Mozaik 21

1.8K 102 7
                                    

Pernah sekali aku mengajak Shanty jalan-jalan ke mall, ke toko kue dan membeli sebuah Black Forest untuk dimakan kami berdua. Boleh dibilang itu kencan pertama kami. Tapi sebenarnya kami belum pernah mengungkapkan isi hati masing-masing.

Semenjak Ian menjadi manajer, dia hampir setiap hari memberikan aku dan Shanty uang saku.

Entah apa yang ada di pikirannya, tapi kelihatannya Ian sangat mendukung kalau aku pacaran dengan Shanty. Meski aku tahu kalau dia juga punya rasa terhadapku—atau memang mungkin itu cuma rasa antara kakak dan adik saja.

Ian selalu menyuruhku untuk belajar mengendarai motor. Walau aku selalu enggan tapi sekarang aku sudah dapat mengendarai motor besarnya itu. Dan selalu aku gunakan untuk sekolah. Karena sekarang, setiap pagi, Ian selalu dijemput oleh sopir pribadi dari perusahaannya.

31 Maret.

Hari itu semakin dekat. Dari bulan ke bulan latihan kami semakin baik saja. Semuanya pun masih semangat menjalani latihan.

Sepulang sekolah aku langsung pulang ke rumah. Tidak sabar mengetahui apa yang sedang dilakukan Shanty siang ini.

"Shanty!" panggilku.

Dia tidak menyahut.

Aku mengintip ke kamarnya, dia tidak ada.

Aku mencarinya ke mana-mana, dia tidak aku temukan.

Tanpa sempat aku mengganti seragam, aku segera mengendarai motor dan pergi mencarinya ke minimarket tempat dia biasa belanja bahan makanan.

Aku bertanya pada wanita penjaga toko tersebut.

"Tadi dia memang ke sini membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Tapi sekarang saya tidak tahu dia pergi ke mana," kata penjaga toko.

Sebelum kembali ke rumah aku juga sempat mencarinya ke tempat biasa kami makan kue tapi dia juga tidak ada di sana. Mungkin karena aku terlalu panik dan khawatir atau mungkin terlalu bodoh sehingga aku tak sempat menanyakan pada Ian ke mana Shanty pergi.

Setelah memasukkan motor ke garasi aku segera masuk ke rumah lagi untuk menelepon Ian.

"Halo ... Kak. Kau tahu ke mana Shanty pergi?" tanyaku.

"Tidak. Memangnya dia tidak ada di rumah?"

"Saat aku pulang sekolah, dia sudah tidak ada. Aku tidak tahu dia pergi ke mana"

"Mungkin sedang belanja."

"Aku sudah tanya ke penjaga tokonya. Katanya dia sudah pulang."

"Benarkah?" herannya.

"Kenapa suaramu terdengar begitu tenang? Apa kau tidak khawatir?" tanyaku.

Dia tak menjawabnya dan malah memutuskan teleponnya.

"Untuk apa aku khawatir? Dia kan ada di sini!" sahutnya.

Aku membalik badan dan melihatnya berdiri di depan pintu. Dengan rambut spiky, memakai kacamata hitam, jas hitam, Ian sudah terlihat seperti mata-mata atau bodyguard artis.

"Selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun ...," suara seorang gadis yang kemudian masuk ke dalam rumah sambil membawa Black Forest yang cukup besar.

Sesaat aku hampir tak mengenalinya.

Wajahnya putih dan cerah.

Bibir merah merona.

Memakai anting-anting.

Rambutnya hitam panjang bergelombang dan berkilau.

Dia memakai baju hangat yang terbuat dari woll serta rok yang sangat mini.

Kie Light #1: Sandekala (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang