Desirable Love ( End )

By ErnitsMaulina

62.2K 6.8K 188

Hanya karena beberapa kali didatangi malaikat maut di mimpinya, Rezanta Pramudya mendadak ingin menikah. Dia... More

1. PUTUS CINTA
3. MIMPI-MIMPI REZANTA
4. LO SERIUS?
5. KASIH KESEMPATAN AJA DULU
6. PERTEMUAN RAHASIA
7. PEDEKATE KE CAMER
8. SLOW BUT SURE
9. WAJAH BARU
10. MAGANG
11. CEMBURU
12. NUMPANG MAKAN
13. BAB CHATING: CURCOL JODOH
14. AKU, KAMU DAN HUJAN
15. SANG MANTAN
16. HUJAN MANTAN
17. SERANGAN SENJA YANG MEMBAHAYAKAN
18. TEMAN MAKAN TEMAN
19. TEMAN YANG BERKHIANAT (?)
20. GLADI RESIK LAMARAN
21. LAMARAN GAK ADA AKHLAK
22. SEMUDAH ITU
23. SALING MENGUNJUNGI
24. MENUJU HALAL
25. PERTOLONGAN YANG SALAH
26. POSESIF
27. PERTOLONGAN YANG BENAR
28. BINTANG IKLAN
29. KENA KAMU
30. DIA ITU KAMU
31. S1 DULU, KAKA
32. AKAD
33. RESEPSI
34. AFTER WEDDING
35. BIDADARI CANTIK DI PULAU BIDADARI
36. BIDADARI YANG CEMBURU
37. SI BAWEL
38. KAMU BISA MEMPERCAYAIKU
39. PREMAN KECIL DI PULAU MACAN
40. TIGA REZA
41. KUMPUL SOBAT
42. PUSING DAN WISUDA
43. TIGA JUNIOR
44. SUAMI SIAGA
45. KENCAN BUMIL
46. SESEORANG DARI MASA LALU
47. REZA YANG BERBEDA
48. BUMIL KESAYANGAN
49. KEHAMILAN ISTIMEWA
50. BAYINYA MARAH
51. JASMINE DAN JODOHNYA
52. JANGAN KE LUAR DULU
53. PERSALINAN HEBAT YANG MENDEBARKAN
54. BABY ABC
55. NAMANYA JELEK (?)
56. KUNJUNGAN OM-OM GANTENG
57. EMOSI JIWA
58. KEINGINAN RENATA
59. Q-TIME-NYA REZANTA
60. SATU TAHUN YANG HEBAT
61. DESIRABLE LOVE (T a m a t)
Extra Part 1
Extra Part 2
Cerita Baru: UnDesirable Husband

2. LELANG DIRI

1.7K 190 13
By ErnitsMaulina


    "Beneran lo putus sama Mikaila, bro?"

     Begitu masuk kelas, Rezanta langsung disambut pertanyaan dari Kevin Adhiaksa, salah satu dari ketiga sahabatnya. Reza tertawa kecil. Lalu melangkah ke bangku kosong. Rasa penasaran membuat setia mengekorinya.

    "Baru tau lo?" sahut Rezanta

      "Ho-oh." Kevin menggaruk-garuk kepala belakangnya yang sebenarnya tak gatal. Bisa-bisanya dia ketinggalan perkembangan berita percintaan sahabatnya itu.

    "Udah hampir sebulan keles." Dean Ananta menyambar menimpali. Dia pun ikut menarik kursi di samping Rezanta.

      Tak lama kemudian, datanglah Satriaga Niko Pamungkas. Si jangkung bertampang badboy itu ikut bergabung. Jadilah empat sahabat itu berkumpul di meja pojok kelas.

    "Pantesan beberapa kali gue lihat Mikaila jalan bareng Dimas," ungkap Kevin. "Mana mesra banget si Dimas gandeng Mika."

    "Ho-oh, bener," tambah Niko. "Bangke banget dah mantan lo gerecep banget move on- nya dari lo. Dan lo masih tetep santai and jomblo begini?! Galon lo? Gagal move on. Payah!"

    "Lo sih... maen lepasin aja cewek mulus semok gitu. Belom lagi otaknya encer and supel Limited edition dah. Kagak nyesel lo?" Dean mengeplak lengan Rezanta dengan buku.

    "Kalo gue punya pacar kayak dia, bakal gue kekepin terus dah. Sekel-sekel enak buat disayang-sayang. Dijamin langsung gue segel depan penghulu dah." Niko membuat gerakan tangan melengkung-lengkung, mencoba menggambarkan betapa aduhainya body Mikaila. Kebayang kan apa yang apa di pikiran cowok itu?

      Rezanta tertawa mendengar riuh rendah komentar tiga sahabatnya itu. Mikaila memang memiliki paras yang cantik. Wajah indonya putih bersih bersinar. Mata coklatnya berbinar cantik. Alisnya pun melengkung rapi. Tubuhnya tinggi langsing. Lekuk tubuhnya sangat indah, menopang dada dan pinggulnya yang berisi. Sementara perutnya rata tanpa lemak dengan betis yang putih mulus di kakinya yang panjang. Rambutnya model shaggy sepunggung dengan sentuhan cat rambut yang pas dengannya.

      Pada pandangan pertama pun semua orang pasti setuju menyebutnya 'sempurna'. Jangankan laki-laki yang menjadi pengagum mayoritasnya, perempuan pun akan berpendapat begitu. Mikaila memang mempesona.

    "Dia maunya putus. Ya, udah, ikhlasin aja." jawab Rezanta ringan. "Bukan jodoh berarti."

    "Edun!" Niko menepuk lengan atas Rezanta. Aneh aja Rezanta bisa setenang itu putus dari Mikaila. Gak cepat cari pengganti pula. Jomblo, kuy, jomblo! Seorang Rezanta Pramudya jomblo... Hah! Aneh bin ajaib. "Konslet ya, lo?"

    "Konslet gimana?"

    "Seorang Rezanta Pramudya hidup menjomblo hampir sebulan....??? Huahahahah, luar biasa," seru Niko dramatis. "Itu tandanya lo lagi konslet, brader!"

    "Mana sekarang kagak mau diajak dugem lagi," tambah Dean. "Ck-ck-ck...Double trouble!"

    "Parahnya lagi malah sering mampir ke mesjid kampus ikut kajian bareng Ilham CS." timpal Niko sambil geleng-geleng kepala dan berdecak heran. "Fix, beneran konslet ini."

    "Bangke, triple trouble ini mah." Dean bersuara lagi. "Parah, parah, parah!"

    "Lo yang parah, bangke!" Tiba-tiba kepala Dean dikeplak sebuah gulungan kertas. ,"Temen dapet hidayah bukannya seneng dan didukung, eh malah diomelin. Sono tobat lo-lo pada!"

      Dean mendongak. Didapatinya wajah masam dan kesal milik Renata. Cewek berambut lurus sepunggung itu adalah salah satu penghuni minoritas di kelasnya. Cuma ada sembilan cewek di kelasnya ini, sisanya dua puluh tujuh cowok semua. Maklum, prodi maskulin kali ya?

    "Apaan lo ikut nimbrung? Diajak aja kagak."

      Bukannya takut, Renata malah melotot dan mengacungkan kepalan tangan. Namun belum sempat membalas kalimat Dean, namanya dipanggil seseorang. Perhatiannya pun pecah dan ia lebih memilih menghampiri Nadine yang ada di depan pintu kelas. Lalu pergi meninggalkan kelas bersama Nadine, Jasmine dan Audi menuju kantin.

    "Beneran lo tobat, Za?" tanya Dean serius setelah Renata berlalu.

    "Benerlah." Rezanta menyelonjorkan kakinya. "Masa boongan sih."

    "Seriusan lo?" Kevin yang dari tadi banyak mendengarkan bergerak lebih mendekati Rezanta.

    "Kesambet jin apaan lo?" Niko masih tak percaya.

    "Bukan jin, gokil!" Rezanta menoyor kepala Niko. "Tapi kesambet malaikat maut."

      Kemudian Rezanta pun menceritakan perihal mimpi-mimpinya. Mimpi diteror malaikat maut dengan segala ancamannya yang membuatnya tak bisa tidur dan tak tenang hati. Baru kali ini ia menganggap mimpi bukanlah sekadar bunga tidur. Mimpi kali ini benar-benar mempengaruhi dan mengganggunya, karena seperti beneran terjadi.

      Tapi hal itu justru menjadi bahan tertawaan dan olok-olok ketiga sahabatnya. Tentu saja Rezanta kesal dan merasa menyesal telah berbagi cerita.

     "Intinya gue tobat deh. Gue stop pacaran, stop main-main sama cewek." pungkas Rezanta tanggung berkisah. "Sekarang prioritas gue cari bini. Nikah muda kayaknya seru."

   "Kocak lo, mimpi aja dipikirin," Dean masih terkekeh, mengundang lirikan teman-teman lain yang mulai berdatangan ke kelas.

    "Gimana gak kepikiran coba, empat kali gue didatangin malaikat maut. Serem, bikin sport jantung. Kayak beneran dah mimpinya." ungkap Rezanta. "Kalo lo-lo pada yang ngalamin, dijamin bakal shock kayak gue, bangke!"

    "Mau dong gue juga diapelin malaikat maut," Rezanta tahu ini bukan permintaan, tapi sebuah ledekan, sindiran dan candaan dari Niko. Lihat saja, Niko melontarkan kalimatnya sambil terkekeh geli. "Mau nikah muda juga, say. Anu-anuan kan seru."

    "Sialan lo!" Rezanta meninju lengan Niko. "Gue sumpahin lo- lo pada didatangin malaikat maut juga. Kalo bisa sekalian dicabut nyawa."

    "Ampun, Bang Jago!" Dean langsung menangkupkan kedua telapak tangannya ke atas dengan kepala dan mata tertunduk. Ada senyum tertahan di sudut bibirnya. Senyum meledek.

    "Gue pikir, wajar Reza berubah, guys." Kevin menyela bijaksana. Kepalanya terangguk-angguk serius memikirkan cerita Rezanta tentang mimpi-mimpinya. Rupanya ia tak sepikiran dengan Dean dan Niko yang menganggap sepele cerita Rezanta. "Bisa jadi itu bukan mimpi sembarang mimpi. Soalnya dari satu mimpi ke mimpi lainnya kayak nyambung gitu. Ada makna sama tujuannya."

    "Nah, itu!" Tekan Rezanta meng-acc kalimat Kevin

    "Kayaknya Tuhan lagi kasih hidayah buat lo deh."

      Rezanta tersenyum dan menepuk bahu Kevin. Senang saja gak semua sobatnya error. Berasa dapat support. Ada yang ngertiin. Ada yang sefrekuensi. Gak dipandang aneh karena terpengaruh oleh mimpi. Semangat perubahan di hatinya pun menguat kembali.

    "Cerdas! Ini baru namanya sobat gue." seru Reza sumringah. "Thanks, bro. Gue kasih reward deh buat lo. Apapun hadiah yang lo mau, gue jabanin deh."

                            ***


    "Gue cari jodoh di kelas ini aja ah," Tiba-tiba Rezanta melontarkan keputusan spektakuler. Tentu saja ketiga sahabatnya terkejut hingga akhirnya pecah tawa.

    "Sumpeh lo? Sefrustasi itu?" Niko membelalakan matanya.

    "Etdah, kelas kita cuma punya sembilan cewek, dikurangi Devi sama Luna yang udah disegel Bram sama Andy, tinggal tujuh, bro." Dean mengurai fakta "Bukan pilihan asik tau, Za."

    "Gak ada yang semok-semok, kuy," timpal Niko. Akang satu ini emang pecinta cewek semok, seksoy-seksoy gitu. Buaya dah. "Semuanya bau beton sama baja. Dingin, datar gitu. Mau lo punya pasangan lempeng-lempeng aja?datar-datar aja? Hahaha..."

    "Gitu aja kok repot," respon Rezanta santai. "Salon banyak, MUA bejibun, butik berserakan... Tinggal dimodalin pernak dikit, mereka bakalan bersinar tau! Gue jamin, gak bakalan kalah bening sama Mika deh "

      Kevin, Dean dan Niko terkekeh kecil. Seperti meragukan prediksi Rezanta walaupun sebenarnya tanpa sadar kata-kata tersebut mempengaruhi pikiran mereka.

    "So, sekarang lo inget-inget sama bayangin muka cewek-cewek di kelas kita..." Rezanta mengantung kalimatnya, memberi waktu agar ketiga sahabatnya melakukan apa yang dikatakannya. "Nah, udah? Gimana... aslinya mereka pada cakep kan?"

    "Emmhhh... "

    "Segitu itu minim polesan. Coba kalo rajin dandan.... Beuh!" Reza mulai mempengaruhi pikiran ketiga sahabatnya. "Fix, gue mah pilih salah satu dari mereka aja ah. Gak usah nebak-nebak lagi personality mereka. Sifatnya udah ketauan karena mereka gak pernah pencitraan sama kita.

     Kevin, Dean dan Niko masih terdiam dengan pikiran yang mulai terpengaruh oleh kata-kata Rezanta. Tanpa sadar, kompak mata mereka bergerilya pada makhluk yang disebutkan Rezanta tersebut. Ada Audi, Renata, Nadine, Audi, Jasmine, Mitha, Putri dan Galuh. Devi dan Luna gak masuk hitungan ya. Mereka udah disegel. Haram dijadikan gebetan. Bisa ngamuk Bram dan Andy kalau mereka berani pedekate.

    "Kayaknya omongan lo ada benernya, Za." kata Dean setelah beberapa saat mengamati.

    "Ho-oh." tambah Niko."Jadi inget waktu awal ospek dulu. Hahaha... Sebenernya dulu gue sempet ngincer Renata sama Jasmine tau"

    "Audi sama Nadine gak sekalian dikecengin?" seloroh Rezanta menyebut dua personil lainnya dari gank cewek itu.

    "Maunya sih gitu, tapi gue jiper duluan sama mereka. Hijaber, kuy! Apalah arti gue yang wangi surga gini. Hahaha..." jawab Niko.

    "Galak-galak lagi mereka." Timpal Dean. "Semuanya sih, buka cuma Audi sama Nadine. Renata sama Jasmine juga galak."

    "Ya galaklah sama buaya mah. Hahaha." Celetuk Kevin.

    "Asem! Suka bener si Kevin mah." Kekeh Niko.

    "Iyalah, mereka mah gank cewek anti pacaran, kuy," ucap Dean. "Kalo berani, halalin langsung katanya "

    "Nah, itu juga yang bikin gue males duluan. Mundur teratur gitu," ungkap Niko. "Ngapain coba nikah muda. Sempit dunia."

      Sebenarnya di awal ospek, cowok-cowok di kelas ini mengakui kecantikan teman-teman cewek sekelasnya. Tapi seiring berjalannya waktu, karena kedekatan dan keakraban di antara mereka yang terjalin sangat akrab, perasaan kagum itu menguap begitu saja. Yang tersisa hanya rasa pertemanan saja. Apalagi setelah satu sama lain tak pernah sungkan dan malu lagi menunjukan sisi eror dan selenge'annya. Gak ada jaim-jaimnya deh. Apalagi pencitraan. Mulai dari aib jarang mandi, ngupil, kentut atau sendawa sembarangan, sampai jorok-jorokan saat menikmati makan bersama. Misalnya mengobok bakso dan es campur di mangkok dengan tujuan membuat teman-temannya jijik dan urung menikmati makanan tersebut. Terkesan culas dan rakus, tapi itu memang seseruan gaya mereka. Bisa jadi Illfeel buat orang lain Tapi menjadi kenangan yang sulit dilupakan bagi para penghuni kelas ini.

      Belum lagi gaya berbusana cewek-ceweknya yang jauh dari kata modis. Tabrak warna pun sudah jadi pemandangan biasa. Intinya berpakaian sopan dan tidak terbuka. Beda jauhlah dengan penampilan cewek-cewek prodi ilmu sosial yang rapi, modis dan make up-an cantik.

    Singkatnya baik cowok maupun cewek di kelas Teknik Bangunan ini tak pernah terpikiran untuk saling berpasangan. Kecuali Devi dan Bram yang sudah menikah sejak semester lalu. Tapi kan Umi dan Abi, demikian pasangan ini biasa dipanggil, cinlok-nya dari mereka SMP mula. Bawaan dari kampung halaman mereka di Sumedang. Awet banget kan sampai pelaminan segala?

    "Coba kalo mereka modis dikit, pasti gue gak perlu jauh-jauh cari gebetan," ucap Rezanta.

    "Yoi." Angguk Dean. "Mereka tuh ibarat mutiara terpendam di dasar laut atau intan yang belum digosok jadi berlian."

    "Tumben omongan lo bener, Kabayan." Niko menoyor kepala Dean. "Pake peribahasa segala!"

    "Biar keliatan pinter. Hahaha."

    "Etdah, Si Borokokok pinter euy."

    "Nah, kan udah pada nyadar kalo mereka pada cakep?" Rezanta menaik-turunkan alis matanya. "Jadinya setuju dong gue mau cari jodoh di kelas kita?"

    "Terserah lo," sahut Dean. "Lo sendiri ini yang jalaninnya."

     "Sebenernya untung di gue kalo jadian sama salah satu dari mereka. Gak riweh pencitraan atau nebak sifat mereka. Tinggal saling mengisi dan menyesuaikan aja, kan?"

    "Tumben bening pikiran lo, Za," puji Kevin yang dari tadi hanya sebagai pendengar.

    "Iyalah, gue gitu."

    "Sombong!" Niko meninju lengan Rezanta. "Masalahnya... mereka mau gak sama kita Sama lo, bangke."

    "Bener tuh," Acc Dean. "Kita emang famous, tapi itu di luar sana. Tapi kan kalo di kelas kagak ada harga-harganya. Pernah gitu mereka terkagum-kagum sama kita? Sedikit aja."

    "Ho-oh. Malah bisa jadi mereka ilfeel coz mereka kan pada hapal player-nya kita kayak gimana. Bah! Bakal berat pedekate-in mereka, kuy!"

      Whoaaah... Sejak kapan Niko gak pede gini? Biasanya aja maju terus pantang mundur saat tebar pesona. Apa kesambet malaikat maut juga? Wkwkwk.

    "Tumben amat pada melempem gini semangat gebet ceweknya." seloroh Kevin. "Cieeee... pada insecure nih yeee. Gak kalian banget gitu lho."

    "Berisik, kuya!" Pelotot Niko. "Mentang-mentang udah punya gandengan anak Pak Ustadz."

    "Hahaha... Bisa aja." Kevin tergelak. "Orang gue masih di tahap usaha. Heran, susah banget sih naklukin dia. Padahal udah gue tahajud-in segala."

    "Semangat, Bro! Kita berjuang sama-sama dapetin istri sholehah. Pasti bisa!" Support Rezanta

    "Kepedean lo!"

    "Mending pede daripada minder, tau! Yang penting kan usaha." Tekad Rezanta. "Bisa koit gue kalo gak bisa dapet calon istri sholehah request-an Tuan Malaikat Maut."

                             ****

    "Mohon perhatiannya, saudara-saudara." Rezanta maju ke depan kelas. Diketuknya papan tulis dengan spidol, meminta perhatian teman-temannya sekelasnya. "Gue ada pengumuman penting nih. Attention, please!"

      Karena suara Rezanta cukup keras, perhatian teman-teman sekelasnya pun langsung beralih padanya.

    "Ada apaan, Za?" tanya Asep. "Pak Deni ngasih tugas?"

    "Tugas mulu. Gak capek apa?" balas Rezanta. "Ini lebih penting dari tugas. Nyangkut nyawa gue."

    "Lebay!"

    "Udah cepetan ngomong. Keburu malaikat Izroil dateng."

    "Begini, Saudara-saudara...." Rezanta berdeham sejenak. Memikirkan kalimat yang tepat untuk menyampaikan maksud hatinya. Sebaiknya... Salam dulu deh. "Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh... Perkenalkan saya Rezanta Pramudya. Umur 21 tahun. Status lajang dan mahasiswa prodi Teknik Bangunan semester tujuh, dengan niat tulus saya bermaksud mencari istri sebagai jodoh yang menyempurnakan ibadah saya." Berhenti sejenak sambil memperhatikan reaksi teman-teman sekelasnya, terutama para ceweknya.

    "Silakan perempuan-perempuan hebat di kelas ini mempertimbangkan maksud baik saya. In sya alloh saya akan menjadi imam yang baik untuk jodoh saya. Demikian pengumuman dari saya. Sekian dan terima kasih."

      Prok, prok, prok... Terdengar suara riuh rendah tepuk tangan dan suitan di akhir kalimat yang diucapkan Rezanta. Itu datang dari kubu cowok. Sementara sorakan 'huuuuuu' datang dari kubu cewek. Rezanta meringis mendapat tanggapan seperti itu.

Satu menit...

Dua menit...

Tiga menit

Empat menit

      Rezanta menunggu. Namun tak ada yang serius menanggapi ucapannya. Mereka terkesan menganggap semua itu adalah lelucon. Maklum, Rezanta CS dikenal sering melakukan hal-hal yang konyol saat jam kosong. Rasa percaya dirinya pun perlahan-lahan menurun.

    "Lo lagi melelang diri ya, Za?" Tiba-tiba Asep berseloroh.

    "Hahaha... Lelang diri. Salah pasar, brader!" Cekikik Lexi penuh. "Di sini kan bukan area lo buat tebar pesona, walaupun di luar sana lo digilai banyak cewek."

    "Iyalah, mereka kan udah tau aib-aib lo. Mulai dari tukang ngupil, tukang kentut sembarangan, tukang titip absen, sampe hobi molor di kelas yang bikin lo dilempar spidol sama Pak Deni. Belom lagi predikat playboy. Kagak ada harganya deh lo di mata mereka sih. Sebelas-dua belas sama gue sih. Hahaha." tambah Lexi.

    "Lo mah ngelemahin semangat gue, brader!" protes Reza. "Gue tobat, tau. Gue mau totalitas ibadah. Gue mau sebelom nyawa gue dicabut, ibadah gue udah sempurna. Katanya, menikah itu separuh agama yang akan menyempurnakan ibadah kita. Bener kan, Ustadz Ilham?" lanjutnya sambil mengalihkan pandangan pada salah seorang yang duduk di bangku paling depan. Ilham. Ilham dikenal sebagai cowok alim, religius dan menjadi aktivis rohis di mesjid kampus.

      Ilham mengangguk sambil mengangkat dua jempolnya tanda mengiyakan ucapan Rezanta. Belakangan ini dia memang sering dikunjungi temannya itu baik di mesjid kampus, di luar mesjid, ataupun di aplikasi berbagi pesan whatsApp. Sangat membahagiakan karena Rezanta banyak bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama.

    "Tuh, kan kata gue juga apa... Lo gak laku di sini." Kata Lexi, setelah sekian menit berlalu tak ada seeorang teman cewek di kelasnya yang menanggapi lelang diri Rezanta. "Diobral juga tetep bakalan gak laku. Hahaha."

    "Halah, tahan harga aja itu mah," celetuk Dean. "Liat aja entar... Pas kita-kita udah berdompet tebel, keren, mapan and menawan, barulah mereka pada melek sekaligus nyesel kenapa gak dari dulu-dulu mempertimbangkan kita-kita,."

    "Huuuuuu.... " Suara koor menyoraki statement Dean.

    "Nyesel kata lo?" Sembur Nadine. "Mimpi, dodol!"

    "Galak bener."

    "Emang! Baru tau lo?!"

      Beberapa derai tawa pun menguar bersama seusai perseteruan Dean dan Nadine.

    "Ayo,ayo... sebelom kalian menyesal di kemudian hari, cepet maju dong yang mau jadi calon bininya Reza." Kevin maju jadi tim sukses terdepan. "Paket lengkap deh sobat gue mah. Ganteng, romantis, royal, tajir, soleh lagi sekarang mah. Dijamin hepi lahir batin deh jadi istrinya Reza sih."

    "Huuuuuuu...." Kembali suara sorakan menguar membuat Rezanta meringis dan kecewa tak berdaya.

    "Parah, parah, kagak melek banget dah mereka. Sekeren gini gak dilirik sedikit pun. Beneran ini mah harga diri gue terjun bebas," bisik Rezanta di hati kecewa dan malu.

    "Cieee...kagak laku nih yeeee.... Kasian banget," olok Renata dengan senyum miring menertawakan.

"Ho-oh, kasihan banget gue," jawab Rezanta pasrah, kepalang basah malu. "Kasihani gue dong, Ren."

    "Iya, ini juga udah kasihan." Bukannya iba, Renata malah makin semangat meledek Rezanta. "Kasihan banget malah. Hahaha." kekeh Renata. "Bisa-bisanya ya playboy cap kapak melelang dirinya tapi dicuekin. Miris banget sih hidup lo, Za."

    "Asem!"

    Renata tertawa lagi.

    "Ya, sekali-kali ngerasain hidup asem dong, Za."

    "Beneran lo setega ini ke gue, Ren?"

    "Lebay!"

    "Ayolah, lo mau dong jadi bini gue," bujuk Rezanta. "Beli lelang diri gue."

    "Hahaha... ngaco lo!" Tawa Renata menguar kembali. "Tapi...ya udahlah, gue beli lelang lo. Memelas banget sih tampang lo. Bikin kasihan aja." Lanjut Renata sekenanya.

    "Wah?" Mata Rezanta langsung berbinar.

    "Kebetulan gue juga gak mau ribet pacaran. Mending langsung nikah aja," ucap Renata lagi. "Kapan lo mau halalin gue?"

    "Seriusan lo?" Mata Rezanta semakin berbinar. Seketika ia pun menghampiri bangku kedua dari depan yang diduduki Renata, Yesssss...akhirnya laku juga gue di kelas ini,

    "Selama elo serius, gue sih yes."

    "YESSS!!!" Rezanta berseru kegirangan. "Oke, bulan depan gue lamar lo."

    "Hahhhh?" Seketika mata Renata terbelalak. Ia pun langsung dia berdiri dari duduknya dengan kedua telapak tangannya menekan meja. "Ngigo lo?"

    "Lah... Gue serius lo malah kaget. Gimana sih, beb?!" Rezanta memberikan senyum manisnya. Alisna naik turun. "Bukannya setiap hal baik harus disegerakan kan? Biar cepet kontan diganjar pahala."

    "Iya sih... Tapi gak di kasus ini juga keles." kilah Renata. Diaturnya nafas dahulu agar reda keterkejutannya, sebelum duduk kembali.

    "Gimana sih, Neng geulis.. Masa diajak ibadah sempurna kagak mau."

   "Teuing ah." Renata memutar bola mata. "Terserah lo deh. Suka-suka hidup lo."
(Tau ah)

    Renata melengos. Ia sedang malas berdebat. Ada yang lebih diprioritaskannya dibanding melayani omongan unfaedah Rezanta. Ya, memeriksa ulang tugas mata kuliah managemen konstruksi lebih penting daripada omong kosong temannya itu.

    "Yess... Thank you, baby." Rezanta bersorak kegirangan. Lalu kembali ke depan kelas. "Kalian semua jadi saksi gue jadian sama Renata ya. Anggap aja ini taaruf. Doain lancar sampe akad, samawa sampe akhir hayat."

    "Aamiinnnnnn."

      Seisi kelas kompak mengamini doa dan harapan Rezanta.

    "Aamiin ya robbal 'alamiin." Di sela-sela tangannya mencatat tugas, tanpa sadar Renata pun ikut mengamini. Yuhuuu, dicatat malaikat itu, Neng.

      Rezanta tersenyum lega, selega Tuan Malailat Maut yang tak pernah luput mengikuti kejadian tersebut. Dia senang, arah takdir baik mulai terbentang satu persatu. Doa-doa baik pun dipanjatkannya untuk kebaikan dan kebahagian hamba-hamba-Nya.

                           *****

Bersambung
❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

71.1K 13.4K 25
COMING SOON...
142K 10.1K 55
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia
2.2M 11.9K 25
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
452K 40.6K 53
[COMPLETED] Beleaguered : Terkepung Meisya seorang jomlo menaun yang sedang dilanda kebingungan dengan perubahan hidupnya akhir-akhir ini. Dia mendap...