15. PERSELISIHAN

915 80 3
                                    

Coraline terlihat masih berdiri sembari menikmati alunan musik yang berasal dari salah satu harapan yang sedari tadi dipetik dengan begitu piawainya hingga menghasilkan melodi yang begitu indah.

"Aku pikir peri yang kau maksud berukuran kecil seperti di film Peterpan. Siapa sangka mereka sama seperti manusia pada umumnya," bisik Ralie pada Tuan Philip yang terlihat tengah bersantai sembari menyesap pipa melengkung yang selalu ia bawa kemana-mana.

Tuan Philip terkekeh. "Aku pikir kau membayangkan para peri di film lord of the rings. Film itu cukup populer di tempat asalmu, 'kan?"

Ralie menghela napasnya. "Tapi tetap saja aku menganggap semua itu hanya dongeng dan cerita fiksi yang tidak nyata. Orang-orang di tempat ini jauh dari bayanganku sebelumnya. Mereka semua terlihat sangat cantik."

Tuan Philip menunjuk seorang peri yang tengah bermain harpa. "Fisik para peri memang tidak ada tandingannya. Bahkan, para Duyung yang kau lihat di sungai barusan belum ada apa-apanya jika di bandingkan dengan penduduk disini."

Bola mata Ralie lalu melihat ke sekelilingnya. "Apa Tuan Lorath dan Triton belum juga datang? Bukankah kau mengatakan jika mereka datang lebih awal dari kita."

"Tunggu saja sebentar lagi. Tuan Lorath masih berusaha membujuk Triton untuk kemari. Pria tua berjenggot itu sangat sulit diajak bekerjasama apalagi dengan keturunan Hawthorne," jawab Tuan Philip sembari menikmati semilir angin.

Hawthorne adalah nama belakang dari Coraline dan itu artinya Triton sangat tidak menyukai keluarga Coraline. Sebelumnya, Tuan Philip juga mengatakan jika penduduk yang tinggal di Witchelm tidak sepenuhnya menaruh kesetiaan mereka pada Raja George.

Mereka lebih menyukai Duke Caspian yang merupakan keturunan Silas menjadi pemimpinnya mereka. Bahkan berulang kali sudah Tuan Lorath meminta pemisahan wilayah pada Raja George, tapi pria itu tidak mengizinkannya.

Tak berselang lama suara langkah kaki kuda mulai memasuki gerbang istana Volrd. Sorot mata Ralie lalu beralih pada beberapa pria yang menunggangi kuda sembari membawa anak panah di punggung mereka.

"Oh astaga, selamat datang di Volrd, Your Highness," ujar seorang pria yang terlihat buru-buru turun dari kudanya. Pria itu terlihat masih begitu muda, ia juga memiliki rambut sepunggung dan diikat seadanya.

Kini tatapan Ralie beralih kearah seorang pria yang cukup berumur yang menatap dirinya datar.

Ah, pasti ia adalah Tuan Lorath.

"Bagaimana, apa Triton menolak ajakanmu lagi?" Tanya Tuan Philip pada Lorath.

Pria tua itu menghela napasnya. "Kau tau sendiri bagaimana keras kepalanya Triton saat diajak berdiskusi mengenai masalah ini, 'kan? Lebih baik kita abaikan ia dalam pertemuan kali ini."

"Nona Coraline, aku rasa ini kali pertama bagimu ke istana Volrd, 'kan? Bagaimana jika kita berkeliling..."

"Aku rasa tidak ada waktu untuk mengajak Nona Olivia berkeliling istana terlebih dahulu karena kita sedang dalam agenda rapat darurat, Hardin," ujar Tuan Lorath memperingati keponakannya.

Hardin La Ney adalah keponakan dari Tuan Lorath. Pria itu masih berusia 17 tahun saat ini, terdengar masih sangat muda. Namun, pria itu memiliki semangat bertempur yang kuat. Sedari kecil saja ia sudah diajarkan memanah dan sekarang kemampuannya bertambah berkali-kali lipat.

"Kau mengetahui jati diriku? Maksudku, kau tau jika aku buka Coraline?" Tanya Ralie penasaran. Ia pikir yang mengetahui perihal ini hanyalah Tuan Philip karena ini sangatlah rahasia.

Tuan Lorath mempersilahkan untuk memasuki istana. "Hanya dengan memandang kedua matamu saja aku sudah mengetahui hal itu. Aku melihat jiwamu terperangkap di sana."

THE DRAGON SWORD Where stories live. Discover now