7. SEBUAH PERMAINAN

1.3K 121 1
                                    

Pagi ini, langit Windfield terlihat sangat cerah. Beberapa ekor burung bahkan sudah berkicau kesana kemari bernyanyi menyambut hari yang cerah ini.

Bahkan beberapa pelayan telah sibuk berkerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing. Ralie yang sengaja bangun lebih awal terlihat mengamati beberapa pelayan yang sibuk membuka gorden dan mengepel lantai porselen hingga mengkilap.

Ah, hidup dengan kemewahan tanpa harus memikirkan banyak pekerjaan membuat Ralie sedikit tenang dan bahagia. Anggap saja keberadaan Olivia saat ini di Windfield sebagai liburan dari rutinitas pekerjaannya yang sangat banyak selama di London.

Hidup menjadi orang kaya raya dan tidak melakukan apapun adalah impian Olivia semenjak dulu.

Tak berselang lama Josephine terlihat menghampiri Ralie. "Selamat pagi, Coraline," ujar Josephine sedikit canggung.

Ralie menoleh. "Ah, selamat pagi juga. Bagaimana kondisimu, apa sedikit membaik?" Tanya Ralie sedikit cemas.

Josephine sedikit menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Agak lebih baik, tapi tolong tetap rahasiakan ini dari ibuku."

Ralie terkekeh. "Baiklah, aku akan merahasiakannya dari Ibumu, tapi jangan lupa untuk selalu konsultasi pada Tuan Philip, kau mengerti?"

Josephine mengangguk paham. Tak berselang lama wanita yang mereka bicarakan datang.

Ratu Camila Westley. Wanita yang memiliki rambut berwarna hitam legam yang tergulung tinggi itu datang menghampiri Coraline dan Josephine.

"Josephine, segeralah pergi ke perpustakaan sekarang karena madam Jennifer telah menunggumu sedari tadi," suruh Ratu Camila dengan tatapan datar tanpa ekspresi sedikitpun.

Sorot matanya bahkan menatap tajam Ralie seolah-olah ia memiliki salah pada wanita itu. Oh, ayolah, ini masih sangat pagi dan semoga saja wanita itu tidak mengganggu pagi cerah Ralie.

Josephine lalu berjalan terburu-buru menuju perpustakaan. Sedangkan Ratu Camila mendekati Ralie seperti ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu.

Wanita itu menatap Ralie dari ujung kaki gadis itu hingga kepalanya. Sejujurnya, Olivia sama sekali tidak menyukai tatapan itu. Ia menatap Ralie seperti sampah yang tidak berguna.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, Bibi Camila?" Tanya Ralie. Ia tidak pernah sudi sekalipun memanggil wanita jahanam itu dengan panggilan ibu. Lagipula, bukankah ia masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Ratu Evelyn?

"Aku hanya ingin mengatakan padamu untuk sedikit menjaga sikap saat sedang berkumpul dengan kalangan bangsawan. Aku tidak ingin memiliki citra yang buruk hanya karena ulahmu, kau mengerti?"

Kini Ralie terkekeh kecil. "Ah, apa kau sedang membahas perihal kejadian kemarin siang di danau?" Tanya Ralie dengan spontan. Kini matanya menatap remeh Ratu Camila. "Aku sungguh minta maaf jika aksiku kemarin berhasil membuat dirimu malu dan menggagalkan acara jamuan teh yang kau buat."

"Kau tau, aku hanya sedang berlatih berenang agar saat ada yang berniat membunuhku di danau itu, aku bisa segera berenang ke tepian dengan selamat," ujar Ralie dengan beraninya.

"Aku tidak ingin berakhir seperti ibuku yang payah karena tidak bisa berenang dan berakhir tewas mengenaskan di danau itu," sambung Ralie sembari memamerkan senyum liciknya. "Aku sungguh penasaran. Siapa gerangan yang berani dengan lancang mendorong Ratu Windfield ke dalam danau hingga tewas? Ah, andai saja aku mengingatnya, mungkin aku akan memasukannya ke dalam penjara bawah tanah saat ini."

Ratu Camila mendengkus. "Apa kau sedang menuduhku?"

Ralie lalu sedikit menjauh dari Camila. Ia terkekeh. "Hey, aku tidak sedang menuduhmu. Mengapa kau menjadi perasa begitu?"

THE DRAGON SWORD Where stories live. Discover now