Twenty five

438 51 41
                                    

Aku mengenakan dress musim dingin berbahan tebal dengan panjang di bawah lutut. Tak lupa menghias telingaku dengan anting yang cantik dan riasan wajah yang tak begitu tebal. Terus menatap cermin sejak lima belas menit yang lalu, hanya untuk memastikan bahwa aku akan terlihat cantik hari ini.

"Mau pergi bareng? Manajer bentar lagi jemput," ujar Jae oppa yang berdiri di ambang pintu kamarku.

"Duluan aja. Aku mau jemput Mark dulu ke bandara."

"Mark? Dia jadi datang?"

"Um," jawabku sambil mengangguk.

"Yaudah, aku duluan, ya!"

Jae oppa melambaikan tangan dan berlalu. Hari ini mereka akan menghadiri sebuah interview seperti yang dikatakan Sungjin oppa kemarin. Manajer mereka akan menjemput satu per satu karena setelah ini mereka akan kembali tinggal di asrama.

Mark belum menelepon sejak semalam. Ia bilang pesawatnya mungkin akan sampai sekitar satu jam lagi. Setelah semuanya siap, aku segera mengambil sling bag dan memanggil taksi untuk mengantarku hingga ke bandara.

Sesampainya di sana, beberapa orang sudah berhamburan keluar dari gate. Sedangkan aku langsung melihat ke sana kemari di area penjemputan. Mark tak terlihat di mana pun, hingga akhirnya sosok pria itu tampak berjalan sambil menarik koper dan mengenakan masker.

"Mark! Mark Tuan!" panggilku dengan cukup keras lalu melambaikan tangan saat ia menoleh untuk mencari sumber suara.

Lelaki itu lantas berjalan menghampiri dan melihatku dengan tatapan aneh.

"Jane? Is that you?" tanyanya.

"Why?"

"Why are you dress up like this? For me, huh?"

"Ofcourse ... not! Hurry up, i almost late!" ajakku dan langsung berjalan lebih dulu.

Ia melangkah cepat mencoba berjalan di sampingku sambil terus bertanya kami akan pergi ke mana. Aku tak menjawab, hanya memintanya untuk diam sepanjang jalan. Sedikit merasa bersalah karena tak sempat membiarkannya beristirahat. Kalau harus mengantarnya pulang dulu dan meninggalkannya di rumah sendirian, lebih membuatku khawatir.

"Ah, you will meet your boyfriend, right? That's why you dress up!" tebaknya saat kami berada di sebuah toko bunga.

"Bingo!"

"But why you take me too?"

"Save all your questions! I can't thinking right now."

Aku berhenti di depan jajaran bunga krisan dan menghirup aromanya. "Tolong buatkan satu buket bunga yang ini!" ujarku pada sang pemilik toko.

Karena katanya mereka mendapatkan penghargaan juga, kurasa setidaknya aku harus membawakan sebuah rangkaian bunga sebagai ucapan selamat. Mark menduduki kopernya sambil melipat tangan di dada. Terkadang mengipaskan tangan beberapa kali, mungkin belum terbiasa dengan udara hangat Seoul.

"Terima kasih." Aku sedikit membungkuk setelah menerima buket bunga yang telah rampung.

Kami kembali menaiki taksi menuju studio di mana acara akan berlangsung. Aku terus memegangi buket bunga sambil tersenyum. Rasanya tak sabar untuk melihat bagaimana mereka berbincang mengenai keberhasilan mereka selama ini.

"Head over heels," gumam Mark.

Aku hanya mendelik tajam. Ia mungkin tak pernah merasakan perasaan semacam ini.

Tak lama kemudian, kami sampai di depan studio. Memang penonton acara ini terbatas, tapi tentu aku sudah menyiapkan dua tiket untuk kami berdua. Mark tampak melihat ke sana kemari sejak tadi. Aku segera menariknya masuk ke dalam dan mencari kursi yang sudah ditentukan.

WYLS | Park SungjinWhere stories live. Discover now