6. JOSEPHINE

1.3K 118 0
                                    

Josephine terlihat masih menatap Ralie dan Tuan Philip secara bergantian. Ia begitu ragu dengan cangkir berisikan teh herbal yang yang sedari tadi ada di hadapannya.

"Segeralah minum agar pencernaanmu sedikit membaik. Teh itu tidak akan membuat berat badanmu naik, Nona Josephine," ujar Tuan Philip seolah-olah tau apa yang sedang Josephine pikirkan.

Tuan Philip tau alasan mengapa Josephine tidak kunjung meminum teh herbal itu. Ia pasti takut jika teh herbal itu akan membuat nafsu makannya bertambah dan berat badannya akan semakin naik.

Satu istana juga tau bagaimana disiplin dan rapinya pola makan Josephine. Gadis itu hanya boleh makan salad sayur dan beberapa buah-buahan rendah kalori.

Ia pantang makan-makanan yang tinggi kalori. Bahkan ia harus mengubur dalam-dalam keinginannya untuk makan kue coklat favoritnya selama 10 tahun lamanya.

Perlahan Josephine menyesap cangkir berisikan teh herbal buatan Tuan Philip. Sebenarnya Ralie tidak berniat bertemu dengan Tuan Philip. Namun, saat dia hendak mencari beberapa bahan herbal tanpa sengaja ia bertemu dengan Tuan Philip dan sekalian saja ia meminta bantuan pria tua itu.

"Apa perutmu sudah sedikit membaik?" Tanya Ralie sedikit khawatir. Raut wajah khawatir gadis itu sudah tidak bisa ditutupi lagi, bahkan Josephine terlihat tersenyum.

Gadis itu mengangguk pelan dan kembali menyesap teh di cangkirnya. "Bisa tolong rahasiakan ini dari ibuku?"

Ralie tak ingin banyak tanya alasan mengapa Josephine melarangnya memberitahu kondisi putrinya saat ini.

"Apa kau mengkonsumsi sesuatu yang aneh hari ini, Nona Josephine?" Tanya Tuan Philip pada Josephine.

Gadis itu lalu memberikan sebuah botol yang berisikan perasaan air lemon yang sudah tiga hari ini selalu ia minum.

"Ibuku mengatakan jika aku rutin minum perasaan air lemon, maka berat badanku tidak akan mudah naik. Ia juga menyarankan meminum ini selepas bangun tidur dan sebelum tidur di malam hari," ujar Josephine jujur. Ia lalu memberikan botol itu pada Tuan Philip.

Pria tua berjenggot putih itu menghela napasnya. "Bukankah Minggu lalu aku sudah mengatakan padamu untuk tidak mengkonsumsi perasan lemon secara berlebihan? Perasaan lemon hanya akan membuat penyakit lambungmu kambuh, Nona."

Ralie lalu mengalihkan sorot matanya kearah Tuan Philip. "Penyakit lambung? Apa Ibumu tau masalah penyakit lambung yang kau derita?"

Josephine mengangguk. "Ibuku tau, bahkan Tuan Philip sudah memberitahukan padanya."

Ralie lalu merogoh saku gaunnya dan memberikan sebungkus roti gandum yang sengaja ia simpan di kamarnya. Bahkan, sangking enaknya roti buatan istana ini, ia sampai meminta Liliana selalu menyediakan berbagai macam kudapan manis di kamar Ralie.

Liliana sebenarnya agak terkejut dengan permintaan Ralie kali ini, karena gadis itu tidak pernah menimbun kudapan manis di kamarnya.

"Makanlah, aku yakin perutmu kosong saat ini karena barusan kau memuntahkan semua makananmu," ujar Ralie memberikan sebungkus roti gandum yang lumayan besar pada Josephine.

Josephine menolak. "Ibuku akan memarahiku jika aku ketahui memakan roti ini. Simpan saja untukmu."

Ralie memutar bola matanya malas. Ia lalu memotong roti gandum menjadi dua bagian dan memberikan paksa setengahnya pada Josephine.

"Segeralah makan. Setengah roti gandum itu tidak akan membuatmu gendut dalam semalam," suruh Ralie hingga berhasil membuat Tuan Philip terkekeh.

Josephine lalu menurut. Ia memakan roti secara perlahan untuk pertama kalinya. Entah sudah berapa lama Josephine tidak makan-makanan seperti ini.

Ralie tersenyum kecil saat melihat adiknya itu sedikit mulai lahap menyantap roti gandum yang barusan ia berikan.

"Selepas roti itu habis. Segeralah istirahat, kau mengerti?"

Josephine mengangguk. Ia juga tidak hentinya menatap Ralie dengan raut wajah bahagia. Sepanjang hidupnya tinggal di istana Windfield, ini kali pertama Ralie memperlakukannya sebaik dan sehangat ini.

Biasanya, gadis itu mengacuhkan atau bahkan tidak peduli pada Josephine sedikitpun. Ia juga hanya mau berbicara pada Josephine jika menyangkut obrolan serius mengenai kerajaan saja. Ah, semua obrolan itu sungguh membosankan.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Josephine menghabiskan setengah roti gandumnya. Ia kembali menyesap teh herbal dan segera membaringkan tubuhnya di kasur empuk miliknya.

Ralie menarik selimut Josephine dan sebelum keluar ia memberikan kecupan kecil pada dahi Josephine. Saat merasakan gadis itu telah terlelap, ia langsung bergegas keluar sembari menutup pintu secara perlahan.

"Terkadang Josephine harus menahan lapar agar berat badannya tidak naik secara drastis," ujar Tuan Philip sembari membawa nampan berisikan teh herbal yang ia buat barusan.

Josephine tergolong masih muda dan bagaimana mungkin ia harus melakukan diet seketat itu? Dulu Olivia sempat mengalami kenaikan berat badan, ia tidak melakukan diet seketat itu. Ia bahkan hanya rutin melakukan olahraga dan makan-makanan yang seimbang agar tubuhnya masih bisa bekerja dengan baik.

"Apa Ratu Camila memang sekejam itu?"

Tuan Philip hanya mengangguk. Bahkan, saat Josephine tidak kuat dengan hidupnya, ia sampai nekat bunuh diri untuk mengakhiri penyiksaan yang dilakukan ibunya sendiri.

Itu adalah sepenggal cerita mengenai akhir kisah dari kerajaan Windfield yang begitu suram. Entah sudah berapa kali Philip harus mengulang waktu dan melihat kejadian yang sama sepanjang hidupnya.

Kini sorot mata Tuan Philip mengarah ke Ralie. "Isi kepala Nyonya Camila hanya berpikir tentang bagaimana caranya agar Josephine banyak mendapatkan pujian dari banyak orang dan selebihnya ia sama sekali tidak peduli," ujar Tuan Philip.

"Lagipula, sebentar lagi mungkin aku akan melihat Josephine bunuh diri untuk ketiga kalinya. Aku juga akan melihat Nona Coraline melakukan hukuman penggal tepat di hadapan banyak orang."

Tuan Philip kini menatap nampan ditangannya yang berisikan secangkir teh herbal . "Mengapa orang baik harus pergi begitu cepat? Apa tidak ada yang bisa mengubahnya? Aku terlalu kasihan pada mereka semua yang harus mati sia-sia karena fitnah seumur hidup yang tidak mereka lakukan."

Ralie menghela napasnya. "Aku akan kembali ke kamarku. Selamat malam, Tuan Philip." Ralie memang sengaja tidak mendengar cerita panjang lebar Tuan Philip mengenai segala penderitaan yang terjadi di tempat ini akibat ulah Ratu Camila.

Semakin Ralie mendengarkannya, semakin ia merasa kasihan dan tidak enak hati. Ia mungkin bisa menolong nyawa mereka semua tapi tidak dengan mengalahkan Wyvern.

Saat ini jiwa Olivia benar-benar tidak bisa tenang dalam tubuh Coraline. Jika Olivia kembali ke dalam raganya seperti semula. Sudah pasti alur kisah kerajaan Windfield akan terulang.

Coraline Benjamin Hawthorne, gadis itu akan mati dipenggal karena tuduhan melakukan pembelotan dan ia merupakan bagian dari pemberontak yang hendak menggulingkan Ayahnya sendiri.

Lalu ada Duke Caspian Sebastian Silas, pria itu juga mendapatkan hukuman yang sama dengan Coraline. Pria itu akan dipermalukan dihadapan banyak orang dan bahkan kepalanya akan diarak keliling kota.

Selanjutnya ada Raja George yang harus meregang nyawa akibat racun yang diberikan oleh Ratu Camila. Kerajaan merahasiakan kematian sang Raja atas perintah Ratu Camila.

Kemudian penderitaan Josephine semakin menjadi-jadi. Ia menikah dengan Count Killian yang tamak dan tak berselang lama ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Ketamakan Ratu Camila semakin menjadi-jadi. Ia membuat rakyat Windfield semakin sengsara bahkan dengan tega ia membakar habis wilayah serta penduduk Bolton yang merupakan tanah kelahiran Ratu Evelyn.

Ralie yang membayangkan rentetan kejadian itu benar-benar merinding seketika. Bagaimana bisa ada wanita sekejam dan sekeji itu hidup di dunia ini?

Ralie benar-benar tidak habis pikir.

[BERSAMBUNG]

THE DRAGON SWORD Where stories live. Discover now