Twenty One

506 62 24
                                    

Aku membuka pintu kamar Jae oppa dan mendapatinya tengah duduk sambil memetik Taylor di tempat tidur. Beberapa pakaian tertumpuk di atas koper yang kuyakini ia sedikit malas untuk membuatnya terlihat rapi. Ia hanya menoleh sejenak, kemudian lanjut melantunkan sebuah lagu.

"Ini udah semua?" tanyaku sambil duduk di depan koper dan mulai melipat semuanya. Kakakku itu memang payah dalam urusan membereskan sesuatu.

"Oh!" sahutnya singkat.

Aku tak ikut dengan mereka saat tanda tangan kontrak kemarin. Yang kudengar, mereka akan berada di bawah label itu selama lima tahun, atau mungkin lebih jika mereka menyetujui kontrak selanjutnya. Dua hari lagi, mereka harus siap untuk tinggal di asrama. Mau tidak mau, barang-barang yang akan dibawa harus sudah dipersiapkan sedikit demi sedikit. Begitupun dengan tempat yang akan ditinggalkan.

"Will you go home?" tanya Jae oppa tiba-tiba.

Aku terdiam sejenak. "Uh, ya," jawabku pelan.

"Kapan?"

"The same day as you. Aku pakai pesawat malam, jadi sempet antar kalian nanti."

"Sungjin tau?"

Aku langsung menoleh ke arah Jae oppa. "Kenapa nanya begitu?"

"Kamu kira kakakmu ini bego apa? Bisa-bisanya pacaran gak bilang-bilang," sindirnya.

Jadi selama ini ia tahu? Apakah kami terlalu jelas menunjukkannya? Apakah ia akan memarahiku setelah ini? Astaga! Apa yang harus kulakukan?

"Eiy, mana ada!" jawabku sambil tertawa aneh dan mencoba untuk tak terlihat panik.

"Mana ada, mana ada! Kubilangin Sungjin kamu gak ngaku, ya!" Ia langsung meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya.

"J-jangan! Please!" cegahku cepat.

Jae oppa terkikik lalu melemparkan sebuah bantal tepat ke arah wajahku, hingga hampir saja aku terjengkang ke belakang. Ish. Dasar Park Jaehyung! Ia masih saja tertawa hingga kedua matanya hanya membentuk satu garis.

"It's so weird! Bisa-bisanya Sungjin suka sama kamu."

"Emangnya aku kenapa?"

"Kalau aku tunjukkan foto waktu kamu jatuh di lumpur dulu, dia pasti kaget."

"Don't you dare! Did you forget how many those kind of pictures i have of you?"

"You threatening me?" tanyanya, lantas menyimpan Taylor dan menatapku galak.

"Someday, aku bisa upload di SNS dan bakal bikin penggemarmu heboh nanti," ancamku sambil menutup koper dengan keras.

"Awas kamu, ya!" Jae oppa berdiri sambil menunjukku.

Aku langsung tertawa dan berlari keluar dari kamar. Setelah sampai di luar, langkahku terhenti. Sedih rasanya membayangkan untuk beberapa waktu ke depan, kami tak bisa lagi saling mengganggu. Terkadang, memiliki saudara tak seburuk itu.

***

"Mau masak apa hari ini?" tanya Sungjin oppa sambil mendorong troli menyusuri supermarket.

"Entahlah. Apa yang enak?" Aku berhenti, memilah beberapa sayuran yang masih segar, kemudian menyimpannya ke dalam kereta tersebut.

"Apapun itu, nanti bakal kubantu."

"Yang mana?" tanyaku sambil berbalik dan memegang dua pak daging di kedua tangan.

"Ini lebih enak!" Sungjin oppa meraih satu yang berada di tangan kananku. Ia lantas menyimpannya bersama belanjaan yang lain.

Hari ini kami berencana mengadakan makan malam bersama untuk yang terakhir kalinya di rumah Wonpil oppa sebelum mereka pindah. Sungjin oppa menawarkan diri untuk mengantarku berbelanja bahan makanan. Tak kusangka melakukan hal kecil bersama seperti ini sangat menyenangkan.

WYLS | Park SungjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang