41. SEBUAH PENGAKUAN

493 46 7
                                    

Coraline terlihat masih diam memikirkan perkataan Gerald barusan. Apa mungkin perkataan pria itu sungguh benar adanya?

Jika ramalan itu berubah, bukankah Olivia sudah tidak dibutuhkan lagi di tempat ini? Itu artinya ia bisa kembali lebih cepat, tapi bagaimana caranya? Bukankah ia harus mengalahkan Wyvern terlebih dahulu?

Kuda yang Ralie tunggangi sengaja berjalan santai karena pemandangan indah pegunungan Daelmont sungguh tak boleh Ralie lewatkan.

"Apa kau pernah bertemu dengan penyihir hitam?" Tanya Ralie lalu menoleh ke Caspian yang sedari tadi juga sibuk berkutat dengan pemikirannya.

Caspian menoleh. "Tentu saja. Apa pria tadi menceritakan sesuatu yang berkaitan dengan penyihir hitam?"

Ralie dengan cepat menggeleng. "Tentu tidak. Aku tidak mengenalnya dan bagaimana mungkin ia menceritakan tentang penyihir hitam. Lagipula tidak semua orang mengetahui perihal penyihir hitam, 'kan?"

Caspian masih memperhatikan raut wajah Ralie sebelum menjawab pertanyaan gadis itu. Entah mengapa ia rasa Coraline dan Olivia adalah sosok yang jauh berbeda. Jika boleh membandingkan, Olivia terkesan lebih banyak bicara jika dibandingkan Coraline yang cenderung sangat irit bicara.

"Apa mereka sungguh ada? Maksudku, apa mereka sungguh masih hidup. bukankah para Witcher telah menghabisi para penyihir hitam?" Tanya Ralie sekali lagi karena Caspian terlihat sama sekali belum memberikan jawaban pada Ralie.

Caspian mengalihkan pandangannya ke arah langit yang terlihat semakin menggelap. "Tentu saja mereka ada. Kau tau, pria barusan bukan penduduk asli Daelmont dan aku sangat yakin ia keturunan Witcher sama sepertiku."

"Aku bisa melihat dari sorot mata pria itu. Lagipula, pemilik bola mata biru sepertiku hanya ada satu di negeri ini yaitu milik kaum Witcher sepertiku." Caspian merasakan tetesan hujan mulai mengenai punggung tangannya.

"Tapi ada yang sedikit janggal dari pria barusan. Mengapa dia bisa ada di Daelmont bersama dengan Killian?" Tanya Caspian penasaran ia lalu menoleh menatap Ralie. "Aku sungguh berharap kau selalu berhati-hati saat bersama dengan pria itu. Apapun yang terjadi, ia bisa saja mempengaruhi pikiranmu."

Rintikan hujan semakin turun dengan derasnya. "Pacu kudamu secepatnya karena kita akan segera meneduh di salah satu kedai di sana," suruh Caspian sembari menunjuk ke arah jejeran kedai yang tak jauh dari posisi mereka.

****

Suara gelak tawa dari beberapa orang terdengar begitu nyaring menggema dan sejujurnya tempat ini sedikit membuat Ralie sedikit risih. Kedai ini dipenuhi oleh pria-pria berbadan tegap dan besar. bahkan suara mereka sudah berhasil membuat nyali Ralie menciut hanya dengan mendengarnya.

"Lama tak jumpa, Your Grace," ujar seorang pria yang tak lain adalah pemilik kedai. Ia meletakkan 3 buah gelas berisikan beer dengan ukuran besar di atas meja Ralie.

Bukankah ini terlalu besar?

Caspian hanya tersenyum simpul. "Aku lihat kedaimu tambah ramai saja. Bahkan aku lihat kau menambah pegawai wanita yang begitu cantik saat ini," ujar Caspian memuji kedai Tuan Nock yang terlihat semakin ramai.

"Bukankah semua ini berkatmu? Jika kau tidak membunuh makhluk mengerikan di belakang kedai ini, mungkin aku akan bangkrut. Hari ini aku mentraktir 3 beer itu untuk kalian, selamat bersenang-senang Your Grace." Pria tambun itu lalu pergi meninggalkan meja Ralie untuk melanjutkan kerjanya.

"Makhluk apa yang ada di belakang kedai ini?" Tanya Ralie berbisik pada Caspian. Gadis itu bahkan menarik gelas besar berisikan beer kearahnya dan melihat isinya yang begitu penuh.

THE DRAGON SWORD Where stories live. Discover now