25. ARENA PACUAN KUDA

712 62 0
                                    

Coraline masih diam menatap sebuah pohon maple besar berwarnaerah di hadapannya. Sesekali, dedaunan mulai berjatuhan di telapak tangan Ralie.

Ia lalu menyentuh batang besar pohon itu sembari memejamkan matanya seraya berdoa agar hal buruk tidak menimpa wilayah Bolton seperti di kehidupan sebelumnya.

"Aku dengar kau akan mengikuti perlombaan pacuan kuda di Ascot royal?" Tanya Tuan Dominic yang sedikit membuat Ralie terkejut.

Pria tua itu masih terlihat sangat segar bugar padahal usianya sudah 85 tahun saat ini.

Ralie tersenyum kecil sembari mengangguk. "Aku dengar dari Laurence, kau sedang memperbaiki arena pacuan kudamu. Apa akan ada pertandingan?"

Tuan Dominic terkekeh. "Bukankah kau yang memintaku untuk memperbaikinya? Apa kau sudah lupa, Your Highness?"

Sial, Ralie tidak berhasil mengingat hal itu. Tapi untuk apa Coraline meminta Tuan Dominic memperbaiki arena pacuan kuda ini?

"Coraline mengatakan padaku jika di istana tidak ada arena pacuan kuda. Maka dari itu ia kerap kali berkunjung kemari hanya untuk melatih kudanya," ujar Tuan Dominic sembari melihat ke arah Laurence dan Caspian yang nampaknya sibuk memperbaiki kayu halang rintang kuda yang sudah mulai keropos termakan oleh waktu.

"Ia juga enggan bergabung dengan klub berkuda pada bangsawan dan lebih memilih berlatih di sini bersama dengan Nyonya Sinclair," sambung Tuan Dominic lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ralie.

Ia memperhatikan wajah gadis itu sejenak. "Sudah berapa lama kau berada di tubuh Coraline?"

Ralie menegak liurnya cepat. Ia sungguh tidak menyangka jika Tuan Dominic menyadari hal yang satu ini. Apa Ralie mengatakan hal yang salah hingga membuat Tuan Dominic mengetahui rahasia tersebut?

"Kau mengetahuinya?"

Pria tua itu terkekeh. "Tentu saja. Sangat kentara dari cara kau menatapku dan saat melihat pohon kehidupan ini."

Tuan Dominic menyentuh pohon maple di hadapannya. "Pohon ini telah ada selama ribuan tahun lalu. Kami menyebutnya pohon kehidupan karena keberadaannya tidak pernah habis termakan oleh waktu."

"Coraline mengatakan padaku jika pohon ini akan mati karena ulah Wyvern. Bukan hanya pohon ini, tapi juga seluruh wilayah Bolton akan rata dengan tanah karena ulah naga itu."

Tuan Dominic menatap Ralie. "Coraline juga mengatakan padaku jika suatu saat nanti, akan ada seorang gadis yang berhasil mengalahkan Wyvern dan menyelamatkan Bolton dari kehancuran."

"Ia mengatakan jika gadis itu akan memasukinya tubuhnya dan kemungkinan ia akan bertemu denganku seperti sebuah takdir," sambung Tuan Dominic.

"Dan jika gadis itu sungguh datang kepadaku, maka wilayah Bolton akan jauh dari ambang kehancuran," ujar Tuan Dominic dengan mata berkaca-kaca. "Aku sungguh berhutang budi padamu, Nona Olivia," gumam Tuan Dominic sembari menatap Ralie.

Ralie hanya tersenyum simpul. "Aku tidak ingin kau terlalu banyak berharap padaku, Tuan Dominic. Aku tidak ingin membuat kalian kecewa hanya karena aku gagal membuat kedamaian di tanah ini."

Ralie lalu mengalihkan pandangannya ke arah Caspian yang sedari tadi menatapnya dari kejauhan.

"Tapi aku berjanji akan berusaha untuk mencegah hal buruk terjadi di tempat ini. Aku akan berusaha untuk membunuh naga itu sesuai dengan janjiku pada Coraline," ujar Ralie yakin.

Tuan Dominic sungguh senang mendengar semangat Ralie. "Aku sungguh senang mendengar semangat itu, Nona Olivia."

"Halang rintang telah siap! Kau harus mencobanya, Ralie!" Teriak Laurence dari kejauhan.

THE DRAGON SWORD Where stories live. Discover now