27. Perpisahan

1.3K 116 12
                                    

Pada dasarnya setiap hati berhak memilih. Entah memilih untuk menetap atau untuk pergi. Tak ada yang tau kapan perpisahan akan terjadi. Yang jelas dari setiap pertemuan akan selalu berujung pada perpisahan, baik itu perpisahan sementara atau selamanya.

Siapa bilang dalam persahabatan tidak akan pernah ada luka? Justru luka dalam persahabatan sejatinya adalah untuk menguji seberapa kuat tali persahabatan itu terjalin. Apakah putus begitu saja karena merasa terluka atau justru semakin erat karena mampu mengobati luka secara bersama-sama.

Aurel tersenyum menatap dua sahabatnya yang kini berdiri tepat dihadapannya. Ujian Nasional telah berlalu. Dan kini acara pelepasan seluruh siswa kelas 12 pun tiba. Sebulir airmata lolos di pipi Aurel. Ia tak pernah menyangka bahwa masa SMA sesingkat itu. Sebentar lagi ia akan memasuki dunia yang sebenarnya. Bukan lagi dunia anak-anak dan dunia remaja. Tetapi ia akan beranjak ke dunia yang lebih bisa mendewasakan dirinya.

"Lo jelek banget tau rel." Rendra menatap Aurel sembari menyodorkan sebuah saputangan pada Aurel.

Aurel menerimanya. Lalu ia mengelap airmatanya sembari tertawa.

"Iya gue tau. Kan lo udah sering bilang kalau gue jelek."

"Syukur deh kalo nyadar." Ucap Rendra yang diikuti tawanya.

"Rama ngomong dong." Rama hanya tersenyum menanggapi Aurel.

Sebenarnya ia sedang bingung mendeskripsikan perasaannya. Ada eurofia bahagia saat ia mendengar kabar kelulusannya. Namun tak bisa ia pungkiri, ia juga merasa sedih saat ia mengingat bahwa ia harus mengakhiri masa SMAnya. Yang artinya adalah ia akan berpisah jarak dengan sahabat-sahabatnya.

"Kalian nanti jangan kangen sama gue ya.." ucap Rendra memecahkan keheningan yang beberapa saat tadi tercipta.

Ia mengamati dua sahabatnya. Rama hanya diam saja sementara Aurel sedari tadi sibuk mengelap airmatanya. Sebenarnya ia merasa aneh saja melihat Aurel yang menangis. Padahal kan meski mereka lulus mereka masih bisa bertemu. Tapi terkadang jalan pikir seorang perempuan memang susah ditebak. Perasaan mereka terlalu halus sehingga sangat mudah sekali untuk menangis.

"Etdah.. diajakin ngomong abang ganteng malah kagak ada yang jawab." Geram Rendra.

"Enggak lah. Ngapain juga kangen sama lo. Lo kan jahat. Ngapain juga gue kangen.

"Oh iya.. gue jahat banget ya sama lo? Gue lupa." Ucap Rendra menanggapi perkataan Aurel. Kemudian ia menoleh pada Rama.

"Lo sakit gigi ya Ram? Dari tadi diem-diem bae." Lagi-lagi Rendra bersuara kali ini ia menirukan logat bicara anak muda yang tengah trend sekarang.

"Astagfirullah. Udah ah.. kalian nggak mau foto nih?." Tanya Rama sembari mengangkat kameranya yang tentu saja langsung disambut dengan antusias oleh Aurel dan Rendra.

Tak lama kemudian Zhafran datang dengan dua perempuan yang ada di kanan dan kirinya. Siapa lagi kalau bukan Dinda dan Clarista. Mereka bertiga sengaja datang untuk memberikan selamat kepada Aurel, Rama dan juga Rendra. Selepas itu mereka langsung berpose ria melakukan berbagai macam gaya berfoto.
***

Namanya perpisahan akan selalu terjadi. Entah itu datangnya cepat ataupun lambat. Seperti saat ini. Aurel tengah berdiri menatap sahabat-sahabatnya yang mengantar dirinya ke bandara. Ia tak pernah menyangka bahwa dirinya akan memutuskan untuk melanjutkan kuliah di negeri orang. Sementara kedua temannya, Rama dan Renda tetap berkuliah di Indonesia meski berbeda kota.

"Kirain bercandaan mau kuliah di luar negeri." Rendra menatap Aurel yang tengah berdiri di hadapannya.

Perempuan itu hanya tersenyum. Hatinya terasa sesak, entah mengapa melihat kedua orang tuanya dan sahabat-sahabatnya yang mengantar dirinya ke bandara membuatnya ingin menangis.

Hexagon LoveWhere stories live. Discover now