Hyunjin

366 38 10
                                    

"Berengsek!" umpatku sambil membanting pintu mobil dengan keras.

Lelaki itu pergi begitu saja memacu mobilnya dengan cepat. Bisa-bisanya ia memintaku turun tanpa memberi uang sepeser pun.

Aku berjalan sejenak, menarik napas panjang sambil menengadah menatap langit malam. Hari ini cuaca lebih dingin dari biasanya, setidaknya masih ada sisa hangat dari alkohol yang kuminum beberapa waktu yang lalu. Aku meraih sebatang rokok dari dalam saku jaket dan menyulutnya. Menghisap asap dan aroma benda itu kuat-kuat lantas mengembuskannya ke sembarang arah.

Sepasang sejoli tiba-tiba saja menarik perhatianku. Mereka berdua sedang berdiri bersandar di sebuah sepeda motor sambil berpegangan tangan. Senyum bahagia terpancar dari wajah keduanya.

Ha! Wajah yang sedang jatuh cinta. Menyebalkan.

Aku kenal mereka berdua. Sungjin, leader dari band yang tengah naik daun. Ia dan teman-temannya sudah sukses sekarang. Bisa-bisanya mereka membuangku begitu saja, padahal aku yang dulu memperbolehkan mereka tampil di festival sebelum seperti saat ini. Yah, walaupun memang pemilik festival itu menyukai penampilan mereka.

Lalu, gadis itu. Benar. Gara-gara dia aku tak bisa bersama dengan mereka lagi. Tuhan sangat tidak adil. Padahal ia sudah sangat bahagia. Memiliki keluarga kaya, kakak yang tampan, teman-teman yang menyenangkan. Sungguh membuatku iri. Hanya mereka yang memperlakukanku dengan baik, berbeda dengan yang lain.

Tapi, apa yang tidak bisa dilakukan So Hyunjin? Tak ada yang bisa menghentikanku. Tak ada yang bisa menolak kecantikanku. Walau bagaimana pun, memiliki wajah cantik adalah anugerah. Aku bisa mendapatkan perlakuan istimewa karena kelebihanku ini.

Satu hal lagi. Aku benci melihat mereka berdua bahagia.

***

Aku membuka pintu dengan keras. Terlihat Ibu sedang berdiri membelakangi dari arah dapur. Ia bahkan tak tampak khawatir aku pulang selarut ini. Tak pernah bertanya dari mana saja aku, atau pun pergi dengan siapa. Ia tak pernah peduli apa yang dilakukan anak satu-satunya. Hanya sibuk mencari uang setelah Ayah pergi meninggalkan kami berdua.

Ia terus bekerja tapi tak pernah bisa membelikanku barang mahal. Aku muak. Hanya dengan mendekati para lelaki itu aku tetap bisa tampil cantik seperti sekarang.

Aku meraih ponsel dan mencari sebuah nama dalam deretan kontak, lalu memencet tombol memanggil.

"Oh! Oppa, masih inget aku?" tanyaku setelah sambungan telepon tersambung.

"Iya, Hyunjin. Oya, Oppa masih kerja di stasiun televisi, kan? Apa ada acara yang akan dihadiri Day6 dalam waktu dekat ini?"

Orang itu terdengar mencari sesuatu kemudian menyebutkan sebuah jadwal dan lokasi. Tak sia-sia aku memiliki banyak kenalan.

"Ah, baiklah. Oke, oke, aku ngerti. Makasih, ya. Lain kali kutraktir makan."

***

Aku bersiap, bersolek secantik mungkin sebelum datang ke sebuah studio. Kudengar Sungjin dan teman-temannya hari ini akan menghadiri sebuah acara. Sebenarnya, apa yang kulakukan ini beresiko sangat besar. Namun, bukan Hyunjin namanya kalau tak mampu meraih apa yang diinginkan.

Oppa kenalanku itu memberikan sebuah akses masuk agar aku bisa dengan mudah menghadiri acara itu. Aku memilih kursi yang paling pinggir dan dekat dengan panggung. Tak lama kemudian, satu per satu dari mereka muncul dan memulai acara.

Harus kuakui, kini mereka semakin tampan dan keren karena sudah terkenal. Apalagi Younghyun. Aku masih ingat, hanya ia satu-satunya lelaki yang belum sempat kudapatkan. Padahal, kalau saja gadis itu tak ada, mungkin tak akan ada yang menghalangiku.

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now