Ten

514 75 17
                                    

Aku mematut diri di depan cermin. Setelah kemarin para oppa pulang untuk beristirahat dan mempersiapkan jadwal yang telah disusun, pagi ini Sungjin oppa mengirim pesan agar aku bersiap. Kami memang berencana untuk mencari alat musik bersama.

Apakah dress terlalu berlebihan? Rasanya sudah lama sekali aku tak memakainya. Juga dengan gaya rambut ikal hitam dan softlens abu-abu seperti ini. Ah, aku sedikit tidak percaya diri, tapi aku mau terlihat cantik hari ini.

Tiba-tiba ponselku bergetar, terlihat nama Bob the Builder di sana. Aku segera mengangkatnya sebelum ia menunggu terlalu lama.

"Aku udah nyampe, lagi jalan ke rumah."

"Eh? Mau ke sini?" Aku langsung menyambar tas selempangku dan berlari ke luar kamar.

Apakah ia benar-benar akan datang kemari? Bagaimana kalau Jae oppa tahu kami akan pergi bersama. Bisa-bisa ia melarang dan menyuruhku tetap berada di rumah.

"Oppa, bisa tunggu di depan aja?" tanyaku.

"Kenapa?"

"Itu--"

Baru saja sampai di ruang tamu, aku hampir menabrak Jae oppa yang melintas tepat di hadapanku. Ia menoleh, menatap sejenak, lantas membungkuk sopan.

"Sorry," gumamnya.

Heol! Mengapa ia meminta maaf? Ah, ternyata ia tak mengenakan kacamatanya dan kembali melangkah menuju dapur. Mungkinkah aku tak dikenali?

"Excusme!" ujarnya tiba-tiba sambil berbalik dan kembali berjalan menghampiriku. "Who are you? Why are you in my house?"

Aku menutup mulut dan berusaha untuk tak berbicara lalu perlahan melangkah pergi. Jae oppa merentangkan tangan lantas merogoh sesuatu dari kantong celananya. Ternyata itu kacamata. Ia lekas memakainya dan kembali menatap ke arahku.

"Park Jieun? Why are you so ... do you have a date?"

"Ah ... itu ... eng ...."

Tiba-tiba terdengar bel berbunyi. Jae oppa langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya. Terlihat sosok Sungjin oppa yang mengenakan kaus putih polos dibalut plaid shirt dan ripped jeans, tangannya masih teracung memegang ponsel. Ah, aku lupa kalau tadi ia masih meneleponku. Mereka saling bertatap cukup lama.

"Aku ke sini mau jemput adikmu," ujar Sungjin oppa.

Jae oppa langsung menoleh ke arahku. "Kalian ...."

"Aku minta anter buat nyari sesuatu," tambah lelaki berhidung besar itu.

Aku tersenyum canggung, melihat reaksi kakakku itu yang sepertinya masih tak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia melihat kami bergantian lalu menghela napas.

"Yaudah, gapapa kalau perginya sama Sungjin," gumamnya sambil menepuk lengan Sungjin oppa dan berlalu pergi.

"Oppa, i love you!" seruku saat melihat sosoknya menghilang ke arah dapur.

Aku tersenyum kecil lalu menoleh ke arah Sungjin oppa. Ia menatapku sambil mengangkat alisnya. Dari ekspresi wajahnya, ia tampak hendak mengatakan sesuatu.

"Ayo!" ajaknya, tanpa berkomentar sedikit pun tentang penampilanku hari ini.

Heol!

Aku hanya mengangguk dan mengikutinya ke luar rumah. Sepanjang jalan pun, ia masih tak banyak bicara. Walau aku sudah membahas banyak hal, respon yang diberikannya hanya 'benarkah?', 'oh', 'itu bagus'. Apakah ini semua tak cocok denganku? Mungkin seharusnya aku memakai hoodie dan jeans seperti biasa.

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now