WYLS | Park Sungjin

Por HaniHanwoo

22K 2.3K 750

(Completed) Pertemuan kembali dengan seseorang yang dibenci di masa lalu, membawaku mengenal seseorang yang b... MΓ‘s

Cast
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Sungjin 1/2
Sungjin 2/2
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Brian
Twenty One
Twenty Two
Twenty three
Twenty Four
Twenty Four - Sweet Chaos
Twenty five
Hyunjin
Twenty Six
Sibling
Busan
Meet Me After Rain
The Wedding

Twenty Seven - END

570 51 22
Por HaniHanwoo

❤❤❤

"Oppa di mana? Aku udah di lobby." Aku melirik ke sana kemari sambil melihat sekeliling. Beberapa orang asing berlalu lalang tak jauh dari sini.

"Bentar, aku turun," jawab seseorang dari seberang sambungan telepon.

Tak lama kemudian, muncul sosok Sungjin oppa yang sedikit berlari sambil tersenyum. Ia mengenakan jaket dan topi karena udara di sini memang cukup dingin. Aku melambaikan tangan ke arahnya.

Hari ini kami berjanji untuk sarapan bersama. Ia membawakan tas kameraku, lalu kami menaiki taksi atau sekadar berjalan kaki sambil menikmati pemandangan kota di pagi hari.

"Mau makan apa?" tanyanya.

Aku berpikir sebentar, lalu menunjukkan foto beberapa makanan yang direkomendasikan ke arahnya.

"American breakfast, ofcourse."

"Kayaknya enak."

"Oppa pasti bakal suka," ujarku sambil memimpin jalan menuju restoran yang sudah di depan mata.

Kami berada di kota New York sejak malam kemarin. Untuk apa? Tentu saja untuk mereka konser, sedangkan aku me-review makanan. Sangat menyenangkan bisa menemani mereka sambil melakukan pekerjaanku, juga keliling dunia.

Aku dan Sungjin oppa selalu menyempatkan diri untuk makan bersama di mana pun kami mengadakan tour. Hal itu menjadi sebuah rutinitas yang sangat menyenangkan, apalagi ia adalah 'kawan makan bersama' yang memiliki kecocokan selera.

"Penkeik, gimana nulisnya?" tanya Sungjin oppa sambil menyodorkan ponsel ke arahku.

Terlihat layar yang tengah menyala menampilkan sebuah laman sosial media dengan tulisan hangul sudah diketik di sana. Aku tertawa kecil sambil menerjemahkan kata itu ke dalam bahasa Inggris. Akhir-akhir ini ia mulai aktif menggunakan akun sosial media sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi dengan fans, dan mengisinya dengan menu-menu yang ia makan hari itu.

"Kayak gini?"

Ia mengangguk, mengambil kembali ponselnya dan mengetikkan sisa kata sambil sesekali bertanya.

팬케잌 땡김...카페라떼랑 같이 먹으면...뭔지 알지?ㅋㅋㅋㅋ
I really wanna pancakes!!! Pancakes and cafe latte is good!!! You know?

Begitu tulisnya.

"Habis ini mau ke mana?" tanya Sungjin oppa setelah menunjukkan apa yang baru saja ia unggah.

"Mau ke L.A? Ketemu orang tuaku?"

Tiba-tiba saja ia tersedak, lalu segera meminum cafe latte yang tadi dipesan.

"Kkabjagi?"

"Mumpung lagi di Amerika," tambahku.

"Bukannya nanti mereka datang?"

"Itu kan buat nonton konser."

Lelaki itu berdeham sejenak, mengelap mulut lantas menatapku sambil tersenyum.

"Oke, nanti kita ketemu orang tuamu."

"Aku cuma bercanda," gumamku sambil tertawa kecil.

Ia balas tertawa. Kami menghabiskan makanan setelah aku selesai memotret semuanya –yang kemudian akan kuulas di hotel nanti. Sungjin oppa beranjak, mengulurkan tangan dan menggenggam tanganku hingga dua buah benda perak berbentuk lingkaran di sana saling beradu.

***

Suasana stage ramai karena banyak penggemar yang menyanyikan selamat ulang tahun untuk kakakku. Walaupun hari ini hari ulang tahunnya, ia tetap harus manggung bersama yang lain di Boston.

Aku dan beberapa staff pun tengah menyiapkan pesta kejutan di belakang panggung. Sebelumnya kami sudah membeli kue dan memesan beberapa makanan untuk disantap seusai konser. Ayah dan Ibu memilih untuk merayakannya esok hari.

Sesuai rencana, seorang staff mengajak Jae oppa untuk bicara sementara yang lain mulai bergabung denganku untuk menyiapkan kue ulang tahun. Aku membantu menyusun meja yang akan kami gunakan untuk makan nanti.

"Oh, dia datang! Dia datang!" ujar Sungjin oppa setengah berbisik.

Brian oppa dan Dowoon mulai menyiapkan kue, sementara Wonpil oppa bersiap untuk meletuskan confetti.

"Happy birthday!" seru kami semua.

Si empunya pesta hanya terdiam sejenak, kemudian tersenyum sambil masuk ke ruangan dengan santai. Sungjin oppa memakaikan topi ulang tahun di kepalanya, sementara Brian oppa menyodorkan kue berbentuk anak ayam dengan lilin menyala.

"Make a wish!" ujarnya.

"Okay," gumam Jae oppa lantas mengatupkan kedua tangan dan mulai berdoa. Tak lama kemudian, ia meniup api di lilin hingga padam.

Setelah semua staff dan kru mengucapkan ulang tahun juga memberi kado, kami melanjutkan acara dengan makan malam sambil membahas konser yang baru saja mereka lakukan. Semakin larut, orang-orang semakin berkurang dan meninggalkan ruangan.

Aku mengeluarkan sebuah tas berisi kado dan meletakkannya di atas meja. Jae oppa melirik ke arahku dengan wajah penasaran.

"Apa ini?" tanyanya.

"Buka aja."

Ia membetulkan posisi duduk lalu meraih benda itu dan membukanya. Beberapa hari yang lalu aku membelikan sebuah perangkat game terbaru untuknya. Kakakku itu langsung tersenyum saat melihat isinya, tak lupa membuka sebuah kartu yang terselip di sana.

"Happy bithday Uncle Jae." Alisnya berkerut sejenak. "Am i that old? Whatever, but thank you soooo much!" Ia mengacak rambutku dengan senang dan segera menyimpan kado itu di tempat yang aman.

"Uh, wait– what?" tanyanya sambil berbalik menatapku dengan wajah heran. Sepertinya ia telah menyadari sesuatu.

"Yaa, you'll gonna be an uncle."

Sungjin oppa mengeluarkan kembali minuman yang sudah masuk ke mulutnya setelah mendengar pernyataanku barusan.

"Owah!" Brian oppa meletakkan kedua tangan di belakang kepala dengan mulut membulat.

Wonpil oppa berdiri sambil bertepuk tangan, sementara Dowoon hanya menahan tawa.

Jae oppa langsung menghampiri Sungjin oppa dan menarik kerah bajunya. "Gara-gara kamu, kan?!"

"Apa? Aku juga baru tau!" jawab Sungjin oppa lantas berdiri dan menghadap kakakku.

Drama apa lagi ini? Mana mungkin mereka lupa kalau kami menikah setengah tahun yang lalu. See? No one even congratulate me.

Bersama mereka selama bertahun-tahun membuatku terbiasa dengan apa pun yang mereka lakukan. Seperti respon konyol untuk hal besar semacam ini, sudah berkali-kali aku melihatnya.

Banyak hal yang terjadi hingga aku bisa menemukan 'happy ending' milikku sendiri. Tentu tidak semudah itu menjadi istri dari seorang Park Sungjin selama aku masih menjadi adik dari Park Jaehyung. Ceritanya cukup panjang, mungkin akan kukisahkan lain kali.

Oya, kalian keliru jika mengira hanya aku dan Sungjin oppa satu-satunya pasangan di sini. Ada Brian oppa yang akan menyusul untuk melepas masa lajangnya setelah konser tur ini selesai. Aku senang saat mengetahui ia telah menemukan orang yang tepat dan dapat segera merealisasikan cita-citanya sebagai seorang ayah yang baik. Aku percaya ia benar-benar bisa melakukannya.

Ah, Wonpil oppa dan Cindy. Mereka masih setia satu sama lain. Kupikir mereka pun tak akan lama menunda waktu setelah hubungan mereka terungkap saat pernikahan kakak perempuan Wonpil oppa.

Dowoon, jangan tanya! Semakin hari semakin banyak gadis yang menyukainya. Sedangkan ia masih santai dan bersikap seperti biasanya. Aku masih ragu mungkinkah ia mempunyai seseorang yang ia suka?

Sedangkan kakakku, hmm ... bagaimana menjelaskannya? Di usianya yang semakin dewasa, ia lebih senang mencoba banyak hal yang ia suka. Mungkin ia masih belum memiliki rencana untuk mencari pasangan, walaupun banyak sekali gadis cantik di sekitarnya seperti beberapa orang yang belakangan berkolaborasi bersama.

"Congrats, Jieun-ah!" Brian oppa yang meraih kesadarannya lebih dulu, segera menghampiri dan memelukku.

"Aku juga seneng dengernya," ujar Wonpil oppa yang berjalan menyusul.

"Jadi, aku juga bakal jadi ahjussi? Ahjussi ganteng." Dowoon menganggukkan kepala beberapa kali.

"Bukan ahjussi, tapi samchon!" seruku ke arahnya.

Sementara dua orang yang kini masih saling berhadapan itu mulai menjauh, lalu tiba-tiba saja berpelukan.

"Bro!" gumam kakakku sambil menepuk punggung Sungjin oppa yang menatapku berkali-kali.

Aku tahu ia masih tidak percaya dengan berita ini karena aku memang sengaja belum memberitahunya. Ada beberapa alasan mengapa kami tak segera merencanakan memiliki anak dalam waktu dekat, tapi aku melanggar hal itu.

"Beneran?" tanyanya lagi memastikan.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Mungkin saat ini ia sudah tak sabar untuk bertanya berbagai macam hal, namun semuanya ia urungkan untuk membiarkan Jae oppa memelukku lebih dulu.

"I don't know what to say, but ... i'm happy for both of you," gumamnya.

"Thank you, Brotha. We'll always hope the best wishes for you. It's your birthday, have fun!" Aku menepuk pundaknya beberapa kali. Hanya untuk hari ini kami bisa akur seperti ini.

Malam menuju dini hari, sementara pesta baru saja berakhir dengan para member yang sudah sangat lelah dan hampir terlelap di meja makan, sebelum akhirnya Sungjin oppa memastikan mereka kembali ke hotel dan masuk ke kamar untuk beristirahat lebih dulu.

Kami berdua berjalan bersama sampai di koridor untuk mengambil lorong yang berbeda. Tentu para kru sudah menyiapkan kamar untuknya bersama member yang lain, sementara aku tinggal sendiri karena datang untuk bekerja secara mandiri. Mark yang biasa membantuku kini tengah mendapatkan pekerjaan lain di Seoul sebagai seorang model dan hanya pulang ke L.A beberapa kali dalam setahun.

"Istirahatlah, para Oppa juga pasti udah lelah karena besok harus lanjut ke kota selanjutnya," ujarku lantas melepas genggaman pria di hadapanku.

"Kamu bener gak apa-apa? Gak capek? Pusing? Mual?" tanyanya sambil menyentuh sebelah pipiku.

Aku menggeleng karena tak mengalami gejala apa pun, atau mungkin belum? Entahlah. Pasti ia sangat khawatir saat ini. Kalau aku mengalami semua itu, resikonya adalah aku harus berhenti bekerja selama beberapa saat. Hal itu pula yang membuat Sungjin oppa bersedia mengulur waktu, ia takut akan menjadi penghalang untukku melakukan hal yang kusuka.

"Gwaenchana ... gwaenchana ...," ujarku menirukan salah satu tokoh dalam drama komedi Waikiki.

"Kkabjagi?"

Sungjin oppa menahan tawa. Aku tahu ini terdengar sedikit 'receh', tapi setidaknya bisa membuat lelaki di hadapanku ini tersenyum.

"Sebentar," gumamnya sambil meraih ponsel dan menghubungi seseorang. "Oh! Iya, kunci aja pintunya. Aku gak ke sana."

"Kenapa?"

"Ayo, aku mau mastiin kamu tidur hari ini." Ia merangkul dan mengajakku berjalan menuju lorong tempat kamarku berada.

"Ooow, posesif sekali calon ayah."

Aku bisa melihatnya tersenyum kecil, sedikit malu-malu namun tetap mempertahankan wajah kalemnya. Bisa-bisanya aku yang menggoda, aku pula yang merasa deg-degan bahkan setelah menikah seperti ini. Dasar Park Sungjin!

Baru saja membuka pintu kamar dan lampu menyala otomatis, terdengar sorak sorai beberapa orang dari dalam sana. Sudah kuduga. Pesta belum berakhir.

"Hey, kalian kenapa di sini?" tanya Sungjin oppa sambil menghampiri kawan-kawan satu bandnya itu.

"Mau ngerayain ibu hamil," jawab Dowoon asal.

"Aku bilang mau jagain Jieun hari ini, tapi mereka pengen ikut." Jae oppa bersandar di sofa sambil menutup wajah dengan topi.

Sementara Wonpil oppa dan Brian oppa sedang membetulkan posisi bantal untuk kepala mereka.

"Nggak, nggak! Jieun harus tidur! Ayo, kalian pulang sana!" seru Sungjin oppa.

Namun sepertinya terlambat. Mereka tak ada yang menjawab dan tak ada yang bergerak sedikit pun dari tempat mereka berada. Sebaliknya, semua tampak kompak memejamkan mata dan terlelap.

"Udah, biarin aja." Aku tersenyum sambil menyentuh lengan Sungjin oppa.

Ia menghela napas lantas membersihkan tempat kosong di sofa paling pojok, hingga akhirnya bergabung dengan mereka.

Entah sampai kapan mereka akan terus menjagaku seperti ini. Yang pasti, aku pun sangat menyayangi mereka. Walaupun aku tak menemani mereka sejak awal, namun aku berjanji akan menjadi pendukung mereka nomor satu hingga akhir.

Aku tak akan menyesal karena baru bertemu mereka beberapa waktu lalu. Aku akan lebih menyesal jika tak bertemu mereka sama sekali.

Semoga kelak mereka selalu sehat dan bahagia. Apa pun yang terjadi.

End.

Finally akhirnya selesai juga last part yang -mungkin- kurang memuaskan setelah kurang lebih sebulan. Ini part yang paling lama bikinnya huhu ㅠㅠ. Special thanks to Day6, ofcourse. Terima kasih telah menjadi inspirasi yang tiada duanya dalam pembuatan fanfiction ini. Terima kasih juga untuk yang sudah baca, vote, dan komen (yang gak sempat aku balas semuanya). Semoga kita semua selalu sehat dan bahagia. ❤❤❤

Untuk spin off dan untold story, pasti bakal aku buat. Cuma belum pasti kapan-nya yaa. Minta doanya semoga aku masih bisa nulis untuk seterusnya.

I love you~

Seguir leyendo

TambiΓ©n te gustarΓ‘n

56.1K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
243K 36.5K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
48.6K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
1M 84.8K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...