Mozaik 14

677 80 1
                                    

Cahaya mentari pagi menyinari desa.

Burung-burung kecil saling bercuit.

Serangga musim panas berdengung dari dahan pohon.

Rasanya begitu hangat.

Begitu mendamaikan jiwa.

"Shanty, aku mau pulang," kataku.

"Kapan kau kembali, Dane?" tanyanya.

"Aku harap secepatnya."

Kami saling bertatapan. Tampak canggung dan ragu untuk berpelukan. Tidak seperti pada yang lain.

"Kalau begitu, sampai jumpa, Shan," kataku sebelum kami salah tingkah.

Sebelum aku dan kedua orangtuaku pergi dari desa Nekala, sempat kulirik dirinya dari kejauhan. Dia melambaikan tangan padaku.

Aku dan kedua orangtuaku duduk di ruang makan. Tanpa banyak kata, kami menyantap makanan yang terhidang di atas meja.

"Danny ...," ucap Ibu pelan berusaha mencairkan suasana.

Aku menatapnya. Kulihat Ibu menatap Ayah dan Ayah mengangguk padanya.

"Ini," katanya memberikan sebuah kotak kayu berwarna coklat yang berukir.

"Apa ini?" tanyaku.

"Buka saja. Itu adalah barang yang diberikan pada kami saat kami mengadopsimu dari panti asuhan. Itu peninggalan orangtua kandungmu," kata Ibu.

Aku mengelus bagian atas kotak itu. Terdapat sebuah tulisan "Bo I Hora" di tengah-tengah kotak itu. Di sudut kanan atas terdapat sebuah ukiran yang kalau dilihat baik-baik seperti huruf JN.

Setelah selesai makan malam, aku kembali ke kamar. Aku duduk di meja belajarku dan membuka kotak kayu itu. Ada sebuah arloji, kalung, dua lembar kartu identitas, dan selembar kertas. Sepertinya surat.

Aku amati surat tersebut. Terdapat tulisan tapi aku tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Bahasa yang tertulis di sana bukanlah bahasa negara mana pun yang kutahu dan setiap hurufnya aneh. Meliuk-liuk. Kemudian aku lihat kartu identitas tersebut.

Kartu identitas pria dan wanita. Yang wanita bernama Joanna Van Dehr Bosche dan yang pria bernama Nikkiemura Maseru Zenko. Jelas nama itu adalah nama orang Belanda dan Jepang. Sekarang aku tak heran kenapa wajahku blasteran Jepang-Belanda.

Aku perhatikan baik-baik sebuah kalung dan arloji yang terdapat dalam kotak.

Sekilas, liontin yang tergantung pada rantai kalung emas tersebut berbentuk seperti pedang, tapi jika diperhatikan lebih mendetail lagi, itu terlihat seperti huruf JN.

Arloji itu sendiri terbuat dari emas dan platinum yang di sekelilingnya dipenuhi permata. Di bagian bawah jamnya, terdapat lokasi dan tahun pembuatannya. Swiss, 1969. Di bagian dalam kaca jarum jamnya terukir huruf JN yang begitu indah.

JN, inisial ayah dan ibu kandungku. Joanna-Nikkiemura.

***.

"Danny ...," suara itu berbisik di telingaku.

Suara seorang gadis.

"Apa? Siapa kau?" tanyaku.

Aku tak bisa melihatnya. Tempat ini remang-remang.

"Sudah saatnya, Danny! Ayo kita berangkat!"

"Berangkat? Berangkat ke mana? Untuk apa?"

"Tentu saja melawan mereka, pahlawanku!"

"Hah? Pahlawan?"

Sebelum dia sempat menjawabnya, aku keburu terbangun dari mimpi.

Pagi ini Ian mengajakku jalan-jalan.

Kie Light #1: Sandekala (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang