Fifteen

558 75 17
                                    

Siapa sangka setelah penampilan mereka waktu itu, kini ponselku dipenuhi panggilan dari berbagai tempat agar mereka mau mengisi acara di sana. Beberapa mahasiswa yang menonton, merekam penampilan mereka dan mengunggahnya di internet. Ternyata banyak orang yang menyukai unggahan itu dan membuatnya ramai diperbincangkan.

Kami mulai mengisi acara dari universitas ke universitas. Ada pula undangan dari sebuah pusat perbelanjaan dan festival musik lainnya. Oppadeul sangat sibuk. Aku membantu membuatkan jadwal dan mengelola keuangan hasil mengisi acara. Juga meluangkan waktu untuk mereka berlibur dan beristirahat dengan cukup.

Aku merentangkan tangan karena seharian menghadap laptop dan menyusun semuanya. Mengetik dan melihat layar saja rasanya sangat lelah, apalagi mereka yang tampil dan bahkan membawa alat musik sendiri dalam setiap penampilan. Belum lagi saat latihan dan membuat lagu seperti sekarang ini. Luar biasa.

"Americano untuk manajer kami yang cantik."

Aku mengangkat wajah dan melihat Brian oppa sedang menyodorkan secangkir Americano ke arahku.

"I'm not officially your manager, but, thanks." Aku mengambil Americano itu lalu meletakkannya di atas meja.

"Fighting, Jieun-ah!" Brian oppa mengepalkan tangan sambil tersenyum dan berlalu.

Aku tertawa kecil melihat tingkahnya. Ia kembali masuk ke studio, sementara aku kembali menatap layar dan mengetik beberapa angka.

"Jangan terlalu banyak minum kopi," ujar seseorang sambil meraih Americano-ku dan menggantinya dengan sekotak susu.

Aku melirik, melihat Sungjin oppa meminum Americano itu sambil berlalu masuk ke dalam studio. Ada apa dengan orang-orang itu? Lagipula, mengapa harus sekotak susu? Memangnya aku masih dalam masa pertumbuhan?

Bagaimana pun, aku tetap mengambil susu itu dan meminumnya. Ini enak.

Tiba-tiba sebuah poster di internet menarik perhatianku. Ada audisi terbuka untuk band dari sebuah label besar di Korea. Tentu saja ini tak boleh dilewatkan. Aku langsung menutup laptop dan berlari ke studio untuk menunjukkan ini pada mereka.

Baru saja membuka pintu dan berlari masuk, aku menubruk punggung lebar seseorang. Ish.

"Kamu ngapain?" Itu suara Sungjin oppa.

Aku baru sadar telah menabrak punggungnya. Ada sebuah wangi tak asing yang masuk ke hidungku. Ah, benar juga. Bukankah ia pernah menggendongku setelah tenggelam? Wanginya ... masih sama.

"Hey!" serunya, membuyarkan lamunanku.

Ish. Sempat-sempatnya aku berdiam lama di belakang punggung lebar itu untuk menghirup wanginya.

"Aku mau ngasih tau ini," gumamku sambil bergeser lalu beralih duduk di antara Jae oppa dan Dowoon di sofa, kemudian membuka laptop.

"Mereka gak hanya terima lagu demo, tapi juga open audition," jelasku.

"Wow, ayo ikut, Hyung!" seru Dowoon.

"Kita gak boleh lewatin yang ini," tambah Jae oppa.

Brian oppa dan Wonpil oppa mendekat penasaran. Sang leader pun berjalan menghampiri lantas mengintip layar laptopku sejenak.

"Oke, tolong  jadwalkan, Manager-nim!" ujarnya.

Aku tersenyum kecil. "Siap, Leader-nim!"

*

Setelah memasukkan formulir pendaftaran secara daring dan memenuhi kualifikasi, kami melakukan banyak hal seperti berlatih lebih keras, membersihkan semua alat musik, bahkan memilih outfit yang akan dikenakan.

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now