya Aurel.

"Maafin Rista kak.." gumamnya. Meskipun baik Rendra maupun Aurel sudah berulang kali menjelaskan bahwa dirinya tidak bersalah tapi tetap saja Clarista adalah salah satu penyebab dari semua ini.

"Oh my Ristaa.. akhirnyaa.." Clarista menoleh melihat seseorang yang tiba-tiba masuk kamarnya tanpa permisi.

"Eh siapa yang izinin masuk?" Tanya Clarista sambil berkacak pinggang saat melihat Dinda dengan seenaknya duduk di sofa kamarnya.

"Om David." Jawab Dinda tanpa dosa. "Tadi om bilang, langsung masuk aja, Claristanya ada di kamar. So.. gue nurut dong."

Clarista hanya menggelengkan kepalanya lalu duduk di samping Dinda.

"Eh, lo nggak nawarin gue minum gitu?"

"Buat apa? Biasanya juga ambil sendiri. Ngapain lo kesini?" Dinda tertawa. Sudah lama ia tidak seperti ini dengan Clarista. Beginilah Clarista, saat dia berada bersama dengan orang yang sudah akrab dan membuatnya nyaman, maka dia tidak lagi menjadi pendiam. Dia akan sangat cerewet bahkan terkadang menyebalkan. Dan hal itu Dindalah yang beruntung bisa melihat sisi lain dari Clarista.

"Gue tadi denger ada yang galau gitu. Makanya gue kesini buat bikin dia nggak galau lagi."

"Dih.. siapa juga yang galau."

Dinda berdecak. "Sini gue peluk, gue tau lo butuh sandaran." Ucapnya lalu meraih tubuh Clarista dan memeluknya. Dan benar saja setelah itu Clarista menangis.

"Gue jahat nggak sih Din sama kak Aurel?" Ucap Clarista dalam pelukan Dinda.

"Dari awal gue nggak ada perasaan apapun sama bang Rendra." Lanjutnya.

Hexagon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang