Mozaik 22

2.5K 117 11
                                    

Dalam generasi sebelumnya terdapat 20 orang pahlawan. Di antaranya adalah Shalvoen, Shentya, Joanna, Nikkiemura, Sindia, dan 15 orang lainnya.

Pada generasi sebelum mereka terdapat 50 orang. Sindia dan Parmoun termasuk dua di antaranya.

Dari yang aku baca di buku itu, mereka semua berhasil memusnahkan setengah dari jumlah Sandekala yang terdapat di hutan hitam.

"Danny, kau tahu kan di dunia ini terdapat Tuhan, malaikat, iblis, dan makhluk hidup seperti kita. Iblis dan manusia itu sama. Mereka dapat berkembangbiak. Menciptakan iblis-iblis baru dalam lingkungan mereka dengan begitu mudah karena mereka tidak selalu memerlukan pasangan agar iblis baru lahir. Arwah penasaran, jiwa polos anak-anak, dan sisi jahat manusia yang membuat iblis itu tercipta. Jika kita hidup di dunia mereka, maka sebenarnya kita ini telah punah. Hanya dengan satu perbuataan jahat manusia, maka satu iblis telah tercipta. Iblis diciptakan untuk mengganggu manusia. Membuat manusia melakukan kejahatan. Dan dari sana, ratusan iblis dengan jenis dan fungsi yang berbeda tercipta," ujar Sindia padaku beberapa hari yang lalu seusai latihan.

"Sebenarnya apa yang ingin Nenek katakan padaku?" tanyaku.

"Jika kalian tidak memusnahkan mereka semua saat itu. Mereka akan terus berkembangbiak. Semakin dan semakin banyak sampai tak ada lagi celah untuk mereka tinggal di hutan hitam. Bila itu terjadi, mereka akan semakin bergerak ke hilir. Memenuhi setiap sudut tempat yang masih bisa mereka huni," jawabnya.

"Jadi, maksudnya?"

"Kita harus memusnahkan mereka semua saat itu juga!" tegasnya pada kami. "Dulu, banyak orang-orang yang mempertaruhkan nyawa mereka demi melindungi anak-anak. Mereka membuat senjata dan selalu berada di barisan depan bila perang pecah. Tapi tahun demi tahun mereka semua mulai kelelahan, putus asa. Para Sandekala itu tak ada habisnya. Akibatnya, banyak orang-orang yang pergi dari desa dan merantau ke kota demi menyelamatkan anak-anak mereka.

"Waktu masa perang generasi kedua kami, ada seseorang yang memiliki tekad dan semangat kuat ketika berusaha memusnahkan mereka semua. Wanita itu begitu cantik dan sangat tangguh. Dan dia adalah salah satu di antara lima orang dari kami yang selamat," kata Sindia.

"Siapa dia?" tanyaku.

"Aku tidak tahu siapa namanya. Tapi senjata yang dia gunakan adalah senjata yang kau pilih itu," jawabnya.

"Nek, saat Nenek dan yang lainnya berperang masa itu, apa penyebab kekalahan kalian?" tanya Shanty.

"Persiapan yang kurang matang. Kami berperang melawan mereka tanpa latihan terlebih dahulu. Untuk itulah kalian harus latihan sebaik mungkin agar tak ada lagi korban. Walaupun hal itu pasti akan terjadi, tapi setidaknya kalian telah siap melawan mereka. Telah siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi nanti."

***

"Hai Shanty! Boleh aku masuk?" pintaku menengok dari balik pintu kamarnya.

"Tentu! Ada apa, Dane?" tanyanya terlihat sibuk dengan lemari pakaiannya.

"Kau sedang apa Shan?" tanyaku. "Itu kan ..."

Aku melihat Evilis Naifu di tangannya.

"Ya. Ini senjata ibuku. Aku membawanya kemari," katanya. "Sebenarnya Nenek menyuruhku menyimpan ini di rumah dan tidak menggunakannya lagi karena aku sudah punya senjata sendiri. Tapi ... bila aku melihat senjata ini rasa rindu pada ibuku bisa terobati. Ini satu-satunya peninggalan terakhir darinya."

Dia mengelus-elus batu-batu permata yang terdapat di pegangannya.

"Ibuku adalah orang baik. Aku tahu itu! Nenek pernah cerita padaku bahwa ibuku pernah menolong seorang anak kecil yang tenggelam di sungai Kalem. Ibuku terpaksa melawan anak-anak sungai untuk menyelamatkan anak kecil tersebut karena mereka berusaha menenggelamkannya ke dalam sungai yang tak berdasar itu," ujar Shanty. "Dane, aku rindu ibuku."

Kie Light #1: Sandekala (TAMAT)Where stories live. Discover now