Three

606 79 9
                                    

"Hyung!" seru seseorang. Aku dan Sungjin oppa menoleh, mendapati Brian oppa sedang berdiri di samping meja kami.

"Oh, Jieun juga ada di sini." Ia tersenyum sambil melihat kami bergantian.

"Kamu lagi ngapain di sini?" tanya Sungjin oppa.

"Aku mau makan, masa mau main bola?"

"Ppfft!" Lagi-lagi aku menutup mulut menahan tawa.

"Kayaknya enak."

Tiba-tiba Brian oppa mendesakku untuk bergeser ke kursi sebelah. Ia duduk di sampingku lantas mengambil sumpit dari tangan Sungjin oppa dan menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Hey, hey!" seru Sungjin oppa sambil merebut kembali sumpitnya.

"Aku minta sedikit," rengek lelaki jangkung itu. "Lagian makan itu lebih enak kalau banyak orang, ya nggak, Jieun-ah?" Brian oppa menoleh ke arahku sambil mengangkat alisnya.

Aku hanya tersengum canggung sambil menyodorkan sumpitku ke arahnya. Ia terlihat sangat senang lantas mulai makan. Mengapa kebetulan sekali ia datang kemari? Biasanya, kalau target terlihat di suatu tempat, maka orang itu tak akan jauh darinya.

Menoleh ke sana kemari, bahkan ke luar jendela, aku tak menemukan sosok Eonni itu di mana pun.

"Kalian janji makan bareng?" tanya Brian oppa di tengah-tengah aktifitas makannya.

"Ah, enggak. Aku kebetulan nyari tempat ini di internet," jawabku.

"Aku juga! Dari rumah pengen banget makan jjamppong."

"Lho? Sama!" Aku tertawa sambil menepuk lengannya.

"Kalau gitu, next time kita bisa makan bareng, dong?"

"Boleh! Kalau soal makanan, Oppa bisa hubungi aku kapan aja!" Aku mengacungkan jempol ke arahnya.

"Minta nomor kamu, kalau minta sama Jae Hyung pasti gak akan dikasih." Ia menyodorkan ponselnya ke arahku, berbeda sekali dengan si Bob yang pelit itu.

"Oke." Aku mulai mengetikkan nomorku di ponselnya.

"Ini kok aku kayak orang ketiga gini? Hey, Park Jieun!" seru Sungjin oppa.

"Apa?"

Ia membereskan makanannya dan beranjak dari kursi. "Kamu masih ada urusan sama aku."

Ah, benar juga. Hampir saja aku lupa tujuanku datang kemari. Sungjin oppa menggerakkan telunjuk tanda agar aku mengikutinya. Segera mengambil tas selempang, aku berjalan mengekori dari belakang.

"Apa ini? Kalian mau ke mana?" teriak Brian oppa. Aku hanya menoleh sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Terlihat Sungjin oppa benar-benar membayar semua makanan itu dengan kartunya. Jadi, ia memang anak orang kaya? Mereka semua bermain band bukan untuk mencari uang, huh?

"Jadi, coba jelasin lagi kita mau training apa tadi?" tanyanya, tepat setelah menerima struk dari kasir.

"Oppa kayaknya harus merubah penampilan."

"Memangnya aku kenapa?"

Aku melihatnya dari ujung kepala hingga kaki. Sebenarnya tak ada yang salah dengan dirinya. Tapi aku tahu persis, tipe lelaki macam apa yang sangat disukai wanita itu.

"Pertama, dia suka lelaki dengan rambut sedikit panjang apalagi di bagian poni. Undercut, undercut!"

"Apa aku harus manjangin rambut?" Sungjin oppa menghentikan langkah dan bercermin di dinding kaca sebuah toko yang kami lewati.

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now