Thirteen

533 77 48
                                    

"You know, what will Mom and Dad say if they know what did just happened to you?" Jae oppa berkacak pinggang, sesekali mengusap rambut blond-nya dengan frustasi.

"I'm sorry," gumamku sambil menunduk.

"I mean ... you almost die, Park Jieun! Die for a doll? A f*cking doll? Is life a joke to you?"

"I know, i'm sorry. But i'm still alive! Stop it!" seruku.

Kepalaku tiba-tiba saja terasa sakit karena harus mendengarkan amarah Jae oppa selama hampir setengah jam. Aku tahu ia sangat khawatir. Tapi omelannya sungguh tak mengubah apa pun. Benar kata Wonpil oppa, mungkin sebaiknya ia tak usah masuk ke kamar dan menemuiku dulu.

"Sorry," gumamnya lantas duduk di kursi dan menghadapku. "Kamu tau kan, Oppa takut terjadi apa-apa sama kamu?"

"I know, you afraid Mom and Dad will scold you."

"Stupid!" ujarnya sambil menarik selimut hingga menutup seluruh wajahku.

"Hyung! Hyung! Jangan!" Terdengar suara-suara dari luar, hingga derap langkah kaki beberapa orang memasuki ruangan.

"Aku tau Hyung marah, tapi adeknya jangan dibunuh juga!" ucap Wonpil oppa sedikit panik.

Aku tertawa sambil membuka selimut dan melihat dua orang sedang memegangi Jae oppa saat ini.

"Lepasin! Udah kamu tidur sekarang, besok kita pulang!" ujar Jae oppa sambil mematikan lampu dan berjalan ke luar.

"Jieun-ah, semangat!" Dowoon mengepalkan tangannya dan menutup pintu.

Aku menghela napas. Sungguh, ada rasa bersalah karena telah membuat mereka semua khawatir. Lalu, ke mana Sungjin oppa dan Brian oppa? Mereka bahkan tak menjengukku sejak tadi. Apakah ada sesuatu? Ah, entahlah. Semoga cepat besok dan aku bisa cepat pulang.
.
.
.
.

Baru saja hendak terlelap, sebuah sinar sedikit mengganggu. Ada yang masuk kemari dan duduk tepat di hadapanku. Ia tak bersuara. Hanya duduk diam dan tak banyak bergerak. Aku mengintip sejenak, tapi tetap saja tak bisa melihat wajahnya karena gelap.

Apakah itu hantu?

Mau apa hantu itu duduk dan memperhatikanku?

Ah, ia beranjak. Aku harus memastikan sesuatu dan meraih tangannya. Ia nyata, dan hangat. Syukurlah, bukan hantu. Sebaiknya aku pura-pura kembali tidur, agar siapa pun orang itu, tak terlalu memikirkan apa yang sudah kulakukan baru saja.

***

"It's okay, Mom. Cuma jatuh di air, kok. Aku belum sempet benerin atau beli yang baru."

"Really?" tanyanya dari seberang sambungan telepon.

"Yeah. Nanti kalau udah aku kabarin."

"Bener, ya, kamu gak apa-apa? Yaudah kalau gitu, nanti telepon ke rumah. Bye."

"Okay, bye Mom."

Ia memutus sambungan. Aku menyerahkan kembali ponsel Jae oppa yang sedang bersiap di depan cermin.

"She said somethin'?"

"Nope."

Jae oppa terlihat sedikit lega sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang. Ia merapikan rambut, lalu membetulkan letak kacamata di hidung mancungnya.

"Mau ke mana?" tanyaku.

"Pergi sama Wonpil."

"Ke mana?"

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now