Twelve

516 76 8
                                    

Makan malam sudah selesai. Meja sudah kosong, hanya tersisa beberapa kaleng minuman saja. Api masih berkobar di depan sana, menghantarkan rasa hangat di balik angin malam yang dingin. Waktu sudah semakin larut, tapi kami masih berada di luar rumah, menyanyikan beberapa lagu hingga bosan.

"Ayo kita main truth or dare!" ajak Brian oppa tiba-tiba.

"Oh, oh! Ayo, ayo!" sahut Dowoon semangat. Sementara yang lain hanya manut saja.

"Kita putar botol." Brian oppa mengambil sebuah botol kosong dan meletakkannya di tengah meja. Dalam hitungan ketiga, ia memutar botol itu.

Hening. Tak ada yang bersuara, hingga ujung botol berhenti tepat di hadapan Wonpil oppa, semua bersorak. Wonpil oppa terlihat sedikit gugup.

"Truth or dare?" tanya Brian oppa.

"D-dare?" jawabnya ragu-ragu.

Brian oppa menoleh ke arahku. Apa itu artinya aku yang harus memberi tantangan?

"Aegyo!"

"Eiy, itu gampang banget!" protes yang lainnya. Sedangkan Wonpil oppa tampak senang dan langsung melakukan aegyo.

Brian oppa kembali memutar botol, hingga ujungnya berhenti dan menunjuk ke arah Jae oppa.

"Okay, truth!" seru Jae oppa.

"Ceritakan pengalaman memalukan." Wonpil oppa tersenyum jahil.

"Oh, aku punya banyak!" seruku sambil mengangkat tangan.

"Shut up, Park Jieun!" Jae oppa melemparku dengan sebuah tutup botol.

Ia tampak takut kalau aku benar-benar akan membongkar semua pengalaman memalukannya. Permainan jadi semakin menarik. Setiap orang lebih berhati-hati untuk memilih tantangan. Untungnya, aku belum pernah mendapat giliran satu kali pun.

"Akhirnya, Jieun," ujar Dowoon.

Aku terkejut dan langsung melihat ke arah ujung botol yang memang sedang mengarah kepadaku.

"Aku pilih ... dare."

"Confess," ujar Brian oppa.

"Huh?" Aku menatapnya dengan wajah sedikit bingung.

"Anggap aja di sini ada orang yang kamu sukai, trus tembak gitu," jelasnya.

Aku masih terdiam sambil menatap ke arahnya. Seharusnya ia tahu bahwa hal itu cukup sulit bagiku karena orang yang kusukai benar-benar sedang berada di sini. Aku tak akan mungkin bisa melakukannya.

"A-aku nggak bisa."

Ugh, aku tak bisa walau berpura-pura.

Meraih segelas air dan meneguknya hingga tandas, aku beranjak dari kursi. "Aku mau edit hasil foto tadi siang dulu," gumamku sambil berjalan masuk. Meninggalkan mereka yang mungkin saja menatapku dengan tatapan heran.

Aku masuk ke kamar, membuka laptop dan duduk menghadap meja kecil di sudut. Tadi siang, aku sempat memindahkan foto-foto itu kemari. Hanya perlu beberapa sentuhan agar lebih cantik, lalu mengunggahnya disertai biodata dari masing-masing member.

Di luar sana, mereka terdengar tertawa dengan keras. Mungkin kembali memulai permainan. Entah sampai kapan. Bahkan saat foto-foto ini rampung dan siap diunggah ke laman khusus yang sengaja kubuatkan untuk band.

Ah, tunggu! Aku lupa menanyakan informasi pribadi mereka. Sebaiknya dimulai dari siapa dulu? Mungkin lebih baik kakakku yang pertama karena aku hafal tentangnya di luar kepala.

"Nama ... Park Jaehyung," gumamku sambil mengetikkan beberapa baris informasi ke bawah seperti tempat tanggal lahir dan golongan darah.

Lalu, siapa lagi? Ah, Sungjin oppa ... tapi aku bahkan tidak tahu kapan tanggal lahirnya.

WYLS | Park SungjinOn viuen les histories. Descobreix ara