43. BUKU RAHASIA

488 44 10
                                    

"Apa ia akan baik-baik saja? Aku sungguh khawatir karena sejak kemarin demamnya tak kunjung turun juga," ujar Liliana yang sedari tadi berada di samping kasur ibunya.

Sementara itu Tuan Philip terlihat masih diam sembari memperhatikan beberapa luka memar di tangan serta wajah Madam Kate.

Tak lupa ia mengoleskan tanaman herbal untuk mengurangi memar yang ada. Sejujurnya ia benar-benar tidak tau apa yang tengah terjadi pada Madam Kate hingga wanita itu mendapatkan memar yang begitu banyak.

"Untung saja kau segera memberitahu kondisi ibumu karena tadi demamnya sungguh sangat tinggi," ujar Tuan Philip lalu menatap Liliana. "Sebenarnya apa yang terjadi? Apa seseorang menghajarnya hingga seperti ini?"

Liliana masih menatap wajah pucat ibunya yang terlihat masih belum sadarkan diri. Sesekali tangan Liliana menyingkirkan anak rambut ibunya agar wajah cantik wanita itu bisa leluasa ia lihat.

"Aku juga tidak tau apa yang terjadi. Dua hari lepas dari acara Ascot Royal, aku sudah melihat beberapa memar di wajahnya." Liliana menghapus air mata yang tiba-tiba mengalir di pipinya. "Saat aku bertanya, ibuku berkata jika memar itu bukan hal serius, Ia hanya terlalu ceroboh saat bekerja."

Tuan Philip berpikir sejenak. Sangat mustahil memar yang lumayan banyak itu berasal dari kecerobohan Madam Kate. Wanita itu bukan orang mudah ceroboh dalam melakukan pekerjaannya. Bahkan bisa di bilang ia sangat teliti dan cekatan.

Liliana teringat suatu hal yang sempat ia lupa tanyakan pada Tuan Philip. Gadis itu berjalan terburu-buru ke arah lemari dan mengambil sebuah kotak yang berisikan cangkir dengan noda bercak kehitaman di dalamnya.

Ia lalu memberikan gelas itu pada Tuan Philip. "Aku yang selalu bertugas membuatkan Coraline teh dan bukankah sebuah keanehan jika tiba-tiba saja Ibuku menawarkan membuatkan teh untuk Coraline?"

Tuan Philip memperhatikan bercak kehitaman pada cangkir di tangannya. Tak lupa ia juga mengendus dan berusaha mencari tau aroma apa yang masih tertinggal di cangkir itu.

"Aku sungguh tidak pernah berniat jahat pada Coraline. Aku hanya takut teh itu yang menyebabkannya pingsan saat di perlombaan pacuan kuda tempo hari."

Liliana lalu menoleh menatap Ibunya. "Dan aku takut ini ada sangkut pautnya dengan kondisi ibuku saat ini. Aku yakin kau mengerti maksudku, Tuan Philip."

Tuan Philip mengangguk paham. "Aku sungguh sangat mengerti, Nona. Perihal cangkir ini, biar aku yang selidiki. Sekarang fokuslah menjaga ibumu, kau mengerti?"

Liliana mengangguk paham. "Sekali lagi terimakasih, Tuan Philip."

*****

"Akh, rasanya sangat pahit. Apa kau yakin ini untuk meredakan pengar?" Tanya Ralie sedikit tak percaya dengan ramuan pengar yang diracik secara langsung oleh Josephine.

Ralie telah sampai ke istana sekitar setengah jam lalu diantar oleh Caspian. Jika kalian tanya kemana pergi pria itu, ia sedang mengobrol dengan Raja di ruang kerjanya.

Sementara itu Josephine terlihat sibuk mencari sesuatu di sekitar meja kerja Tuan Philip.

"Apa yang sedang kau cari? Kau terlihat begitu sibuk sedari tadi."

"Hanya sebuah kunci," jawab Josephine lalu membuka salah satu toples kaca kecil yang di tutup oleh selembar kain.

"Kemana perginya pria tua itu?"

Josephine berhasil menemukan kunci yang sedari tadi ia cari. Ia langsung membuka lemari dengan perlahan.

"Memeriksa Madam Kate. Liliana mengatakan jika Ibunya hampir sekarat. Saat aku ke sana, ternyata ia mengalami demam tinggi sejak kemarin sore."

THE DRAGON SWORD Where stories live. Discover now