Twenty three

469 62 15
                                    

"Kalian masuk saja dulu, aku mau keliling sebentar," ujarku saat kami sampai di pintu masuk venue.

"Hati-hati, ya!" Ibu menyentuh pipiku dan menggamit lengan Ayah untuk masuk ke dalam, didampingi seorang staff yang akan menunjukkan tempat duduk kami nanti.

Aku melambaikan tangan dan menaikkan masker sambil berjalan melihat-lihat betapa ramainya keadaan sekitar. Banyak sekali penggemar yang mengantri sambil membawa beberapa benda bergambar wajah para member. Sedikit aneh rasanya melihat wajah kakak dan pacarku ada di mana-mana. Haha.

Mengambil ponsel, aku mulai memotret beberapa hal untuk dijadikan kenang-kenangan. Sebenarnya kami boleh saja untuk mengunjungi mereka di belakang panggung, tapi Ayah dan Ibu memutuskan untuk menonton konser lebih dulu baru menemui secara personal kemudian.

Sungjin oppa sempat mengirim pesan tadi malam. Dia bilang sampai bertemu besok, dan tentu membuatku tak bisa tidur. Aku tak bisa membayangkan apa yang harus kulakukan atau kukatakan saat bertemu dengannya nanti. Apakah bertanya kabar dulu, atau langsung memeluknya karena rindu? Ish.

Saat berbalik, tiba-tiba aku menabrak seseorang hingga sebuah dompet terjatuh ke tanah.

"Maaf," gumamku sambil meraih dan memberikan benda itu kepada pemiliknya.

"Tidak apa-apa," jawab orang itu.

Seorang wanita paruh baya berambut sebahu yang terlihat kebingungan. Apakah ia datang untuk menonton konser seorang diri? Ternyata musik mereka benar-benar menarik perhatian penggemar dari berbagai kalangan.

"Anu ... pintu masuk sebelah mana, ya?" tanyanya.

"Sebelah sana. Mari saya antar!" ajakku.

Ia mengangguk dan mulai berjalan di sampingku. Aku menggenggam tangannya karena suasana terlalu ramai dan berdesakan.

"Anda datang sendirian?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.

"Bersama anak perempuanku. Tadi kami berjanji untuk bertemu di pintu masuk, tapi karena ramai, aku tak bisa melihat arah dan malah terjebak di kerumunan." Ia tertawa kecil.

"Anak perempuan Anda seorang penggemar?"

"Ah, ya ... sebenarnya anak laki-lakiku ...."

"Eomma!" panggil seseorang. Kami berdua menoleh dan mendapati seorang perempuan tengah melambaikan tangan.

"Ah, itu dia!" Ibu itu lantas balik menarik tanganku agar kami berjalan sedikit cepat menghampiri anak perempuannya.

"Aku mencari Eomma tapi tak ada di mana pun!"

"Maaf, untung saja Nona ini membantuku," jelasnya sambil menunjukku.

Aku segera membungkuk begitu pun dengan gadis di hadapanku. Sepertinya ia beberapa tahun lebih tua dariku dan wajahnya sedikit tidak asing.

"Terima kasih, ya. Eomma ayo masuk!" ajaknya.

Aku hanya tersenyum di balik masker sambil melambaikan tangan. Kalau dipikir-pikir, cara bicara mereka pun menggunakan satoori, mengingatkanku pada seseorang.

Ah, sepertinya tinggal lima belas menit lagi. Aku bergegas masuk dan mencoba mencari kedua orang tuaku di tempat yang telah dijanjikan. Mereka berdua sedang berbincang sambil melihat ke arah panggung. Aku duduk di samping Ibu dan ikut melihat suasana sekitar.

Venue hampir penuh, pun dengan alat-alat musik yang sudah disiapkan di atas panggung. Entah mengapa membuat jantungku berdebar kencang. Para Oppa pun pasti begitu. Rasanya hari ini aku akan melupakan semua masalah dan menikmati musik mereka bersama para penggemar yang lain.

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now