4. Rama

2.9K 175 7
                                    

Berbeda dari hari-hari sebelumnya. Dimana hujan selalu asyik mengguyur bumi. Tapi kini saatnya matahari untuk menang, kali ini matahari bersinar terang dengan gagahnya. Bahkan membuat peluh dua pria yang masih asik menendang bola itu bercucuran.

Renda mendudukkan tubuhnya tepat di sebelah Aurel. Tangannya menodong minta di beri minum.

"Capek." Ucapnya setelah menenggak habis satu botol air mineral.

"Buruan ganti baju. Keringat lo bau." Ucap Aurel sembari menutup hidungnya membuat Rendra berdecak.

"Kadang yang bau-bau gini itu yang ngangenin." Ucap Rendra santai dan langsung mendapat lemparan sapu tangan dari Aurel.

"Thanks Rel." Ucap Rendra santai.

Sementara di lain sisi Rama tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua anak manusia yang tidak pernah akur itu. Lalu ia berjalan mendekat.

"Nih minumnya Ram." Aurel menyodorkan satu botol air mineral pada Rama.

"Makasih." Ucap Rama sembari tersenyum. Dan Aurel hanya mengangguk.

"Giliran Rama aja. Di manis-manisin. Kalo sama gue, sepet amat." Cibir Rendra.

"Suka-suka gue lah." Balas Aurel sembari menjulurkan lidahnya. Membuat Rendra mendengus sementara Rama tersenyum menahan tawanya.

"Gue kalo lagi gini berasa punya pacar dua deh." Ucap Aurel tiba-tiba.

"Itu sih mau lo." Cibir Rendra yang membuat Aurel mengerucutkan bibirnya.

"Ih.. siapa bilang? Gue ogah kali sama lo."

"Hati-hati kemakan omongan sendiri." Ucap Rendra santai yang langsung membungkam mulut Aurel.

"Bodo'.. udah lah. Gue pulang aja. Sebel gue sama lo." Ucap Aurel yang tiba-tiba kesal dan langsung melangkah keluar dari stadion futsal itu.

Rama yang melihat Aurel berjalan keluarpun segera menyusulnya.

"Rel.." panggilnya. Tapi Aurel masih tidak berhenti. Membuat Rama harus berlari dan menghadang langkahnya.

"Gue anter." Ucapnya tenang. Tapi Aurel tau. Bahwa ucapan Rama tidak bisa di tolak.

"Yaudah." Jawabnya pasrah.
***

Aurel tidak pernah tau bahwa Rama akan membawanya ke tempat seperti ini. Tempat dimana banyak sekali anak-anak kecil yang tengah belajar mengaji. Jujur Aurel bahagia. Namun ia juga malu karena nyatanya anak-anak yang ada di sana khususnya yang perempuan, semuanya berjilbab. Sementara dirinya? Rambut panjangnya saja terurai. Terlebih saat ia bertemu seorang anak kecil yatim piatu. Meski mereka sudah tidak mempunyai orang tua mereka begitu tegar menjalani hidup. 

"Ram.." Aurel memanggil Rama yang berdiri di sampingnya.

"Ya?"

"Gue malu." Ucapnya. Rama memgernyitkan dahinya. Tidak paham dengan apa yang Aurel katakan.

"Di sini cuma gue yang nggak pake jilbab. Gue malu." Ucap Aurel jujur. Kini Rama tersenyum.

"Ikut gue." Ajak Rama. Sebenarnya Aurel ingin bertanya. Mau di bawa kemana lagi dirinya. Namun hal itu ia urungkan dan memilih untuk langsung mengikuti Rama saja.

Aurel terus mengikuti Rama. Ia di ajak masuk ke dalam sebuah ruangan yang seperti ruang kantor. Dan ia masih tidak tahu tujuan Rama. Rasa takut? Sama sekali tidak ada. Karena Aurel percaya bahwa Rama adalah orang baik dan tidak mungkin bermacam-macam dengannya.

"Assalamu'alaikum." Salam Rama sembari mengetuk pintu ruangan itu.

"Wa'alaikumsalam." Jawab suara perempuan dari dalam. Tak lama kemudian pintu itu terbuka. Dan nampaklah seorang wanita paruh baya yang kira-kira seusia Mamanya. Perempuan itu terlihat begitu anggun dengan balutan baju muslimahnya.

Hexagon Loveजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें