23. Bangun Cinta

1.4K 118 11
                                    

Siang ini mentari masih bersinar, hanya saja sinarnya tak secerah biasanya. Mentari tampak sedikit murung kali ini.

Rama masih duduk terdiam membiarkan seseorang menangis dengan membelakanginya. Sudah sejak setengah jam lalu ia duduk di taman belakang sekolah ini. Dan kali ini ia sengaja membolos pelajaran demi seseorang di sampingnya.

"Perasaan emang sulit dikendalikan." Setelah sekian lama terdiam, akhirnya Rama memilih untuk membuka suara.

"Terlebih perasaan untuk mencintai dan dicintai. Namanya juga jatuh cinta. Pasti sakit, karena yang namanya jatuh akan selalu menimbulkan luka. Entah itu berdarah ataupun tidak. Rasanya sama saja. Menyakitkan." Lanjutnya.

Tapi seseorang yang ada di sampingnya belum juga menghentikan tangisnya.

"Kecuali lo bangun cinta. Membangun berarti menyusun. Mungkin awalnya sulit, tapi pasti akan berakhir bahagia." Lagi-lagi Rama bersuara.

"Rel,." Panggilnya. Tapi yang di panggil hanya terdiam.

"Lo boleh nangis sepuas lo. Lo boleh sedih, boleh kecewa, tapi lo harus tau. Ada orang yang akan lebih sedih saat melihat lo kayak gini." Lanjut Rama lagi. Dan kali ini mampu membuat Aurel menatap Rama.

"Coba lo bayangin. Kalo mama dan papa lo lihat lo dalam keadaan kayak gini. Mereka pasti sedih kan? Sekarang lebih baik lo sholat deh, tenangin diri lo. Serahin semua keluh kesah lo sama Allah. Yang namanya jodoh nggak akan kemana kok. Dia nggak akan tersesat dan tertukar."

"Gue nggak permasalahin jodoh Ram." Sahut Aurel setelah ia menghapus air matanya menggunakan saputangan yang diberikan Rama.

"Gue sedih aja." Lanjutnya

"Apa yang lo sedihin? Karna Rendra minta lo hapus perasaan lo ke dia?" Tanya Rama. Tapi Aurel menggelengkan kepalanya.

"Gue takut Rendra benci sama gue." Jawabnya kemudian menundukkan kepalanya.

Sebenarnya bukan itu yang ia takutkan. Karna masalah benci atau tidak itu adalah hak Rendra. Tapi yang ia khawatirkan adalah persahabatannya. Akankah persahabatannya akan berhenti disini? Akankah semuanya akan berakhir?.

"Atas alasan apa Rendra benci sama lo? Nggak usah mikirin hal-hal yang belum tentu terjadi." Ucap Rama lalu beranjak dari duduknya. Menatap Aurel sejenak yang masih menunduk lalu membalikkan badannya.

"Lo mau sholat atau masih tetap disini?" Tanya Rama sebelum melangkahkan kakinya.

"Lebih baik lo berdoa sama Allah. Mohon ampun dan minta petunjuk." Ucap Rama kemudian pergi meninggalkan Aurel.
***

Dinda masih tak paham dengan alasan Rendra menyeret dirinya kedalam sebuah mall kemudian menonton film tanpa menikmatinya karena film yang dipilih Rendra sama sekali bukan gendre yang Dinda sukai. Sementara orang yang telah menyeretnya hanya diam membisu.

"Lo kenapa dah bang? Sepet amat mukanya. Gue jadi ngeri deh." Ucap Dinda saat mereka telah keluar dari bioskop dan tengah berjalan mencari tempat makan.

"Bang, ngomong kek. Dari tadi gue berasa jalan sama orang bisu deh. Lo kenapa sih?" Kesal Dinda. Tapi Rendra masih saja diam.

"Ah. Gue pulang aja lah bang." Keluh Dinda membuat Rendra menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Dinda.

"Yaudah gue anter pulang." Dinda terkejut mendengar respon Rendra. Dinda merasa bahwa kali ini Rendra benar-benar sedang ada masalah.

"Lo boleh cerita kok bang, kalo lo lagi ada masalah. Tapi kalo lo nggak mau cerita juga ngga papa sih." Kata Dinda saat mereka sudah berada di dalam mobil.

Hexagon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang