Sixteen

578 77 40
                                    

'Machi heulleoganeun baramcheoreom
Neon yeongwonhi
Jabeuryeo haedo japijiga ana
Naui daseot songarak sairo
Ppajyeonaganeun neon
Heulleogagetji jeo eodironga meolli'
(Day6 - Like A Flowing Wind)

'Aku mencoba meraihmu, tapi aku tak bisa.'

Sudah berulang kali aku mengulang lagu dengan lirik sedih ini. Menatap ke luar jendela dengan menyandarkan kepala di atas meja, bunga-bunga di luar sana tengah bermekaran. Ini sudah masuk musim semi rupanya. Indah, setidaknya bisa sedikit menghibur hatiku yang masih gusar.

Aku tak pernah mengerti jika mencintai seseorang bisa begitu menyakitkan seperti ini. Sebenarnya siapa yang salah? Aku yang tak menjaga jarak dengan lelaki lain, atau ia yang tak kunjung menjawab perasaanku. Ah, bodoh! Bukankah aku sendiri yang bilang tak perlu mendengar jawabannya?

Tiba-tiba sosok Jae oppa berdiri di depan jendela sambil mengetuk beberapa kali. Ish, mengagetkan saja. Bisa-bisanya ia berdiri di sana padahal masih bisa masuk lewat pintu seperti manusia pada umumnya. Aku mematikan lagu dari laptop dan segera membuka jendela.

"Kenapa?" tanyaku.

"Kamu nggak denger? Dari tadi aku panggil sambil ketuk pintu." Jae oppa menyelinap masuk melalui celah jendela hingga akhirnya berdiri di dekat kursiku.

"Sorry."

Ia berkacak pinggang lantas memperhatikan seluruh ruangan. Memang sedikit berantakan karena aku malah terus-terusan bersedih sejak kemarin malam. Aku bahkan tak membuatkannya sarapan hari ini.

"How's our schedule?"

"Don't know," gumamku lalu kembali menyandarkan kepala di atas meja.

"Any calls?"

"I lost my phone."

"Again?" tanyanya tak percaya. Tak mungkin kubilang padanya kalau aku mengembalikan benda itu pada seseorang yang telah memberikannya.

Jae oppa langsung merogoh sesuatu dalam saku celananya. Ia mengeluarkan ponsel dan langsung melakukan sebuah panggilan. Ish, bisa gawat kalau sampai Sungjin oppa mengangkatnya.

"It's okay! I will buy it soon!" seruku sambil merebut ponselnya lalu mematikan panggilan itu.

Oh, tunggu. Ia tak sedang menghubungi nomorku?

"Aku lagi telepon Sungjin." Jae oppa mengambil kembali ponsel itu. "Brian bilang dia lagi sakit," tambahnya.

"Sakit?"

"Iya, padahal gak biasanya dia sakit." Jae oppa menghela napas sambil kembali meletakkan ponsel di telinganya.

Sakit? Sakit apa? Apa dia kelelahan? Ah, sudahlah. Untuk apa aku menghawatirkannya? Bukankah ia yang sudah membuatku menangis semalaman.

"Uh, Brian. Gimana?"

Oh, Brian oppa yang mengangkat panggilannya? Aku sedikit mendekat agar bisa menguping pembicaraan mereka. Bagaimana pun, ada setitik rasa penasaran tentang keadaan orang itu saat ini.

"Really?" tanya Jae oppa dengan nada tak percaya.

Ah, apa yang mereka bicarakan? Aku semakin penasaran!

"Oh, oke oke! Jieun? Ada. Dia ...." Jae oppa menoleh ke arahku, membuatku sedikit terkejut karena ia memergoki aku yang tengah menguping.

Aku tersenyum canggung lantas bergeser menjauh. Ia memasang wajah malas sambil menyerahkan ponselnya ke arahku.

"Halo," gumamku.

"Jieun-ah, aku butuh bantuanmu!" seru Brian oppa dari seberang sana.

"Kenapa?"

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now