Six

561 74 15
                                    

Dowoon mengajakku mengelilingi rumah yang cukup besar dengan dua kamar dan sebuah ruangan yang tertutup rapat. Pintunya digantungi sebuah tanda dilarang masuk. Membuatku semakin penasaran apa isinya.

"Ruangan apa ini?" tanyaku pada Dowoon.

"Ini tempat di mana lagu-lagu itu lahir," jelasnya.

"Wow, studio? Daebak! Boleh aku masuk?"

"Silakan." Dowoon membukakan pintu itu.

Di dalam sana terlihat seperangkat peralatan band lengkap beserta sebuah komputer. Dindingnya pun dilapisi peredam suara. Semuanya terasa sangat nyaman. Pantas mereka bisa melahirkan banyak lagu bagus di sini.

Aku melihat sebuah gitar akustik berwarna hitam di sisinya. Cantik. Entah milik siapa. Benda itu berdiri di samping Mary --gitar milik Jae oppa. Dowoon berjalan menuju drum set dan duduk sambil memainkan beberapa ketukan.

"Tempat ini bagus, kan?" tanyanya.

Aku mengangguk cepat dan berjalan menuju sofa, lalu meraih gitar akustik itu dan memainkannya. Perlahan, aku menyanyikan sebuah lagu berbahasa Inggris berjudul 'Best Part'.

"Oh, aku tau lagu itu!" ujar Dowoon sambil berpindah duduk di atas cajon dan mulai memukulnya.

Tiba-tiba saja, anggota yang lain masuk ke dalam ruangan. Kami sama-sama terkejut, membuatku langsung menghentikan nyanyian.

"Oh, kukira udah mulai. Suaramu bagus juga," ucap Brian oppa.

"Kamu bisa main gitar?" Kali ini Sungjin oppa yang masuk dan bertanya.

"Yah, suara ini diturunkan sejak lahir. Kalau gitar diturunkan lewat latihan."

Aku tersenyum lalu melanjutkan lagu hingga selesai. Oppa yang lain mengambil kursi, mendengarkan, ada juga yang ikut bernyanyi. Setelah lagu habis, mereka bertepuk tangan, kecuali Hyunjin eonni tentunya.

"That's my sister!" ujar Jae oppa, bangga. Heol, ini pertama kalinya ia menyombongkanku di depan teman-temannya.

"Aku pinjam Atom sebentar!" Sungjin oppa menengadahkan tangan padaku.

"Atom apa?" Aku melirik ke sana kemari dengan bingung.

"Gitar, gitar!"

Oh, jadi ini gitar milik Sungjin oppa. Ia telah menyetel gitarnya dengan baik dan nyaman. Aku mengangguk dan langsung menyerahkan benda itu. Tanganku kini memegang bass berwarna merah yang berada tepat di sebelah sofa.

"Halo, apa kamu punya nama juga?" tanyaku.

"Namanya Jane," jawab Brian oppa.

"Omo, cantiknya. Kalau synthesizer yang itu?"

"Ini Cindy," ujar Wonpil oppa yang duduk tepat di depan benda itu.

Aku menoleh ke arah Dowoon dan menunjuk drumnya. "Kalau drum itu?"

"Ini drum aja," jawabnya polos. Semua orang di ruangan ini tertawa.

"Oke, kita mulai aja." Sungjin oppa menengahi.

Mereka semua langsung tampak serius. Aku menyandarkan kepala di sofa, sementara Hyunjin eonni duduk di sudut ruangan sambil memainkan ponsel.

Beberapa waktu mereka lalui dengan berdikusi sambil memainkan alat musik. Merangkai beberapa nada menjadi sebuah melodi. Satu per satu mengusulkan irama, Sungjin oppa yang menampung ide mereka dan mengolahnya. Aku beranjak duduk dan menyilangkan kaki, menopang dagu dengan tangan sambil melihat betapa mereka bersungguh-sungguh saat membuat lagu.

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now