49. QUARRELSOME

398 37 0
                                    

Pagi matahari matahari terlihat sama sekali belum menunjukkan sinarnya karena tertutup oleh awan yang perlahan mulai menggelap.

"Oh, ayolah! Lebih baik kita berlatih seperti biasanya. Serang aku sekarang!"

Caspian terkekeh. "Bukankah pergelangan tanganmu masih sakit? Aku tidak ingin memperparah rasa sakit yang kau rasakan."

Ralie mendengkus kesal. "Tapi ini sama sekali tidak seru. Aku bahkan sudah berulang kali memenangkan pertandingan ini."

"Bukankah itu yang kau inginkan?"

Ralie memutar bola matanya. Ia mulai bersiap untuk kembali menyerang Caspian. "Mengapa kau tidak ingin menyerangku?"

"Aku tidak ingin melukaimu." Caspian terlihat berulang kali menghindari bilah pedang Ralie yang terlihat membabi-buta menyerangnya.

Saat mendapatkan celah pada bagian leher Caspian, dengan cepat Ralie mengarahkan pedangnya tepat di leher Caspian dan mengunci tubuh pria itu.

"Keahlian berpedangmu semakin membaik seiring berjalannya waktu. Jika kau mendaftarkan diri menjadi seorang ksatria, aku yakin kau akan diterima."

Ralie menjauhkan pedangnya dari leher Caspian. "Mari bertarung sungguh-sungguh. Jika salah satu darah kita menetes, maka ia akan kalah."

Caspian menghela napasnya. "Bukankah aku sudah bilang tidak ingin melukaimu? Latihan seperti ini lebih dari cukup."

Ralie menarik pedang anggar yang tersimpan di salah satu rak dan melemparkannya ke arah Caspian.

"Pedang anggar tidak akan melukaimu separah pedang biasanya. Mari bertarung sebelum hujan turun," pinta Ralie yang terlihat belum mendapatkan persetujuan dari Caspian.

Pria itu menatap pedang anggar yang ia genggam. "Apa kau menginginkan darahku hingga mengajakku bertarung seperti ini?"

Ralie mendelik seketika. Tubuhnya menegang saat mendengar pertanyaan itu. Apa Caspian mengetahuinya.

Caspian terdengar tertawa. "Aku hanya bercanda. Baiklah, mari kita lihat darah siapa yang menetes lebih dahulu."

Ralie menegak liurnya cepat. Debaran jantungnya sudah tidak bisa terhindarkan. Pasalnya, wajah Caspian terlihat sudah mulai berubah seperti singa yang siap menerjang musuhnya.

Ralie terlihat mulai menyerang Caspian dari berbagai arah, tapi sialnya ia bahkan sama sekali tidak berhasil membuat pria itu menyerah.

Napas Ralie terdengar memburu dan sampai saat di mana Caspian terlihat mulai meledeknya. Pria itu lalu memberikan serangan tapi dengan cepat Ralie menghindar.

Pertarungan keduanya terlihat semakin sengit bahkan Caspian sedikit kewalahan menghadapi Ralie yang nampaknya berambisi mengalahkan Caspian. Bahkan rintikan hujan tak membuat kedua berhenti bertarung dan saling menyerang.

Hingga tanpa sadar pedang Caspian telah berada tepat di leher Ralie dan jika gadis itu bergerak sedikit saja, sudah pasti ia akan terluka. Deru napas Ralie terdengar memburu, ia sudah tidak memiliki cara untuk menghindar karena Caspian telah sepenuhnya mengunci tubuh Ralie.

Pedang anggar yang Ralie genggam jatuh di tanah bersamaan dengan gerimis yang semakin deras. Caspian terlihat memilih menyudahi pertarungan kali ini, ia lalu mengambil pedang anggar yang tergeletak di tanah dan memberikannya pada Ralie yang masih diam mematung.

"Mengapa kau tidak membuatku terluka? Tidak akan ada yang ..."

Caspian melukai telapak tangannya dengan pedang anggar milik Ralie dan memperlihatkan goresan luka itu padanya.

THE DRAGON SWORD Where stories live. Discover now